Bagian 14

183 15 5
                                    

Setiap harinya sikap Tuan Alfian semakin cuek dan dingin. Kami tidak pernah terlibat obrolan sepatah kata pun. Obrolan terakhir kami itu saat ia mabuk dan mencuri ciuman dariku. Sejak saat itu ia bersikap seperti tidak mengenal diri ini.

Apa aku telah menyakitinya terlalu dalam? Dulu ia pernah dicampakkan calon istrinya, diabaikan kedua orangtuanya dan sekarang ... aku juga melakukan hal yang sama.

Sejak Nyonya Ratna mengatakan kalau mereka merestui hubunganku dengan Tuan Alex, sikapnya berubah total. Ia sangat baik dan perhatian. Sering mengajakku pergi keluar bahkan, Nyonya Ratna juga membelikan beberapa pakaian dan gaun yang bagus.

Mungkin Nyonya tak ingin putra sulungnya malu jika keluar dengan wanita berpenampilan sederhana sepertiku. Tak masalah. Dengan Nyonya bersikap baik dan ramah saja aku sudah senang.

"Anna! Kemarilah!" Nyonya Ratna berseru memanggilku dari ruang tengah. Aku segera berlari kecil untuk menghampirinya.

"Iya, Nyonya. Ada apa?"

"Ikut ke kamar saya." Ia tersenyum. Berjalan lebih dulu dengan aku yang mengekorinya.

Ini pertama kalinya aku masuk ke kamar Nyonya Ratna. Tidak ada yang diizinkan masuk untuk merapikan selain ibu.

"Duduk sini."

Nyonya Ratna memintaku duduk di sofa. Aku mengangguk pelan dan duduk dengan sedikit ragu. Beliau berjalan ke meja nakas lalu kembali dengan satu kotak bludru hitam di tangannya. Duduk dengan posisi menyamping di sebelahku.

"Apa ini, Nyonya?" tanyaku saat ia meletakkan kotak itu dipangkuanku.

"Buka aja." Ia tersenyum.

Aku mengangguk. Membuka kotak itu dengan perlahan. Aku tercengang menatap kalung berlian yang begitu indah.

"Ini ...."

"Itu buat kamu." Nyonya Ratna menyela ucapanku.

"Maksud Nyonya?" Keningku berkerut memandangnya.

Nyonya Ratna mengeluarkan kalung itu dari kotak. Tersenyum sembari memandangi kalung itu dan aku bergantian.

"Kamu pasti semakin cantik dengan kalung ini, Anna. Dari dulu saya memang sudah niat mau kasih ini untuk wanita yang dicintai Alex. Dan ternyata itu kamu. Saya nggak kasih ini ke Maria karena saya tahu, Alex menikahinya karena terpaksa." Nyonya Ratna menunduk sendu.

"Nyonya ...."

Ia mengangkat wajah dan tersenyum kembali.

"Kamu terima ini, ya." Ia meletakkan kalung itu di telapak tanganku.

"Ng-nggak, Nyonya. Saya nggak pantas menerima barang semahal ini." Aku menolak dan hendak mengembalikannya, tapi Nyonya Ratna menahan.

"Kamu harus mau kalau masih ingin menikah dengan Alex," gertaknya. "Jangan kecewakan saya, Anna. Saya mulai belajar membuka diri untuk tidak mandang status sosial lagi. Hm?"

Aku menghela napas pelan kemudian mengangguk ragu.

"Baiklah, Nyonya. Terima kasih banyak," ucapku.

"Sama-sama. Kamu simpan baik-baik kalung itu, ya. Nanti dipakai kalau kamu sudah menjadi istri sah Alex. Tapi ingat, jangan bilang Alex dulu. Ini kejutan. Ya?" imbuhnya.

"Iya, Nyonya."

"Ya sudah. Kamu boleh kembali ke belakang."

"Baik, Nyonya. Saya permisi." Aku pamit kemudian melangkah cepat keluar kamar. Bergegas menyimpan kalung itu ke dalam tas punggung yang tergantung di balik pintu.

Anna's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang