Apakah aku menyesal telah jatuh cinta pada Tuan Alex? Benar. Aku menyesal. Seharusnya aku mendengarkan nasihat ibu. Jatuh cinta tidak dilarang, tapi harus sadar diri dengan siapa kita jatuh cinta.
Aku memejamkan mata dan bersiap menerima pukulan dari Nyonya Ratna. Kurasa dipukuli tidak masalah. Hanya luka fisik daripada Nyonya Ratna memenjarakanku.
Bagaimana pun aku berusaha menyangkal, Nyonya Ratna pasti tetap menang. Dia punya uang dan segalanya. Dengan mudah bisa memasukkanku ke dalam jeruji besi entah itu bersalah atau pun tidak.
Aku tidak mau ibu malu karena putrinya di penjara. Kesehatan ayah pun pasti akan terganggu. Jadi, hukuman ini lebih baik. Setelah itu, aku akan mengajak ibu untuk pergi dari tempat terkutuk ini.
"Ma! Alex mohon ... jangan pukuli Anna." Suara Tuan Alex terdengar lirih di belakangku.
Aku menggigit bibir bawah yang bergetar. Air mata sudah menganak sungai dan siap tumpah.
"Apa kamu nggak dengar kata mama tadi? Ini hukuman karena dia telah mencuri!" hardik Nyonya Ratna.
"Mundur Alex!" tegas Tuan Burhan. "Lanjutkan Ma."
"Fian!" sentak Nyonya Ratna.
"Cukup sandiwaranya, Ma. Mama pikir aku nggak tahu? Mama pasti sengaja menjebak Anna." Tuan Alfian mulai ikut bersuara.
"Tahu apa kamu? Apa kamu punya bukti?" Nyonya Ratna menantang putranya.
"Aku memang nggak punya bukti, tapi aku yakin dengan hal itu," sahut Tuan Alfian.
"Sudah cukup! Minggir kamu! Jangan ikut-ikutan!" sentak Nyonya Ratna.
"Nggak! Aku nggak akan biarin mama pukulin dia!" debat Tuan Alfian.
"Ok! Itu artinya kamu dan Alex mau Anna dimasukkan ke dalam sel tahanan! Telepon polisi sekarang, Pah!"
"Jangan Nyonya!" sahutku cepat. Aku memutar balik badan menghadapnya. Ternyata Tuan Alfian sedang berdiri tepat dibelakangku.
"Jangan bawa saya ke polisi. Pukuli saja saya," ucapku.
"Anna! Kamu–"
"Diamlah, Tuan!" hardikku seraya mendongakkan wajah. Menatapnya tajam. "Ini urusanku. Tuan Alfian nggak perlu ikut campur."
Aku dan dirinya saling beradu pandang dan menatap tajam. Rahangnya mengeras. Setelah itu ia mundur dan berdiri membelakangiku.
Aku menarik napas dalam kemudian kembali berlutut membelakangi Nyonya Ratna.
Mata terpejam. Kedua tangan refleks meremas rok dengan kuat saat pukulan demi pukulan mulai mendarat di punggungku. Tetesan demi tetesan air mata mulai jatuh membasahi wajah dan tak bisa lagi dibendung.
Begitu hina aku dan ibu di mata keluarga ini. Apa mereka tidak tahu kalau Allah itu Maha Adil? Mereka masih bisa hidup enak menikmati kekayaan dan kesombongannya sekarang, tapi ingatlah! Allah tidak tidur. Ia melihat semua kedzaliman yang dilakukan Nyonya Ratna.
Aku tak bisa menggambarkan lagi bagaimana sakitnya punggung. Awalnya berdenyut sakit kemudian terasa perih, panas seperti terbakar dan sekarang ... punggungku mulai mati rasa menerima pukulan Nyonya Ratna yang sekuat tenaga.
"Cukup, Ma!" Sapu lidi terlempar begitu saja membentur dinding di depanku. "Sudah cukup mama pukulin Anna!" bentak Tuan Alfian.
"Bangun, Anna." Tuan Alfian mengulurkan tangannya. Aku masih bergeming. "Anna!" sentaknya.
Tanganku yang gemetar pun mulai bergerak perlahan menerima ulurannya. Tangan lain Tuan Alfian memegang bahu, membantuku berdiri. Aku dan Tuan Alex sempat bertemu pandang. Kami berdua sama-sama berlinangan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna's Love Story
RomanceDua anak majikan sama-sama jatuh cinta kepadanya. Siapakah yang akan Anna pilih pada akhirnya? (Anna's Love Story)