Happy reading
______________________________________
Yasmin berpikir bahwa dia sudah cukup bijak untuk tetap mempertahankan rumah tangganya ketika ia tahu jika Rayyan menikah lagi tanpa sepengetahuannya.
Namun, ternyata kebijakan yang ada di dalam diri Yasmin lebur setelah menjalani rumah tangga dengan dua rumah. Untuk hal-hal sepele yang dulunya tidak dipermasalahkan kini bisa menjadi masalah besar yang bisa memancing perdebatan panjang dengan Rayyan.
Yasmin tidak tahu bagaimana harus bersikap, menempatkan diri sebagai istri pertama dan kakak madu. Sampai sekarang, Yasmin kesulitan untuk berprilaku baik di saat hatinya masih dipenuhi amarah. Jujur saja Yasmin sudah lelah, dengan keadaan yang memaksanya untuk menerima dan mengalah.
"Yas? Yasmin?" Panggilan disertai tepukan di bahu itu membuyarkan lamunan Yasmin. Entah sudah berapa lama dia melamun sampai tidak sadar Rayyan sudah duduk di sampingnya.
Setelah satu minggu akhirnya hari ini Rayyan pulang. Laki-laki berusia tiga puluh delapan tahun itu membawa banyak mainan untuk Arya dan Akhtar, tentu saja kedua putranya itu sangat senang dan langsung memonopoli ayahnya untuk memainkan mainan barunya.
"Kamu ngelamunin apa, sih?" Tanya Rayyan seraya menyampirkan selimut di bahu Yasmin "kalau malam jangan keseringan melamun di balkon gini deh, Yas. Anginnya gak bagus."
"Iya, Mas." Yasmin mengangguk.
Saat ini mereka memang sedang duduk di balkon kamar yang ada di lantai dua, kamar utama yang dulu mereka tempati sebelum kandungan Yasmin semakin besar.
Rayyan tahu balkon ini adalah tempat favorit istrinya di rumah. Di balkon ini hanya ada dua bangku dan satu meja bundar. Balkon ini menghadap bagian belakang rumah di mana ada taman kecil dengan sebuah gazebo. Semua bunga di taman itu ditanam sendiri oleh Yasmin.
Dulu mereka sering bercengkrama di sini sebelum tidur, membicarakan kegiatan mereka dan perkembangan anak-anak, kadang juga mereka akan saling menggoda dan bercanda. Mengingatnya membuat rasa rindu sekaligus rasa bersalah menyusup di dada Rayyan, sudah berapa lama mereka tidak melakukan hal sederhana itu?
" Yas, Mas minta maaf, ya," entah untuk berapa kali Rayyan meminta maaf, "Mas--"
"Udaranya semakin dingin, Mas." Yasmin memotong ucapan Rayyan, "ayo kita masuk." Perempuan berusia tigapuluh empat tahun itu berdiri dan masuk ke dalam rumah. Dia sudah lelah secara fisik dan psikis, akan semakin melelahkan jika mendengar penjelasan dan permintaan maaf yang berulang.
****
Bagi Rayyan merenovasi sebuah bangunan itu mudah. Dia hanya perlu menentukan desain, menata ulang , memperbarui barang yang sudah rusak, dan semua akan menjadi lebih baik sesuai dengan keinginannya.
Namun, merenovasi hubungan yang memburuk tidak semudah itu. Entah usahanya yang kurang keras atau Yasmin yang terlalu membatasi diri darinya, Rayyan tidak tahu.
Setiap memiliki kesempatan Rayyan selalu berusaha mendekatkan diri dengan istri pertamanya itu. Tapi interaksinya dengan Yasmin masih terkesan canggung, perempuan itu cenderung menghindar.
Tak ada lagi kecupan manis dari Yasmin, tak ada lagi cubitan dan gerutuan ketika perempuan itu kesal dengannya. Entah sejak kapan kehidupan rumah tangganya berubah.
"Pa! Papa! Bangun, Pa! Ayo kita ke masjid, sebentar lagi azan Subuh" sayup-sayup Rayyan mendengar suara anaknya dan merasakan tubuhnya di guncang, dengan malas dia membuka mata.
Di samping kirinya ada Akhtar, putra keduanya itu sudah rapi dengan baju koko lengan panjang, wajahnya sangat mirip dengan Yasmin versi laki-laki begitu pun dengan kecerewetannya yang menurun dari mamanya itu. Berbeda dengan Arya yang mewarisi sikap pendiamnya walaupun wajahnya juga lebih mirip Yasmin.
"Mama sama Abang mana, Dek?" Tanya Rayyan.
"Mama lagi bantuin Abang siap-siap. Ohya, Pa. Kata Mama, Papa pakai baju yang itu." Akhtar menunjuk baju koko yang digantung di dekat lemari.
