Catatan ✨

989 41 15
                                    


Hari ini adalah hari aku kembali masuk sekolah setelah sembuh dari sakitku. Aku sudah merasa lebih baik hari ini. Aku bangun dari tempat tidurku dan melihat Si Putih sedang bermalas malasan.

Aku mandi dan menuju meja makan. "Kamu sudah baikan Ra?". Tanya Papa kepadaku. Aku hanya mengangguk.

Seperti biasa, hanya suara dentuman piring dan sendok yang terdengar saat kita sarapan. Terisi juga perutku ini.Aku pamit dan menuju ke sekolah menaiki bus.

Di sana sudah ada Seli dan Ali. Seli melambaikan tangannya kepadaku. "Sudah sembuh Ra?". Tanya Seli. Aku mengangguk.

Beberapa menit kemudian, Aku, Seli, dan Ali sudah sampai di sekolahan. Sampai di kelas, aku melihat catatan yang ditulis di sebuah kertas. Dan catatan itu berada di atas mejaku.

Aku membaca sekilas lalu memutar bola mataku malas. Catatan ini bertulis 'Ali is mine'.

Ah! itu pasti penggemar Ali yang alay alay. Aku tidak pernah memedulikan penggemar Ali itu. Wajar saja Ali dan aku adalah sahabat. Seorang sahabat tidak boleh dekat?.

Aku menoleh memastikan tidak ada yang melihat. Lalu aku segera mengeluarkan kekuatanku untuk menghilangkan catatan itu.

Konsentrasi dan rileks. 'Menghilang'. Cling!. Catatan itu segera menghilang. Di depan pintu, ada seseorang yang bertepuk tangan.

Ah sial ternyata dia adalah Ali si biang kerok. Ali mendekatiku. "Wah Ra, kamu mengeluarkan kekuatan mu disekolah. Keren sekali! coba lagi Ra tolong coba lagi". Kata Ali.

Aku menggeleng tegas. "Tidak!. Sebentar lagi pelajaran akan mulai". Aku mendengar Ali sedang mendengus kecewa.

Seli datang menghampiri aku dan Ali. "Ada apa ini?". Tanya Seli.

"Raib mengeluarkan kekuatannya!. Tadi dia menghilangkan sebuah kertas. Keren sekali". Jawab Ali dengan suara keras. Aku segera memukul lengan Ali.

"Sssttt...Nanti semua murid mendengar!. Diam lah kau". Pekikku. Ali hanya menaikkan bahu tanpa dosa. Sungguh Ali benar benar menyebalkan.

Ali menoleh kearah Seli. "Sel, sepertinya jika kamu mengeluarkan petir di sekolah akan semakin seru. Ayo lah Sel keluarkan kekuatanmu. Keluarkan petirmu". Kata Ali memohon.

Sementara Seli ia berusaha menutup mulut Ali agar diam. "Ali! diamlah!". Kata Seli dengan suara kecil. Ali memasang muka masam.

Pelajaran Pak Gun dimulai. Pak Gun mengajar biologi di papan tulis dengan jelas. Kadang ia juga memutarkan video agar murid muridnya lebih paham.

Semua murid terlihat antusias mendengarkan penjelasan Pak Gun. Beda dengan Ali, ia hanya menggaruk rambutnya yang berantakan. Pasti Ali tidak keramas lagi.

Bel istirahat pun berbunyi. Aku, Seli, dan Ali seperti biasa menuju kantin untuk membeli bakso.

"Ali, aku tahu kau pasti hari ini tidak keramas. Sedari tadi kau hanya menggaruk rambut yang penuh ketombe itu". Cengir ku lalu tertawa. Seli pun ikut tertawa.

"Bagaimana kau tahu?. Jangan jangan Ra mengintip!". Kata Ali dengan suara agak keras. Aku mendengus sebal.

"Hah? tidak mungkin aku mengintipmu!. Dasar geer. Aku tahu karena kamu memang jarang keramas!". Jawabku.

Seli gemas melihat pertengkaran kecilku dengan Ali. Seli bahkan tidak henti hentinya untuk menggodaku. "Ra, kamu dan Ali semakin serasi saja ya". Kata Seli. Aku tidak menggubrisnya. Sungguh menyebalkan.

Istirahatpun selesai. Aku, Seli, dan Ali bergegas menuju kelas. Di mejaku terdapat 3 catatan itu lagi tetapi dengan tulisan berbeda.

'Jangan dekati Ali'
'Ali punyaku'
Ali is mine forever!'

Aku mendengus kesal. Kenapa penggemar Ali semakin lama semakin banyak. Aku dan Ali adalah sahabat jadi wajar saja kita dekat. Mereka saja terlalu alay. Menyebalkan!.





Hii.. maaf pendek dan telat update
Voment wajib dong

Salam dari Raib, Ali, dan Seli,

To Be Continued🌈✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RALI LOVE (Raib Ali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang