EOSSS;24

42 7 1
                                        

LavenderWriters Project III Present

Edinburgh of Seven Seas Santorini © Group 8

Part 24 — Created by Levita875 Ezayss

▪▪▪

Keesokan harinya, Nara dan Laras berjalan beriringan di koridor. Melangkahkan kaki secara serempak, menuju kantin untuk mengisi perut. Sesampai di tempat duduk biasanya, sudah ada Rinrin yang termangu dengan kedua telapak tangan sebagai penopang.

Netra Laras menilik seperti ada sesuatu yang kurang pada diri Rinrin—ah, ya, tidak ada sang pacar yang menempel bak lem dengan perangko. Pasalnya, mereka selalu ke kantin bersama.

"Di mana yang lainnya?" tanya Nara, mendaratkan tubuhnya duduk di sebelah Rinrin disusul dengan Laras.

Rinrin hanya mengendikkan bahu acuh tak acuh, tampak enggan untuk membuka mulut. Tangannya mengaduk-aduk kuah bakso yang masih utuh secara random. Membuat Nara mengernyitkan dahinya.

Tiba-tiba dua orang bertubuh gempal dengan seenak jidatnya duduk dengan nampan yang di atasnya terdapat empat mangkuk bakso. Tari dan Joe, mereka datang dengan tergesa-gesa.

"Misi-misi!" teriak Tari, disusul Joe. Mereka berdua duduk dengan cepat, melahap bakso dengan berlomba-lomba. Siapa cepat dia dapat.

"Kalian ngapain, sih? Beli bakso sebanyak itu, nanti yang bayar siapa coba?" Laras tampak gemas dengan pemandangan pipi Tari dan Joe bulat-bulat seperti bola.

"Kamu!" jawab Joe dan Tari serempak. Laras secara refleks memalingkan muka, menatap Nara dengan memelas.

"Tenang, Ras. Kita lagi ngadain lomba, yang kalah harus traktir yang menang," ujar Joe, di sela-sela kunyahannya.

"Iya, bagus 'kan, Ide cemerlangku?" sahut Tari. "Aku juga tidak enak ditraktir sama kamu terus."

"Bukannya urat malu kalian udah putus, ya?" ujar Laras langsung dihadiahi tatapan tajam dari Tari dan Joe. "Bagus, bagus, kalau kalian sadar." Laras tertawa nista, sudah cukup uangnya terkuras.

Nara hanya tersenyum tipis, namun ia masih bertanya-tanya ada apa dengan Rinrin. Nara menyenggol sikut Laras, membuat sang empu mengaduh.

"Kenapa, sih?" ucap Laras berhenti saling mengejek dengan kedua pasangan bertubuh gempal. Nara menjawab dengan lirikan mata mengarah kepada Rinrin yang terdiam.

Laras mengerti maksud Nara, melihat Rinrin yang duduk terpaku dengan raut murung serta seolah mengunci rapat mulutnya. Merupakan pemandangan yang tak biasa, Laras paham maksud Nara.

"Rin, kamu kenapa?" tanya Laras. "Kalau ada apa-apa cerita dong, jangan diem kayak patung pancoran gitu." Ucapan Laras membuat Nara melirik tajam, dengan situasi gini Laras masih saja bercanda.

"Cerita, jangan dipendem," imbuh Nara. Mendengar ucapan Nara dan Laras membuat Tari dan Joe menghentikan acara lomba makannya, melontarkan perkataan yang sama kepada Rinrin.

Rinrin malah memalingkan muka, masih enggan berbicara. Raut wajahnya datar, diselipi dengan sorot mata sayu. Tangannya semakin gencar mengaduk-aduk bakso yang tak berdosa. Mungkin, itu menggambarkan bahwa perasaannya sekarang campur aduk.

08;Edinburgh of Seven Seas Santorini✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang