1 | Halilintar

48 7 0
                                    

Tatapan nya kosong ke arah danau biru bersih yang luas. Ia duduk di bawah pohon beringin yang rimbun. Teringat akan kenangan masa lalunya bersama sang ibunda. Tatapannya tertuju pada gedung kosong berlantai 10 di seberang danau.

Gedung di seberang danau itu sudah di beri garis polisi sejak tadi malam. Jika saja sang ibunda sedang tidak berada di sana maka kecelakaan tragis itu tak akan terjadi. Namun nasi sudah menjadi bubur, takdir sudah tertulis.

"Kalau saja Zen tidak ada di sana pasti bunda sedang memasak sup." gumam Hali

"Ini salah Zen! Zen telah membunuh bunda! Zen jahat!" Teriaknya.

Angin sepoi sepoi berhembus menerpa wajah Hali.

"Sudahlah itu tidak penting, sebaiknya aku kembali."ujarnya lalu melangkah meninggalkan danau.

Ia kembali ke kuburan untuk mencari saudara saudaranya.

BRUUKKK

"Ah maaf saya tidak sengaja" ujar seorang gadis berjilbab biru langit.

"Hmm"

Gadis itu pergi tanpa arah.

"Ibuuu awaasss!!" Aku berteriak saat ibu terdorong oleh Zen

"Akhh haliiiii" pekik ibu yang jatuh dari ketinggian.

"Semua salah kau!" Teriakku pada Zen sambil menunjuknya.

Aku mengeluarkan pedang dan bersiap menghunuskan nya pada Zen.

"HENTIKAN!" Suara lantang dari seorang gadis berjilbab putih bercorak hitam dan merah maron dengan mata berkaca-kaca.

"Hen...hentikan!" Ucapnya lagi.

"Hentikan atau pedangmu akan menusukmu!" Serunya lantang.

"Ayo pergi guru, yang lain sudah menunggu." Ucapnya lalu berlalu sambil membantu Zen berjalan.

"Guru bagaimana?" Tanyaku pada guruku, Reynata.

"Tangkap Zen dan anak buahnya besok! Jangan sampai lolos." Ujarnya lalu pergi.

Aku terbangun dalam keadaan berkeringat jagung dan baju ku basah. Jam sudah menunjukan pukul 6. Hari ini hari libur dan aku juga adik adik ku harus menangkap Zen dan murid murid nya.

"ku harap kita bertemu kembali"

Aku berjalan menuju dapur dan mendapati Gempa sudah ada di sana dan sedang memasak nasi goreng.

"Hai gem-"

"Huaaaa bundaaa!" Suara tangis Taufan memotong ucapan ku.

"Sejak kapan Taufan ada di sini?" Tanya ku.

"Sejak fajar menyingsing, jadi ku ajak ia ke sini agar tidak terlalu sepi" jawab Gempa.

"Baiklah"

Tangisan Taufan tetap mengganggu telingaku bahkan rasanya telingaku memanas.

"CUKUP TAUFAN! CUKUP SUDAH! Walaupun tidak ada bunda kamu harus kuat." Ucapku lirih setelah membentaknya.

"Bukah hanya kamu yang ingin menangis, aku juga ingin menangis." Tambahku.

"Tapi kak tidak ada lagi sup spesial" bantah Taufan

"Sudah! Gempa juga bisa masak, tidak perlu khawatir" leraiku.

"Kita juga harus menangkap Zen dan muridnya" tambahku.

"Haraina bisa kah kita bertemu kembali?"

Jauh diseberang sana...

Seorang gadis berbalut jilbab hitam dengan ujung berwarna merah maron berlari tanpa arah dan masih menggunakan baju tidurnya. Tak peduli dengan lingkungan ia tetap menangis. Di punggungnya ada sebuah alat musik yang bernama biola, biola itu pemberian ibunya.

"Tuhan tolong aku... aku di mana" rilihnya. Ia kebingungan dengan lingkungan di sekitarnya, tak pernah ia lewati sebelumnya.

"Tuhan... haruskan aku berakhir di sini? Di danau kotor ini?" Ucapnya di pinggir danau yang kotor.

"Tuhan... aku sudah tidak tahan... lebih baik aku mati sebelum di tangkap Halilintar" ucapnya lagi.

"Dengan begini aku tak akan di kejar kejar lagi... tapi adik adikku bagaimana tuhan? Apa aku harus lari dari kenyataan?" Tambahnya.

"Tepat pada waktunya" ucap suara berat itu ia mengeluarkan pedang nya.

"Apa yang kau mau?" Tanya gadis itu lalu mengeluar kan bow nya dan langsung berubah menjadi pedang. Alat penggesek biola sering juga di sebut Bow.

"Sepertinya kau tidak cocok memegang pedang, lebih cocok memegang biola rongsok" jawab Hali merendahkan

"Hentikan atau..-"

"Tutup mulutmu" ucap Hali sambil mengarahkan pedangnya di bibir Haraina.

Sebuah tali mengikat Haraina dengan cepat "Ahkkk lepaskann!!" Teriak Haraina meronta ronta.

"Tutup mulutmu anak kecil" ucap Hali dan menutup mutut Haraina dengan lakban.

"Bawa dia pergi" ucap Hali lalu berbalik dan pergi











Username: Aisyah_Humaira03
Fullname: Haraina Zahra Fateema
Nickname: Haraina
Kesukaan: mendengarkan musik, bermain alat musik, menyanyi
Ga suka: diejek, direndahkan
Couple: Halilintar
Ps:-

Assalamualaikum...
Baru up part pertama nih, tunggu part berikutnya yaa, insya allah kalau from nya udah penuh fash up.

Bandung
09 07 2020
@Zonadiy_20

Kisah Yang Kita LupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang