0.3 ㅡ Tiket

27 5 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















○●○








"HARIS LO BISA DIEM GA SIH?!"

Untungnya kelas cukup ramai, dan aku rasa teman-teman kelasku tidak akan menggubrisku.

"Makannya pake pita!"

Haris menimpali. Lagi-lagi ia menarik karet rambutku, membuat ikatan tersebut terlepas dan rambutku kembali terurai. Sepertinya dia terobsesi dengan rambutku, ew.

"Balikin gak!"

Aku sedikit menggebrak meja sembari bangkit dari duduk ku. Berjalan menghampirinya yang berdiri mengejek di ambang pintu masuk kelas.

"Ambil kalo bisa"

Haris berjalan mundur, keluar dari dalam kelas. Tak lama ia berlari begitu saja. Aku terdiam, enggan untuk menghabiskan tenagaku seperti anak kecil yang senang bermain kejar-kejaran.

Tapi...

"GUE CAPEK YA! HARIS BALIKIN!"

Sedetik kemudian aku berlari mengejarnya. Dengan dia yang sesekali menengok ke arahku dengan mengejek. Tidak sampai di lapangan tengah ataupun lapangan luar, aku hanya mengejarnya di area sekitar kelas. Persetan dengan beberapa siswa kelas lain yang melihat. Aku sudah muak dengan Haris. Jika tertangkap, akan ku habisi dia agar berhenti mengganggu hidupku.

Aku terus mengejarnya, bahkan saat laki-laki itu kembali berlari memasuki kelas. Lelah, tapi akan ku tangkap dia-

"DUAR!"

Haris yang bersembunyi di balik pintu kelas yang tertutup sebagian. Aku dengan terkejutnya nyaris tersungkur jika saja kedua pergelangan tanganku tak ditahan olehnya.

Laki-laki yang membuatku terkejut itu menahan pergelangan tanganku sesaat sebelum bokongku benar-benar menyentuh lantai keramik.

Aku terdiam.

Haris juga terdiam.

"Kaget ya?"

Nadanya bukan bertanya, tapi mengejek.

Dengan cepat aku merebut karet rambut di genggamannya bersamaan dengan aku yang menarik tanganku kembali dari cengkramannya.

Acara kejar-mengejar kami berhenti sampai di situ. Cukup sudah membuat seluruh penghuni kelas melihat kearahku dan Haris tadi.

Bahkan aku mendapat senyum menjijikkan dari Ara dan Zefa saat aku berjalan menghampiri mereka. Kembali ke habitatku.

Jujur saja, masalah pita ini, aku bukannya tidak ingin memakai pita sebagaimana aturan sekolah. Tapi memang pada dasarnya aku tidak suka. Sejak duduk di sekolah dasar pun aku jarang mengenakannya. Menurutku pita itu terlalu mengganggu. Sama seperti Haris.

Haris Itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang