Lelah sekali rasanya memikirkan semua ini. Ah ya sudahlah lebih baik tidur.
Cekrek, bunyi pintu yang dibuka begitu saja dengan kasar.
"Dari mana saja kamu Sa jam segini baru pulang?" tanya Candra papah Aksara dengan nada agak tinggi.
"Yang jelas bukan dari tempat untuk menghambur hamburkan uang" ujarnya santay.
"Apa maksud bicaramu itu?"
Aksara pun berhenti dan memalingkan wajah ke papah nya. "Pah, Aksa boleh minta sesuatu gak? " tanya nya to the point dan sedikit gugup. Kata Bumi kalau mau bicara itu to the point jangan banyak bertele tele.
"Minta apa?"
"Uang! "
"Uang? Untuk apa? Papah kan sudah kasih kamu uang setiap minggunya? "
"Papah kasih Aksa uang 100 ribu buat satu minggu! Uang segitu juga sehari udah habis pah. Ngasih juga kalo papah inget sama anak" ujar Aksa
"Makanya kamu jadi anak itu harus irit, kamu kan tau sendiri keuangan kita gimana?" ujar Candra
"Papah yang suka ngabisin uang." tegas Aksa
"Papah itu kerja bukan ngabisin uang. Memang kamu butuh berapa? " tanya Candra
"Gak jadi, percuma Aksa minta papah, kaya papah mau ngasih aja,kan uangnya udah abis buat main judi. "ujarnya dengan raut wajah malas.
"Jangan asal bicara kamu ya!" ujar Candra agak sedikit tidak suka.
"Memang itu faktanya, papah nyuruh Aksa hemat karena uang nya buat papah main judi. Udahlah pah, apa yang mau papah harapin dari main judi. Kita udah gak kayak dulu lagi itu karena papah hamburin uang buat hal yang gak berguna sama sekali. "ucapnya dengan nada agak tinggi. Sudah capek dirinya menasehati papah nya ini agar berhenti bermain judi. Tapi susah sekali 'keras kepala. Ayah nya pikir dengan bermain judi dirinya bisa kaya,'itukan kalau menang. Itupun uangnya gak halal.
"Tau apa kamu soal ini? Kamu masih kecil belum tau caranya cari uang! "ujar candra yang sudah mulai kesal dengan anak nya ini. Dia tidak suka jika dikekang.
"Apa itu yang papah bilang 'mencari uang'? Dengan berjudi setiap hari itu namanya mencari uang pah?.... Terserah papah lah, capek Aksa nasehatin papah yang Aksa udah tau hasilnya. "Aksa pun melanggang pergi meninggalkan papah nya itu. Sudahlah terserah apa yang mau dilakukan papahnya itu toh hasilnya selalu nihil kalau Aksa bicara. Lebih baik diam.
*
Aksa pun masuk kamar dan membanting tubuhnya ke ranjang. Dengan pikiran pikiran yang makin hari makin pusing saja baginya.
Memikirkan sikap papahnya saja sudah membuat nya pusing. Keuangan pun makin hari makin habis untuk ayahnya berjudi.
Egois sekali memang, papah nya itu hanya memikirkan judi judi dan judi, yang ia bayangkan kalau dengan berjudi dirinya bisa kaya dan bisa membuatnya bahagia dan memenuhi semua kebutuhan Aksara. Namun lain hasil, dirinya justru makin hari makin kehabisan uang. Papah nya itu tidak pernah memikirkan nasib anaknya, jangan kan memikirkan hal hal seperti itu, bertanya kepada Aksa 'sudah makan apa belum' saja tidak pernah.
Aksara bahkan tidak pernah lagi makan dirumah bersama ayahnya. Memang dirinya juga jarang makan. Kalaupun dirinya lapar dia makan diluar tanpa perlu ayahnya tau, atau datang kerumah tantenya jika uangnya habis. Tapu memang dasar nya Aksara tidak pernah lagi makan malam. Makanpun kalau siang di sekolah. Kembali lagi 'itupun kalau ada uang.
Ditambah lagi sebentar lagi kenaikan kelas.untuk bayar uang ujian saja dia harua berfikir 'dapat uang dari mana?'.
Tiba tiba Ponselnya bergetar.. Ada yang menelpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Bumi
Teen Fiction"YA BENER DONG.KARENA INI ADALAH HARI ISTIMEWA GUE. GUE..AKSARA LANGIT DINANDRA COWOK PALING GANTENG DAN KECE DI JAGAD RAYA INI YANG BARU AJA RESMI JADIAN. JADI KALIAN SEMUA AMBIL AJA YANG KALIAN MAU GRATI TIS TIS TANPA DIPUNGUT BIAYA". ujar aksara...