0.1 ㅡ OSIS

51 6 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















○●○





Sejujurnya, perkenalanku dengan Haris itu cukup klise. Kami saling mengenal karena aku dan dia berada di satu kelas yang sama.

10 IPA 4.

Awalnya juga tidak terlalu akrab, hanya sekadar tahu nama dan mengobrol jika diperlukan saja.

Ah iya, bangku ku lumayan dekat dengan bangkunya. Dia dan temannya -Aji, terduduk di bangku pojok paling depan. Aku tidak tahu apakah ia laki-laki cerdas atau kurang beruntung, hingga terpaksa terduduk tepat di depan meja guru.

Sedangkan aku duduk di bangku urut dua dari depan, bagian tengah tepat di kiri deretan bangku Haris.

Haris itu... ngga ganteng, serius deh.

Bibirnya yang tebal dan bintang hitam di bawah matanya itu banyak digandrungi para kaum hawa di kelasku maupun kelas lain.

Ups, bagi ku tidak. Dia hanya laki-laki menyebalkan yang suka menggangguku dengan berbagai macam cara.

Iya, dia semenyebalkan itu!

Kami baru memulai dua minggu menginjak bangku sekolah menengah atas, tapi dia sudah membuatku darah tinggi setiap bertemu di kelas.

"Bea! Jadi cewe jangan nakal dong"

Sumpah! Demi kerang ajaib!
Dengar? Tuh kan lagi-lagi. Padahal aku hanya diam dan membaca novel di genggamanku.

"Ga pernah pake pita, udah kaya cabe-cabean aja"

Sorry, sir. Lihat sendiri?
Aku tidak tahu apa motif Haris yang selalu mengangguku, tapi aku benar-benar jengah dengan kelakuannya. Terlebih bibir tebalnya itu tuh, suka nyerocos pedas.

Aku menghembuskan napas kasar, sedikit membanting novelku pada meja. Tatapan tajam ku arahkan padanya, namun dia malah terkekeh. Apa ini lucu baginya?

"Lo sebenernya ada masalah apa sih sama gue?"

Orang-orang di sekitar bangku ku sontak menatap ke arahku, terkejut karena nada bicaraku yang meninggi. Tapi si laki-laki penganggu itu malah tertawa bersama Aji.

"Ga ada. Lo nakal abisnya"

Novel dalam genggamanku sudah terangkat dan hampir ku layangkan ke arahnya, namun ku urungkan niatku ketika pintu kelas terbuka. Menampakan tiga orang berseragam putih abu juga, ku tebak mereka pengurus osis. Aku dapat melihat jas hitam yang mereka kenakan dengan bordiran 'OSIS' di dada kirinya.

Haris Itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang