TODDLERS

5 0 0
                                    

Saat kecil, kakakku adalah tipe pemberontak, bahkan di umur nya yang bertambah saat tanggal 19 Desember kemarin. Dia amat berani untuk Broken All The Rules, amat bertolak belakang denganku yang sangat takut dengan hukuman, yang akan orang tuaku berikan jika kami melanggarnya. Saat hari menjelang siang, aku lupa tanggal kejadiannya, sepertinya ini hari minggu, karena seingatku tanteku datang ke rumah, dan ia hanya datang di tanggal2 weekend atau hari minggu. Teman- teman di sekitar rumahku, akan pergi ke suatu mall yang waktu itu baru dibuat di sekitar daerah rumahku, ia bilang ia ingin berjualan di sana, karena katanya sedang ada pertunjukkan panggung dangdut. Kami yang masih kecil dengan rasa keingintahuan yang besar, tentu ingin ikut dan membantu teman kakak yang bernama, Santi. Yah... kehidupan kami memang lebih layak daripadanya, di umurnya yang masih kecil, ia harus rela membagi waktu bermainnya dengan membantu orang tuanya, berdagang. Kakak langsung saja menarik tanganku yang saat itu kami sedang bermain lompat karet untuk mengikuti langkah santi yang sedang bersiap-siap pergi menuju mall tersebut. Aku menolak, dan berkata : "Lina gak mau ikut, kita belum minta izin, nanti bisa diomelin mama, lina gak mau!" lalu ia berkata : "Ih ayolah, gak apa-apa, lagipula mama lagi ngobrol sama tante ini, kita juga gak bakal pulang sampe sore, kalau dagangan santi udah laku semua, kita pulang, okay? " . Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, ia sudah menarik lenganku kembali, alhasil aku menuruti kemauannya dan di sinilah kami, di mall yang tadi ku masud, menonton pertunjukkan, sambil membantu santi, sampai kami tak sadar, bahwa hari sudah sore. Kami sedang dalam perjalanan pulang, aku harap-harap cemas saat langkah kami dekat dengan rumah, dan banyak tetangga yang melihat kami dengan aneh, kami amat kucel. Saat kami berpapasan dengan salah satu tetangga, ia berkata : "Kalian berdua kemana aja?! ya ampun dari tadi mamanya nyariin kesana-kemari tau" ucapnya. Akupun makin mengeratkan tanganku pada tangan kakak yang ternyata terasa dingin saat ku genggam. Rumahku mempunyai 2 pintu, satu pintu utama, satu lagi pintu menuju taman. Kakak memilih masuk ke rumah dengan pintu ke 2, jika lewat pintu 2, kami langsung bertemu dengan kamar mandi dan dapur. Karena kakak tak tahu, apa yang harus ia lakukan, jika berpapasan dengan mama. Ia memilih untuk mandi, karena badan kami yang sudah berlumuran keringat. Selesai mandi, mama menatap kami kaget, dan langsung saja ia megintogerasi kami banyak pertanyaan, kami tak berani menatap mata mama yang dipenuhi dengan amarah, yang sedari tadi aku lakukan hanya menangis, sedangkan kakak? Dia memilih menundukkan wajahnya saat di marahi mama. Yang benar saja, saat integorasi selesai, mama menarik kami menuju ruang dekat dapur, yang kutahu itu adalah gudang. Yang mana, banyak sarang laba-laba dan kotoran tikus, juga barang2 yang sudah tak terpakai, kami di kunci dari luar, dan mama akan membukakan pintu itu jika papa sudah pulang kerja, karena papa akan mengintogerasi kami lebih jauh dan pasti menambah hukuman kami. Aku hanya bisa menangis kejar, dan terus menyalahkan ulah kakaku ini. Sedangkan ia? Ia memang menangis, dan saat itu juga raut wajahnya berubah, jejak air mata yang sedari tadi memenuhi mukanya pun hilang, dan dengan santainya berkata padaku : " Udahlah, jangan nangis mulu, entar lagi papa pulang, kamu cengeng banget deh, jangan nyalahin keadaan mulu! ". Dan akhirnya papa pulang, kami di integorasi saat makan malam selesai, papa kesal bukan main, bahkan ia mengeluarkan kata-kata yang sangat pedas, juga mencambuk kami dengan sapu lidi. Itu hal yang tak pernah bisa kulupakan, haha. Lalu pernah sewaktu pulang sekolah, karena papa tak mau memanjakan kami, semua anak yang mau bersekolah di tingkat SD, akan diberi sepeda sebagai kendaraan mereka untuk berangkat maupun pulang sekolah. Kakak yang amat senang mencari jalan-jalan singkat untuk mempercepat waktu untuk pulang ke rumah, akhrinya tersesat, dan yang kulakukan hanya bisa menangis, ia kami satu sekolah, dan jika sudah pulang sekolah, kami harus les dilanjutkan dengan sekolah lagi di MI mulai jam 3-5 sore. Habis itu, jam setengah 7 malam kami harus mengikuti pengajian sampai jam 8 malam, dan akvitas terakhir kami adalah belajar dengan mama, yang notabenenya adalah seorang guru.

Me and HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang