SMA
Aku mengalami depresi selama seminggu, mataku bengkak, bahkan entahlah seperti apa bentuk mukaku saat itu. Ia aku gagal masuk ke SMK nomor 1 di BANTEN, di mana dulu kakak adalah alumni dari sekolah tersebut, aku marah pada maha yang kuasa, ia selalu mudah mendapatkan apa yang ia mau, meskipun kami sama-sama mempunyai sifat ambisius, tapi dia diimbangi dengan sikap confidence nya. Sedangkan aku? Mungkin karena sering mendapatkan perbedaan dari sikap saudara2ku, membuat aku tumbuh menjadi orang yang tak percaya diri. Aku mengurung diri selama seminggu, hanya keluar untuk sarapan dan mandi, hp ku nonaktifkan selama aku berkabung. Aku tahu, mungkin orang tuaku lah yang lebih terbuka, karena melihat anaknya gagal di sekolah yang juga ia impikan, dan melihat keadaanku yang amat buruk. Mama sudah berkali-kali berkata padaku, bahwa sekolah dimanapun intinya sama, toh sekolah swastamu itu, pengajarnya sebagian dari SMK itu. Jadi peraturannya pun juga sama, hanya aja ada bayarannnya, mama sama papa gak merasa keberatan sama biaya, selama kamu bisa nyaman sekolah, bagi kami itu bukan apa2. Tetapi perkataan itu seolah tak bisa menenangkan hatiku, karena kalian mungkin merasakan hal ini, saat kalian berharap lebih dan hal itu tak bisa kalian gapai. Itu mimpi buruk, karena aku sudah unjuk gigi ke teman2 SMP ku, bahwa aku pasti masuk, dan tak memilih SMA, seperti yang mereka pilih, karena mereka terlalu takut untuk mendapat resiko kegagalan. Bahkan saat masa MOS tiba, aku belum mempersiapkan apapun, aku tak berniat untuk masuk sekolah, maupun menjalani hari-hari ku di sekolah tersebut, aku tak sebodoh yang kalian kira, waktu SMP aku selalu masuk jajaran peringkat 10 besar. Aku selalu seperti ini dari SMP, aku baru bisa menikamati masa sekolahku saat duduk di bangku kelas 2, karen aku mempuyai teman2 yang gokil, saat tahun pertama di SMA, aku hanya mempunyai prinsip : "Aku datang dan pulang sekolah, jika ada tugas aku kerjakan, jika ada ulangan aku belajar, dan peraturan pun aku patuhi, di luar dari itu aku tak mau peduli". Sedikit demi sedikit, aku peduli terhadap penampilanku karena aku masuk di jurusan bisnis, di mana 1 kelas tidak ada laki-laki, dan ternyata semester pertama di kelas X aku mendapat rangking 3, semester ke 2 di kelas X aku mendapat rangking 2, tentu saja itu orang tuaku kaget dengan hal itu, dan ia bergembira. Saat aku depresi, mama menyuruh kakak untuk menasehatiku agar bangkit dari keterpurukan, dan menikmati masa SMA ku, karena mama tahu kakaklah satu-satunya orang yang bisa memengaruhi cara pandangku, karena mama takut aku masih terpuruk dengan gagalnya tes tersebut, di SMA ini aku boleh mengikuti ekskul apa saja yang aku mau, karena mama tau aku punya penyakit tifus, yang notabenenya tak bisa sedikit sekalipun capek, karena pasti langsung sakit. Ia sedikit demi sedikit cara pandang saudaraku berubah, aku tak pernah lagi dibeda-bedakan dengan kakakku, bahkan di kelas 2 kemarin aku mendapat beasiswa penuh selama setahun juga juara umum, juara umum yang dimaksud disini adalah, jurusanku yang ku pilih terdiri dari 4 kelas, dari semua siswi yang mendapatkan rangking 1 dari 4 kelas yang tertinggi, itu di sebut juara umum dan ternyata banyak guru juga teman yang banyak mengenalku, ia meskipun SMP ku dulu bertaraf internasional, dimana kelas,metode pelajaran, ulangan,upacara dan buku dalam bahasa inggris,pokoknya all about English juga KKM mata semua mata pelajaran 80, itu tidak membuat saudara2 ku berhenti membeda2kan aku dan kakakku, aku dikenal dengan nama sean, karena wajahku yang mirip dengan penyanyi jebolan ajang pencarian bakat itu, juga kebiasaanku yang belum menghilang, menggunakan bahasa inggris di SMA, karena terbawa suasana di SMP. Dan saat aku membandingkan rapot SMA ku dengan kakak, ternyata dari kelas X nilaiku lebih besar darinya, aku pun pernah mengungkapkan amarah yang ku pendam jika hari pembagian rapot tiba, mama sempat kaget mendengarnya, dan ia berkata lembut padaku ; " semua anak mama, gk ada yang bodoh, kamu aja yang kurang berusaha, dan percaya sama kemampuan kamu, kamu gak bisa membaca apa yang kamu punya untuk di kembangkan" . Ia aku membenarkan perkataan mama, aku tak pernah bisa melihat peluang bahkan aku tak peranh percaya dengan kemampuanku sendiri, kakak membuka pandanganku untuk terus tidak putus asa, dan percaya dengan segala nya yang ku impikan, ia pun pernah berkata : "kakak lebih bangga sama kamu, yang sudah mempersiapkan diri dari jauh2 hari dengan membeli atau membaca hal2 yang berhubungan dengan psikotes, daripada tetangga kita yang lulus, hanya karena faktor keberuntungan. Kamu berjuang lebih besar, daripada dia. Tuhan mendengar semua kesakitan mu, saat kamu gagal, kamu terpuruk bahkan seperti orang hilang arah untuk kembali bangkit, kegagalan membuat mu tegar, kegagalan mengajarkan mu banyak hal, kegagalan membuatmu selalu berusaha menjadi yang terbaik dari semua yang terbaik, kegagalan mengajarkanmu sabar dan lebih kreatif, kegagalan memberimu hal yang tak pernah terlintas di pikiranmu kan? Bahkan tak pernah kamu impikan, ia memberimu sejuta harapan, ia membuka gerbang kesuksesan bagi siapa yang bangkit dan mau berusaha lebih dari hari yang kemarin, kegagalan memberi hadiah terbaik bahkan lebih baik di hari ulang tahunmu, kamu berhasil membuat kami bangga atas apa yang telah kau perbuat, dapatkan, dan usahakan, hanya 1 pesanku sayang, don't be arrogant, keep humble, dan be thankful pada tuhan dimanapun kamu berada, tuhan selalu tahu mana mereka yang berani bermimpi dan mewujudkannya, dan mana mereka yang mempunyai sejuta di mimpi, tetapi tetap di line itu saja. Buatlah dirimu bersinar, dengan segala yang kau percaya, buatlah dunia ini melihatmu dengan segala yg kau punya, dan tamparlah orang2 yang dulu menghinamu, dengan langkah yang kau buat, kamu adik terbaikku, janganlah lagi tidak percaya pada diri sendiri, aku selau di sampingmu, tetap berdiri saat kamu terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Her
RandomAku benci perbedaan! Bukankah setiap orang mempunyai keunikan. sendiri dari masing-masing dirinya. Ia anggun, pintar dan bertalenta. sedangkan aku? tomboy, ceroboh, dan tidak berbakat sepertinya. Ini kisah nyataku tentang aku dan kakakku.