Ini gila aku jatuh sejak pertama kali bertemu dengannya. Kami bertemu di dermaga tempat biasanya aku berdiam diri menatap senja hanya untuk menghilang sejenak dari keramaian.
Ia menyapaku tanpa berkenalan mengajakku berbincang mengenai alam. Aku takut bertemu orang asing. Tapi dia berbeda. Aku cukup nyaman berbicara dengannya.
Aku menyukainya caranya bercerita tentang alam. Aku suka mendengar suaranya. Kami hanya orang asing, tak masalah kita berbagi cerita karena kita tak perlu bertemu kembali. Dan mempertanyakan hari ini. Sore itu kupikir kami selesai setelah berpisah dipersimpangan jalan.
Namun aku salah, untuk kedua kalinya saat hujan sore di halte ia menyapaku. Kami kembali bercerita tentang hujan, awan dan langit. Cheese sekali. Tapi bukankah aku pernah bilang aku suka caranya bercerita .
Ia mengajakku masuk ke dalam dunia imajinasinya. Kali itu ia memberitahu namanya namun melarangku menyebut namaku. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Ia berpesan saat busku datang bahwa ia tidak mengharapkan pertemuan ketiga. Dia mengajakku bermain dengan takdir soal pertemuan dan perpisahan. Menunggu alam yang akan menjawabnya. Dan aku menyesal karena mengiyakannya. Karena tanpa bisa ku cegah rasa itu meresap dalam diriku.
Rintik Rindu
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE
Short Story"Orang bilang harapan itu seperti awan", katanya tanpa menatapku. "Iya beberapa berlalu begitu saja, sisanya membawa hujan", sahutku menatap langit yang sama. Kau bilang setelah hujan akan ada pelangi," aku mengulang perkataannya. "Begitu bukan?" Ia...