0.5 ㅡ Sarung Tangan

2 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







○●○



Sebenarnya aku masih tidak mengerti, Haris ini tipikal laki-laki seperti apa. Dia seolah dua orang berbeda. Sehari dia terlihat manis, sehari kemudian dia terlihat menyebalkan.

Aku dan Haris jarang mengobrol ketika di kelas, namun penuh topik saat di ponsel. Aku tidak mengerti apakah mereka Haris yang sama?

Dan lagi, ketika bertemu di sekolah rasanya obrolan kami terputus dan seperti tidak terjadi apa-apa. Maksudku, obrolan kami jadi berbeda di dunia asli dan dunia maya.

Satu lagi. Keributan kami tidak berakhir. Tidak hanya ikat rambut yang kini menjadi incarannya, dasiku sekarang menjadi sasarannya. Haris sering menarik dasiku, membuatnya mengerut. Karena hal ini, aku sering membalasnya. Karena jika laki-laki itu menarik ikat rambutku aku tidak bisa membalasnya, sedangkan dasi tentu aku bisa membalasnya.

Siklusnya begini:

Haris datang mengganggu ㅡ menarik ikat rambutku ㅡ rambutku terurai ㅡ menarik dasiku ㅡ dan aku balas mengejar ㅡ menarik dasinya ㅡ dan dia malah mengacak-acak rambutku ㅡ berebutan dasi ㅡ hingga perebutan berakhir dengan guru yang masuk ke kelas.

Sebenarnya... bukankah ini namanya pem-bully-an?

Aku korbannya!


●○●



"Masih jaman ya dikerjain kaya gitu?"

Aku berhenti tak jauh dari segerombolan laki-laki di belakang sekolah. Ujarku pada Ara dan Zefa yang tidak mendapat tanggapan.

Beberapa saat yang lalu kami melewati segerombolan kakak kelas yang sedang mengerjai temannya. Mereka mengikat temannya tersebut pada pohon besar, kemudian menyiramnya dengan berbagai cairan. Aku tidak tahu pasti cairan apa saja, yang pasti baunya busuk dan warnanya kotor.

Ara menjelaskan bahwa itu hanya cara mereka merayakan ulang tahun. Karena awalnya mereka mengucapkan selamat pada temannya, sebelum akhirnya merayakan dengan cara yang tidak manusiawi.

Pulang sekolah bagi siswa kelas sepuluh sepertiku memang sudah biasa melalui pintu belakang sekolah. Itu karena parkiran kami ada di bagian belakang, jika keluar lewat pintu utama akan lebih jauh dan memutari bangunan sekolah.

Tapi tempat ini juga yang sering dijadikan para siswa untuk melakukan 'ritual' perayaan ulang tahun. Menurutku ini berlebihan. Lihatlah bagaimana laki-laki itu hampir muntah akibat bau dari air yang diguyurkan.

Haris Itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang