Happy Reading
___________________________________Yasmin menyeka keringat di dahinya, perlahan dia duduk lalu meringis ketika perutnya terasa keram. "Anak baik, anak kesayangan mama. Yang tenang, nak, ya." Gumamnya sambil mengusap perutnya yang besar.
Seperti biasa, hari ini, di Minggu sore Yasmin menyempatkan diri untuk merawat bunga di taman belakang rumahnya.
Perempuan yang tengah hamil besar itu terlihat semangat memangkas ranting dan memetik daun yang sudah menguning lalu menyiraminya. Terlebih kedua putranya ikut serta membantu mencabut rumput liar, membuat Yasmin merasa semakin semangat sampai membuatnya lupa waktu, rasa lelah dan keram di perutnya lah yang membuatnya istirahat di gazebo.
"Mama kenapa? Perut mama sakit lagi ya, ma?" Tanya Arya khawatir. Tangan dan wajah putra sulungnya itu terlihat kotor begitupun dengan Akhtar yang saat ini masih terduduk di tanah memainkan cacing dengan ranting.
Yasmin menggeleng, tersenyum dan menarik Arya mendekat, "nggak kok sayang" ucapannya seraya meraih tisu lalu dengan telaten membersihkan wajah Arya dari kotoran dan keringat.
"Ma, cacingnya kok gak bergerak, sih?" Pertanyaan Akhtar membuat Yasmin mengalihkan perhatian. Sejenak, ia menatap putra keduanya itu yang sedang memegang cacing dengan tangannya langsung.
"Ish, jorok banget!" Komentar Arya dengan raut jijik menatap hewan kecil panjang yang mulai menggeliat di tangan adiknya.
"Nih, cacing nih! Cacing!"
Lalu aksi kejar-kejaran itu tak dapat dihindari. Akhtar terlihat kepayahan mengejar Arya dengan tubuh gempalnya. Sedangkan Arya sesekali menoleh ke belakang untuk menjulurkan lidah lalu menggoyangkan bokongnya meledek Akhtar yang tertinggal jauh.
Yasmin tertawa melihat tingkah keduanya, ada saja hal lucu yang dilakukan dua bocah itu yang mampu membuat Yasmin merasa gemas sendiri.
Dalam hati, Yasmin sangat bersyukur memiliki anak-anak manis yang luar biasa. Terlepas dari permasalahan dan kepedihan yang dirasakan Yasmin, sekali pun, ia tidak pernah menyesali pernikahannya dengan Rayyan.
Yasmin mungkin sudah merasa gagal menjadi seorang anak, dia juga sudah gagal menjadi istri, namun dia akan berusaha semampunya untuk melakukan yang terbaik sebagai seorang ibu.
Selama anak-anaknya bahagia, Yasmin bisa melakukan segalanya.
Termasuk menahan luka.
****
"Nih, bebek goreng yang ada di restorannya Estu, sesuai dengan pesanan kamu." Adam, laki-laki berwajah datar itu meletakkan bungkusan beraroma lezat di atas meja makan, kemudian menarik kursi dan duduk tanpa dipersilakan.
Satu jam lalu, selepas pulang kerja, Adam datang ke rumah Yasmin. Niatnya untuk menjemput Rafa --anak semata wayangnya-- yang sedang bermain di sana urung, di depan pintu Adam dihadang oleh Yasmin yang katanya sedang ngidam, wajahnya terlihat memelas dan merana, membuat Adam tidak tega. Dan setelah tahu yang diinginkan perempuan hamil itu adalah bebek goreng, Adam langsung bergegas pergi untuk membelinya.
"Aku ngerepotin mas terus deh." Ucap Yasmin, tak urung membuka bungkusan itu dan membawanya ke pantry, "kan jadi enak." lanjutnya disertai cengiran.
Adam berdecak, sejenak menatap perempuan yang terlihat sibuk memindahkan makanan ke piring, "Harusnya masa-masa ngidam mu itu udah lewat, Yas," gerutu Adam yang hanya dibalas dengan lirikan oleh Yasmin.
Tak lama kemudian, Yasmin sudah duduk dihadapannya dengan piring penuh berisi bebek goreng beserta sambal, nasi, dan lalapan.
"Gimana keadaan kamu?" Tanya Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS
RomanceRumah yang awalnya hangat kini terasa semakin dingin, cinta itu masih ada namun tak lagi terasa. Khalisha Yasmin sudah mencapai batas di mana ia tidak mampu lagi mempertahankan pernikahan yang sudah berjalan selama sebelas tahun. Copyright @2020