Prolog

2 2 0
                                    


Hidupku dimulai disini, tepatnya dibawah kaki gunung pelangi. Senja mengukir setiap mimpi-mimpi ku, melukiskannya bersama sang jingga yang menghantarkan mentari ke gerbang ufuk barat. Aku bukan insan yang istimewa bahkan aku insan yang tak tahu apa yang berbisik di hati manusia. Dia tak memandang dari kekayaan,tak menyentuh janji yang bergulakan uang hingga semut enggan menghampiri tapi dosa yang menyelimuti janji itu.

Hidup bermula dari tangisan yang memekarkan senyuman setiap orang disekitar kita terutama ibu. Tangisan ini menghantam semua perih yang dirasakannya demi Sang buah hati.

Hidup pula akan berakhir, ada yang hanya mengakhiri nafas tanpa mengakhiri kisah hidupnya dan ada pula yang berakhir dengan hembusan terakhir tanpa meninggalkan apapun.

Aku Fustuq Chahera. Seorang gadis bajo yang selalu mencari hakikat kehidupan, mencari hakikat cinta, mencari hakikat perjuangan, mencari hakikat kemanusiaan di muka bumi yang kian punah. Mungkin aku akan berada di pihak mereka sebagai pembela, bahkan mungkin sebagai pecundang.

NUSA TENGGARA TIMUR, menjadi saksi hidup ku untuk berjuang demi tempat ini, demi keadilan, demi kehaqiqian.

Berteman dengan seekor komodo mungkin hal yang mustahil bagi kalian. Tapi, bagiku ini adalah suatu kewajiban untuk menjaga dan menyayangi nya. Zeeba, komodo pemberian terakhir dari ayahku sebelum dia meninggalkanku untuk selamanya setelah kepulangannya dari Fukuoka. Kecelakaan pesawat itu merupakan bagian dari takdir ayah.

Mungkin kalian bertanya-tanya, apa hubungan ayahku dengan Fukuoka??

Ayahku berdarahkan Jepang sedangkan ibu asli wanita Labuhan Bajo. Sama halnya sepertiku, seorang gadis yang lahir di Bajo.

Ayahku kembali ke Fukuoka untuk melepas kerinduannya kepada ibunya di Jepang, tanah kelahirannya. Setelah melepas kerinduannya itu, dia pergi dan menciptakan kerinduan yang lebih dalam kurasakan hingga kini.

Fukuoka, aku sangat-sangat merindukannya. Aku ingin dia menjadi saksi bisu untuk hidupku ini dan untuknya, ayahku.

Setidaknya, aku tak sendirian aku masih bersama seorang ibu yang hebat, ibu yang tegar, ibu yang tak pernah mengenal rasa lelah. Ibu yang tak pernah menghilangkan posisi ayah di bawah atap mungil ini. Seorang ibu yang mungkin jika aku juga harus kehilangannya aku belum siap, Ya Allah.

Tak hanya itu, aku masih mempunyai tanggung jawab terhadap adikku, Cheyra Mauliza sheefa.  Orang-orang biasa memanggilnya Mauli. Berbeda denganku, seorang Mauli berdarahkan Fukuoka. Kelahirannya mengingatkanku waktu pertama kali aku menginjakkan kaki di Fukuoka. Waktu itu telah berlalu sekitar 9 tahun yang lalu.

Mungkin Fukuoka telah banyak memiliki perubahan. Atau perubahan itu membawanya menjadi semakin indah dengan kehidupan Sakura yang selalu menghiasinya. Bak cinta ayah dan ibu yang menghiasi Fukuoka

Tak hanya tanggung jawab terhadap seorang adik. Ayah meninggalkan tanggung jawab yang sangat besar untukku. Sebuah pondok pesantren, yang telah lama ayah dirikan. Ayah memberi nama pondok ini dengan sebutanb"Pondok pesantren Technologi qur'ani". Melahirkan para penemu-penemu hebat yang merancang tiap karyanya dengan berasaskan Qur'an.

It turns out that love is not easyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang