Aku dan ibu sudah selesai merapikan baju ke dalam tas sejak subuh tadi. Kami juga sempat menyiapkan sarapan untuk keluarga ini.
Ibu menuntunku untuk menemui mereka yang tengah menikmati sarapan pagi. Ketiganya serempak menoleh dan melihat ke arah tas besar di tanganku.
"Mau ke mana kalian?" tanya Nyonya Ratna ketus.
"Maaf, Nyonya. Mulai hari ini saya dan Anna akan berhenti kerja dari rumah ini. Kami akan kembali ke kampung saja," jawab ibu.
Tuan Burhan dan Nyonya Ratna saling melempar pandang kemudian tertawa mengejek.
"Baguslah. Kami juga nggak sudi ada pencuri di rumah ini."
Sebelah tanganku mengepal kuat mendengar perkataannya. Aku hendak melangkah maju, tapi ibu mencekal pergelangan tangan ini dengan kuat.
"Anna." Tuan Alex beranjak dari kursi dan mendekat. Bermaksud menyentuh bahu, tapi aku mundur. "Kamu mau ke mana?"
"Apa Tuan Alex nggak punya telinga?" sindirku tanpa menatapnya.
"Lancang sekali kamu, Anna!" Nyonya Ratna berdiri seraya menggebrak meja makan.
"Ma! Sudah cukup!" sentak Tuan Alex. "Tolong beri aku kesempatan untuk bicara." Suaranya kembali memelan. "Anna, kita belum selesai bicara tadi malam."
"Nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi, Tuan. Semua sudah selesai." Aku kembali memanggilnya dengan sebutan Tuan.
"Jangan bercanda, Anna. Aku nggak suka. Ini nggak lucu."
Aku menoleh dan tersenyum sinis. "Apa Tuan Alex nggak bisa bedain mana bercanda mana serius? Apa aku kelihatan sedang bercanda, hm?"
"Anna ...." Ia menatapku tak percaya.
"Maaf. Tapi saya nggak tertarik lagi untuk melanjutkan hubungan kita." Aku kembali membuang muka. Berusaha mengendalikan hati yang berdenyut nyeri.
"Bagus! Itu artinya kamu sadar diri! Mimpi kamu itu terlalu jauh Anna! Jangan harap kamu bisa masuk ke keluarga ini!" hardik Nyonya Ratna.
"Cukup, Ma! Cukup! Aku mulai muak dengan semua ini! Bisakah mama sedikit saja memberi kebahagian kepadaku? Dulu mama dan papa memaksaku menikah dengan wanita pilihan kalian! Lalu sekarang, kenapa kalian juga menentang hubunganku dengan Anna? Kenapa?! Aku nggak peduli dengan status sosial, Ma! Aku hanya ingin bahagia!" kata Tuan Alex dengan berapi-api.
"Dulu aku tersiksa, Ma. Meratapi nasib karena harus menikahi wanita yang sama sekali nggak aku cintai. Sekarang, tolong biarkan aku bahagia dengan wanita pilihanku, Ma, Pah," lirihnya.
Aku menggigit bibir bawah. Menengadah seraya mengerjapkan mata supaya bulir bening yang sudah menggenang tidak jatuh.
"Aku mencintai Anna, Ma. Beri kesempatan aku untuk bahagia." Tuan Alex meraih tanganku yang terlepas dari genggaman ibu. Setitik bulir bening menetes dari kedua matanya.
"Aku lelah, Ma. Mama dan papa selalu mengendalikanku di rumah juga di kantor. Aku bukan robot, Ma. Beri Aku kesempatan untuk bernapas. Aku ingin bebas."
Aku hendak menarik tangan, tapi Tuan Alex malah semakin mengeratkan genggamannya.
"Jangan ngaco kamu Alex! Sampai kapan pun, papa nggak akan merestui hubungan kalian! Akan papa lakukan segala cara untuk memisahkan kamu dari wanita ini!" hardik Tuan Burhan kepadaku.
"Sudah cukup! Tuan nggak perlu melakukan apa pun untuk memisahkan kami. Aku sendiri yang akan pergi jauh dari kehidupannya," timpalku.
"Anna," gumam Tuan Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna's Love Story
RomanceDua anak majikan sama-sama jatuh cinta kepadanya. Siapakah yang akan Anna pilih pada akhirnya? (Anna's Love Story)