○●○
Tebak, ekstrakurikuler apa yang aku pilih?
Aku pilih paduan suara.
Jika kalian berpikir aku bisa bernyanyi, itu salah besar.
Suaraku tidak bagus-bagus amat, cuma karena banyak yang bilang bahwa ekstrakurikuler paduan suara hanya digunakan pada saat upacara bendera, maka ini pilihan yang terbaik.
Seperti prinsipku, yang penting dapat nilai.
Sekolahku ini memang mengharuskan setiap siswanya mengikuti minimal satu kegiatan ekstrakurikuler. Wajib, karena katanya jika tidak memikiki ekstrakurikuler, siswa tersebut bisa tidak naik kelas.
Percayalah, itu semua hanya pencitraan belaka.
Oh ya,
Daaaaaaan aku juga memilih dance.Sejujurnya sejak awal aku memang berniat ikut dance, tapi ternyata dance di sekolahku tidak termasuk ekstrakurikuler. Jadi percuma juga ikut karena tidak akan dapat nilai dan tidak akan masuk rapor juga.
Alasanku memilih dance hanya karena aku sejak kecil sudah sekolah dance, jadi apa salahnya menjalankan hobi.
Keputusan ini aku ambil setelah satu minggu berpikir. Semua ekstrakurikuler yang ku pilih waktu itu banyak tersisih karena aku terlalu malas untuk datang ke pertemuan awal.
Dan buruknya,
Sepertinya aku salah memilih.
Saat ini aku berada di dalam bus menuju taman kota bersama teman-teman seangkatan paduan suara, kakak kelas, juga guru pendamping.
Entah kenapa sebenarnya mereka ingin merayakan penyambutan angkatan baru di taman kota, tapi ku rasa sekolah ini terlalu bar-bar dalam mengeluarkan biaya.
Jadilah kini aku terpaksa membaurkan diri dengan teman juga kakak kelas. Menyebalkan.
Selama perjalanan hanya diisi lagu, nyanyian, lagu, nyanyian. Begitu terus sampai suaraku seolah habis karenanya. Aku duduk dengan salah satu teman sekolah menengah pertamaku. Sejujurnya memang dia yang menawariku untuk ikut paduan suara. Kami dulu sering meng-cover lagu bersama.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam tiga puluh menit, akhirnya rombongan kami sampai. Tak banyak yang dilakukan di sana. Hanya bermain permainan kekompakan tim dan pensi kecil di akhir acara. Sekadar pemeriah agar angkatan baru dan lama dapat berbaur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haris Itu...
Fiksi RemajaHaris itu... Januar. Ah, bukan. Haris itu laki-laki yang ku temui hampir setiap hari dalam kurun waktu tiga tahun. Berbalut putih abu-abu, Kisahku dan Haris seperti kelabu. Tidak jelas antara putih atau hitam, Tidak pasti antara terbiasa atau nyaman...