"Ya udah Papa siap-siap dulu, ya" Rayyan mengusap kepala Akhtar sebelum memasuki kamar mandi.
****
"Selamat pagi, sayang." Sapa Rayyan yang baru pulang dari masjid, dengan cepat dia mencuri sebuah kecupan di dahi Yasmin ketika perempuan itu sedang menyiapkan sarapan.
"Assalamualaikum dulu, Mas." Tegur Yasmin.
"Eh iya. Sini ulang, assalamualaikum, sayang." Rayyan kembali mengecup dahi Yasmin lalu mengusap perut besar perempuan itu, "gimana kabar anak Papa pagi ini?"
"Baik, Pa." Jawab Yasmin menirukan suara anak kecil tanpa mengalihkan perhatiannya dari makanan yang sedang ditata. "Arya sama Akhtar mana, mas?" Tanyanya setelah menyadari bahwa kedua putranya tidak ada.
"Mereka mampir ke rumah Adam, katanya mau lihat robot barunya Rafa."
Adam Zaydan adalah ayahnya Rafa, mereka tinggal tempat di seberang rumah Yasmin. Rafa yang seumuran dengan Akhtar sekaligus satu sekolah dengan kedua putranya membuat tiga anak laki-laki itu dekat.
Kadangkala Yasmin merasa kasian dengan Rafa, anak laki-laki itu sudah kehilangan ibunya tepat setelah dia dilahirkan. Beruntung Rafa memiliki ayah seperti Adam yang mampu mengurus dan memenuhi kebutuhannya.
"Mas ke kamar dulu, ya." Ucap Rayyan sambil mengusap kepala Yasmin yang tertutup hijab. Meskipun merasa tidak nyaman Yasmin tetap menyunggingkan senyum di bibirnya.
Tak lama kemudian Yasmin sudah selesai menyiapkan sarapan, perempuan itu tersenyum puas melihat nasi goreng kesukaan suaminya dan hidangan yang lain.
"Assalamualaikum, Mama." Salam yang diiringi ricuh langkah kaki kedua putranya membuat Yasmin menoleh. Setelah dekat Yasmin mengulurkan tangan lalu di terima dan dikecup kedua putranya.
"Lihat, Ma. Om Adam beliin kami robot juga dong," Suara ceria itu milik Akhtar, anak laki-lakinya itu tersenyum lebar memamerkan robot-robotan yang masih terbungkus dalam kotaknya.
"Udah bilang makasih sama Om Adam-nya?" Tanya Yasmin.
"Udah dong." Jawab kedua putranya kompak.
"Ya sudah, sekarang simpan dulu mainannya dan siap-siap ke sekolah." Ucap Yasmin dengan nada memerintah.
"Siap, Ma." Sahut keduanya kompak.
Setelah kedua putranya berlalu Yasmin baru teringat kalau dia belum menyiapkan kemeja dan dasi suaminya untuk di pakai ke kantor. Dengan perut besarnya Yasmin melangkah menuju kamar yang kini ditidurinya di lantai satu.
Pintu kamarnya tidak tertutup rapat, Yasmin menghentikan langkahnya, terdiam ketika mendengar suara Rayyan.
"Iya, sayang. Mas juga kangen kamu, nantikan seharian kan kita ketemu di kantor."
"Iya setelah pulang kantor Mas mampir dulu ke rumah kita. Tapi Mas gak bisa nginep, kamu ngertiin Mas ya,"
Dan ucapan itu berhasil membuat dada Yasmin sesak. Kembali menyadari bahwa ada perempuan lain yang di panggil sayang oleh suaminya, menyadari bahwa ada perempuan lain yang dirindukan oleh suaminya.
Sungguh selama ini Yasmin sudah berusaha untuk menerima keadaan bahwa dia bukan satu-satunya bagi suaminya. Dia sudah mencoba mengikhlaskan bahwa inilah takdir Allah yang harus dijalani. Namun rasa cemburu dan sesak itu seperti mengikuti, tidak pernah hilang.
Dengan langkah pelan Yasmin menjauh dari kamarnya, dia memilih menunggu di meja makan. Biarlah Rayyan menyiapkan bajunya sendiri.
-To Be Continue-
Selamat pagi semua, maaf banget karena baru update. Semoga aja masih ada yang nungguin.
Sebelumnya terima kasih karena sudah membaca cerita ini. Semoga cerita ini memiliki manfaat dan dapat menghibur kalian.
Salam hangat,
Jo 💕140720
![](https://img.wattpad.com/cover/230023179-288-k633314.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceRumah yang awalnya hangat kini terasa semakin dingin, cinta itu masih ada namun tak lagi terasa. Khalisha Yasmin sudah mencapai batas di mana ia tidak mampu lagi mempertahankan pernikahan yang sudah berjalan selama sebelas tahun. Copyright @2020