2. Telur Gulung

118 20 0
                                    

"Kakak kelas itu?"

Alice mengangguk sembari tersenyum.

"Trus gua harus ngapain?" Aku memang bingung harus apa. Toh setelah mengangguk, Alice malah senyam-senyum.

"Ihhh elu mah..." Gadis itu nampak bete.

"Ya gua bingung, lu bilang suka sama Kak Devan, trus gua harus apa? Kayang sambil nyanyi lagu Kekeyi Bukan Boneka?"

"Ya gua butuh saran-saran lo, gimana caranya biar Kak Devan suka juga sama gua."

Aku berpikir sejenak. "Aha! Gini aja..."

"Tar dulu tar dulu!" Tiba-tiba Alice memotong ucapanku. "Kita sambil jalan-jalan, yuk! Gua bete di rumah. Kita ke taman komplek aja, sekalian olahraga." Lanjutnya.

"Sebenernya gua lagi mager, tapi..."

"Ah udah! Ayok!" Alice menarik tanganku begitu saja dengan paksa.

Aku hanya bisa mengikutinya dengan pasrah. Tenang saja, di taman, aku akan memintanya untuk mentraktirku jajan. Soalnya banyak sekali tukang jualan di sana. Hehehe lumayan...

⚽⚽⚽

Akhirnya kami sampai di taman komplek. Tidak begitu ramai, mungkin karena sudah sore. Orang-orang pasti lelah pulang bekerja dan memilih untuk beristirahat di rumah mereka.

Kami datang ke sini dengan berjalan kaki, karena jaraknya cukup dekat jika dari rumah Alice.

"Tuh deket air mancur! Di situ aja curhatnya!" Saran gadis itu.

Aku pun mengikuti Alice yang sudah berjalan duluan di depanku. Lalu, kami pun duduk di pinggiran kolam air mancur.

Air mancur ini berada di tengah-tengah taman. Di sekeliling kolamnya, ditumbuhi semak-semak kecil yang cantik. Airnya juga jernih sekali, mungkin karena sering dibersihkan.

"Lanjutkan perkataanmu wahai Tuan eh Nyonya Fiona." Ucap Alice lebay.

Aku megdelik, "Jadi gini, saran gua lo itu harus-- Harus...harus apa, ya?" Aku mendadak lupa dengan apa yang akan aku katakan.

"Harus apa????" Alice nampak penasaran.

"Gua lupa! Lo sih ah, make motong pembicaraan gua tadi! Lo tau sendiri gua gampang lupa."

"Ah Lu mah!!!" Gadis itu menggerutu kesal.

"Cari makanan dulu, yuk! Siapa tau gua jadi inget. Biasa... orang lapar kadang suka mendadak jadi pelupa." Aku menaik-turunkan alisku.

"Bilang aja minta ditraktir!"

Hahaha! Untung peka.

Alice pun beranjak dari duduknya, dan aku mengekorinya. Sudah kubilng, banyak sekali tukang jualan di sini. Murah-murah pula. Walaupun banyak tukang jualan, tapi tidak terlihat satupun sampah yang berserakan, karena di sini sudah tersedia tong sampah besar. Padahal tidak ada tulisan 'Dilarang membuang sampah sembarangan!'. Sepertinya, warga di sini sudah sadar sendiri akan kebersihan.

Mataku tertuju pada penjual telur gulung. Itu makanan kesukaanku. Aku langsung merasa ngiler seketika melihat telur gulung yang masih hangat itu. "Alice! Beli telur gulung yuk!" Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menarik Alice menuju penjual telur gulung. "Bang! Telur gulungnya Rp 20.000 ya!" Aku tak sabar menyantap makanan lezat itu. Yummy!

"Ebuset! 20.000 banyak banget! Dapet 20 telor! Lo laper apa doyan, sih?" Alice terbelalak kaget.

"Dua-duanya." Jawabku santai.

"Makan banyak tapi kurus kek tusuk gigi!"

Wah berani sekali dia mengataiku. "Biarin! Wlee!!" Aku meledeknya dengan menjulurkan lidahku.

FIONA (Complete) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang