LOCKDOWN | 6

75 28 0
                                    

Part 6 - Kekurangan Seorang Darren



🍂🍂🍂


But you want me to love you too


🎵🎵🎵

  HUJAN turun di pagi hari mungkin menjadi hal yang menyebalkan bagi setiap orang, tapi tidak untuk murid SMA Tunas Bangsa. Beberapa murid bahkan ada yang datang jam 9 pagi dengan alasan hujan, tapi tetap diperbolehkan masuk kelas tanpa dihukum. Zaline sendiri pernah mencobanya. Ketika hujan turun di pagi hari, gadis itu otomatis memperlambat gerakannya dalam bersiap-siap ke sekolah. Tapi, ternyata jalanan juga padat dan membuat Zaline sampai di sekolah pukul 11 siang. Sejak saat itu, jika hujan Zaline akan berangkat dari rumah maksimal jam 07.30 pagi.

"Siku sama lutut lo kenapa?" tanya Maureen ketika bel jam kedua berbunyi. Pak Cipto—Guru Sejarah—belum datang karena terjebak banjir di jalan, begitulah kata wali kelas mereka. Karena itu, sekarang mereka menikmati jam kosong di kelas.

"Jatuh," jawab Zaline singkat. Mata gadis itu mengamati kelasnya yang sepi karena baru 10 orang yang datang. Untuk siswa perempuan, yang sudah datang hanya dirinya, Maureen, dan Tika—teman mereka yang insecure.

"Lain kali hati-hati dong," ucap Maureen. "Arsya aja yang jadi penanggung jawab Etronas gak ada lecet sama sekali," omelnya sambil melirik Arsya yang duduk paling depan.

"Iya maaf," balas Zaline dengan bibir mencebik kesal.

"Selamat pagi, anak-anak!"

Zaline dan Maureen sontak mendongak dan menatap Bu Sari—wali kelas mereka—bingung. Bukankah ini masih jam pelajaran Pak Cipto? Mengapa Bu Sari datang ke kelas mereka?

"Ada apa, Bu?" tanya Arsya heran.

"Ada murid baru," jawab Bu Sari dengan senyumannya.

"What? Cowok atau cewek, Bu? Ganteng gak?" tanya Maureen yang dibalas Bu Sari dengan pelototan.

"Ayo masuk," ucap Bu Sari, mempersilahkan murid baru itu untuk masuk ke dalam kelas.

Tuk. Tuk. Tuk.

Suara langkah kaki menghentak pelan di lantai. Zaline menatap kaki yang melangkah masuk ke dalam kelasnya. Secara perlahan, tatapannya mulai naik ke atas dan terkejut ketika melihat wajah murid baru itu.

"Silahkan perkenalkan dirimu," ujar Bu Sari.

Darren berdehem pelan, kemudian tersenyum ke beberapa teman barunya. Tapi tidak bisa dipungkiri, senyumnya sedikit lebih lebar ketika tatapan matanya jatuh pada Zaline yang menatapnya dengan mulut terbuka.

"Nama gue Darreno Fernandez, salam kenal," ucap Darren singkat.

"Baiklah, Darren. Kamu bisa duduk di sebelah—"

"Sebelah saya, Bu!" potong Bayu, salah satu cowok bandel di kelas Zaline.

  "Tidak, saya tidak ingin Darren menjadi anak nakal seperti kamu," cibir Bu Sari galak.

  "Saya bisa duduk sebelah dia, Bu," ucap Darren dengan senyuman miringnya, lalu berjalan menuju meja Bayu yang terletak di sebelah meja Zaline.

  "Kenalin, gue Bayu, cowok paling ganteng di sekolah ini," kata cowok setelah Bu Sari keluar dari
kelas mereka.

  "Gue Darren," balasnya sambil menyenderkan punggungnya. "Ini sekolah atau kelas bimbel? Sepi amat," lanjutnya.

"Udah biasa, kalau ujan pasti pada sengaja telat. Kalau gak ada ulangan Sejarah, gue juga males dateng tepat waktu," jelas Bayu.

LOCKDOWN [ALS #3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang