5. Hari Minggu Tersibuk

2 1 0
                                    

Ibunya tidak bisa tidur, kemarahan Rania membuat ibunya terbangun mendengar keributan Rania dengan temannya.

Akhirnya mulai mempersiapkan ayam bakar, besok ada dua ratus pesanan ayam bakar untuk acara ulangtahun Desi tetanggamya.

Ayam yang telah dibumbui lalu diungkep dengan bumbu khusus buatan neneknya alias bumbu turun temurun. Dengan sambal tomat yang sangat lezat dan semua ibunya Rania yang meramunya.

Rania sudah mulai bisa hanya saja dia belum percaya diri bila untuk porsi yang banyak. Tetapi untuk sambal tomat Rania bisa dinilai jagoan, sambalnya bisa menyamai rasa buatan ibunya.

Ibunya melihat Rania masih tertidur, ibunya memaklumi keadaan itu. Rania baru bisa tidur jam sebelas malam, pertengkaran dengan Reno membuatnya sulit tidur.

"Rania tidak dibangunkan Bu?" Ayahnya bertanya.

"Biar saja Ayah, Rania baru tidur satu jam. Nanti saja jam tiga saya bangun- kan." Ibu menjawabnya dengan tenang.

"Kriiiiiingggg... Kriiiiiingggg" Hpnya Rania berbunyi. Biasanya kalau nada dering begitu dari nomer yang tidak dikenal.

"Hallo, aduh masih malam. Siapa sih ini usil sekali?"

"Rania, ini aku Reno. Tolong jangan ditutup aku nggak bisa tidur nanti kalau aku sakit nggak bisa ikut olimpiade Fisika hari selasa depan lho!"

"Iya, ada apa?"

"Tolong jangan marah sama aku dong!"

"Iya, emang jam berapa sekarang?"

"Sekarang jam 2 pagi."

"Hah, jam 2 aku harus bangun. Aku harus kerja, sudah yah!"

"Eh jangan ditutup dulu, kamu kerja apa?"

"Aku mau masak buat jualan hari ini, jam sembilan pagi dilapangan kompleks rumahku."

"Oh gitu, aku boleh datang nggak?"

"Boleh saja, sudah yah Reno aku sibuk sekali!"

"Iya-iya, Terima kasih banyak yah, kamu nggak marah sama aku."

"Iya, sama-sama." Segera dia tutup hpnya, dia khawatir orangtuanya bisa kerepotan dengan pesanan ayam bakar dan jualan hari ini.

"Benar nih Yah buat limaratus potong ayam bakar? Tanya Rania pada ayahnya.

"Benar, buat saja toh nanti kalau di lapangan nggak habis bisa kita jualin warung di rumah."

"Oh, pantas saja ruang tamu kita disulap seperti restauran sederhana."

Rania dan kedua orangtuanya tertawa bahagia, Rania yang baru bangun langsung bersinar ceria bahagia. Bayangannya akan bisa melanjutkan sarjana  bisa terkabul.

Rania semangat membantu kedua orangtuanya, hanya dengan tiga orang menyiapkan seribu potong ayam bakar. Andai saja kakak-kakaknya ada disini tentu tidak akan serepot ini.

Untunglah ibunya memiliki kuali yang sangat besar bisa untuk mengungkep potong ayam dalam jumlah besar.

Kini giliran Rania dan ayahnya membakar ayam telah dibumbui itu. Tepat jam delapan pagi,  pesanan duaratus porsi ayam bakar telah selesai dibakar dan sudah ditata pada kotak makanan dengan nasi, lalapan beserta sambal tomatnya.

Kini giliran Rania yang harus mengantar ke rumah Desi, tepat pukul delapan pagi.

"Rania-Rania...!" Tiba-tiba seseorang datang memanggil Rania.

Rania pun segera ke luar.

"Iya sebentar, eh kamu Reno. Ayo silahkan masuk!"

"Eh, Kamu mau kemana?"

PERJALANAN RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang