Part #3

0 1 0
                                    

"Aku merindukan seseorang, mengapa dia tak muncul di hadapan ku? Aku menunggunya sebelum mentari menyinari penjuru dunia. Mengapa aku berharap dia akan menemuiku? Owh...Aslan mengapa kau menghantui pikiranku?" Hati ini seakan berkata dalam lamunan.

....

"Cheara! Cheara!" teriakan itu membuyarkan lamunan senjaku. Yang tak lain dan tak bukan ini adalah suara ibu.

Aku segera beranjak dari salah satu anak tangga, bergegas masuk ke dalam rumah dan menemui ibu di kamarnya.

"Iya, bu. Sebentar, Bu! Aira  datang," teriakku membalas panggilan Ibu.

Kulangkahkan kakiku menghampiri ibu yang berada didalam kamarnya.

"Cheara, lihat kemari, nak!" Ibu menarik tubuhku agar lebih mendekat padanya. Lalu mengacungkan telunjuknya ke salah satu bacaan di sebuah majalah harian yang biasa ibu dapatkan dari pasar.

"Let's take part in the Fukuoka Institute of Technology scholarship selection on 22nd of march 2020."  Bibirku membaca tulisan yang terhampar diatas selembaran kertas dalam majalah itu.

Aku menarik nafas sedalam-dalamnya lalu menghempaskannya dengan malas.

"Ibu, bagaimana bisa aku mengikuti seleksi beasiswa itu. Sementara aku tak memiliki pengetahuan apapun tentang teknologi, Kalau begitu, sama saja deng ...," ucapku kesal dengan diriku sendiri. Belum sempat aku menyempurnakan perkataanku, ibu langsung memotongnya dengan lembut.

"Semuanya ada disini!" Ibu meletakkan salah satu telapak tangannya diatas dadaku.

"Allah akan mengirimkan pertolongan melalui ini," sambungnya untuk meyakinkanku.

"Yakinlah, ibu setia memberikan dorongan padamu!" Kini ibu memindahkan telapak tangannya keatas pundakku.

Diriku tak sanggup untuk menahan keharuan ini. Kutumpahkan semua air mata ini dalam pelukan ibu.

"Cheara belum bisa memutuskan semua ini, bu! Cheara butuh waktu." Aku pergi meninggalkan ibu dan terus berlari menyisiri pesisir Pantai Tablolong. Terus berlari,terus berlari tak tentu arah hingga aku terjatuh.

Sungguh sakit rasanya,aku tak boleh kalah melawan rasa sakit ini,lututku berhujankan darah. Dikala aku bangkit dari keperihan luka ini,betapa terkejutnya diriku. Aku melihat sosok yang selalu dalam kerinduanku,yang selalu merajai hatiku. Kini dia kaku tak berdarah. Beku bak balok es.Rasa sakit ini hilang seketika. Aku berusaha untuk menggapainya,meskipun harus menyeret-nyeret tubuh ini.

"Ayah..." Tanganku mengusap wajah dinginnya. Kerinduan ini membuat tubuhku bergetar tak henti-hentinya.

"Ayah...ayah..! Apakah aku sedang bermimpi?. Siapa yang mengirim ayah?. Apakah Allah memerintahkan air tablolong ini untuk mengantarkan ayah kehadapan Ara?".Aku berusaha memangku tubuh kaku ayah diatas kedua kaki ku. Berkali-kali aku mengecup kening ayah untuk melepaskan kerinduanku yang terkubur 5 tahun lamanya.

"Ayah,berapa lama ayah tertidur dalam selimut kedinginan ini?".Kupeluk ayah dengan erat.

"Kini kesedihan sedang membungkus hati Ara,yah! Ara sedih ketika seseorang yang Ara sayangi pergi meninggalkan Ara tanpa alasan!. Yah,kini putri kecilmu sudah menjadi seorang gadis remaja yang sedang terjebak dalam dilema cinta nya,yah!. Kalau ayah memgetahui itu pasti ayah akan cemburu. Karna putri ayah kini telah membagi cintanya dengan orang lain,cinta itu kini tak seutuhnya milik ayah!". Seolah aku berbicara dengan ayah,dan seolah ayah mendengarkan isi hatiku itu. Dengan curahan hujan air mata yang membasahi pipiku.

"Ayah...ingat tidak? Dulu Ara pernah berjanji bahwa Ara akan menghabiskan seluruh masa hidup Ara di Fukuoka,ya...itu tempat kelahiran ayah,tempat yang selalu dihiasi dengan khas sakura!.

It turns out that love is not easyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang