Menang taruhan

136 1 0
                                    

Siang hari saat jam istirahat ke dua aku dan teman temanku sedang nongkrong di pinggir lapangan basket sambil menikmati es teh manis yang aku beli tadi di kantin.

"Guys, ada kabar baik. "Seru Bintan. Dia adalah salah satu sahabatku yang sedang nongkrong bersamaku saat ini.

"Kabar baik apa? "Tanya Cinta. Dia juga sahabatku. Hanya saja dia lebih kalem jika dibandingkan dengan aku dan Bintan.

"Bu Fibri, dia gak masuk. Terus gak ada tugas. "Seru Bintan penuh dengan kegembiraan.

Bu Fibri adalah salah satu guru yang mengajarku. Kebetulan dia akan masuk setelah jam istirahat kedua. Karena Bu Fibri tidak masuk, jadi aku punya banyak waktu luang.

"Yeayyyy..... "Aku berseru dengan sangat gembira sambil melompat lompat seperti anak kecil.

"Yaaahhh.... Kok Bu Fibri kok gak masuk sih. Padahal kan bentar lagi mau ujian. "Ucap Cinta. Wajahnya berubah menjadi muram.

"Halah.... Urusan ujian mah gampang. Nanti, kalau misalnya udah waktunya tinggal nengok kanan kiri aja. Nanti juga keisi semua. "Ujar Bintan.

Perkataan Bintan ada benarnya juga. Serumit apa pun soal yang ada di ujian pasti keisi semua meskipu  jawabannya banyak yang ngaco. Tapi, itu semua wajar kalau aku dan bintan yang ngisi. Kalau yang ngisi murid ambis mah, lain lagi cerita nya.

"Itu mah namanya nyontek. "Ucap Cinta.

"Nah, lo tau." Kali ini Bintan yang menjawab.

" Kalau sekarang Bu Fibri gak masuk, kita mau ngapain? Masa dua jam kita nongkrong terus di sini? "Kali ini aku yang bersuara.

Mereka berdua tak menyahuti pertanyaanku. Mereka semua nampak memikirkan sesuatu. Mungkin memikirlan jawaban yang tepan untukku.

"Gimana kalau misalnya kita taruhan? "Bintan memberikan idenya.

Sontak aku dan Cinta menoleh ke arah Bintan.

"Taruhan apa? "Tanya Cinta.

"Gimana kalo kita main ludo yang menang kita bantuin buat deketin Leo. Ketua OSIS kita. Terus yang menang juga harus berani nembak dia. "Tutur Bintan.

Kami bertiga memang tergila gila dengan ketua osis yang bernama Leo itu. Namun, di antara kita bertiga tak ada yang berani mendekati ketua osis itu. Dia adalah mahkluk dingin seperti es. Namun, ketampanan dan kepintarannya mampu membuat kami tergila gila.

"Ok. Gue setuju. "Aku berseru dengan penuh kematapan. Kapan lagi aku punya kesempatan untuk mendekati cowok seganteng Leo. Ya... meskipun aku harus memutuskan urat maluku.

"Gue gak mau ah. Gue takut. "Berbeda dengan Cinta ia tak memiliki keberanian seperti aku dan Bintan.

"Lo gak usah takut. Kan yang deketin Joni itu yang menang. Lo belum tentu menang. Jadi lo harus ikutan. "Ucap Bintan.

"Ya udah deh. Iya gue ikutan. "Akhirnya Cinta mau mengikuti taruhan yang Bintan usulkan.

Aku, Bintan, dan Cinta akhirnya memulai permainan. Sudah sepuluh menit belum ada satu orang pun yang menunjukkan kemenangan. Hingga pada menit ke dua puluh permainan telah berakhir. Dan tanpa disangka, pemenangnya adalah aku.

Aduh.... aku harus bagaimana ini? Apa benar aku harus memutuskan urat malu ku? Argh.... bagaimana ini? Aku harus mendekati Leo, si ketua OSIS dingin itu? Pasti aku akan jadi pusat perhatian semua siswa dan siswi di sini. Seorang Alisa yang bar bar dan bucin harus mendekati Leo yang dingin?

"Sa, lo yang menang. Jadi, lo harus deketin Leo. Kita juga bakalan batuin lo kok. Ya gak? "Ucap Bintan sambil menyenggol sikut Cinta.

"Iya. Gue ikhlas kalo Leo dideketin sama lo. Daripada dideketin sama adik kelas yang so kecakepan itu. "Cinta menimpali perkataan Bintan.

"Iya bener apa kata Bintan. Kalo misalnya lo jadian sama Leo, kita juga bisa deket sama Leo tanpa harus dijulidin sama adek kelas yang so kecakepan. "Ucap Bintan.

"Lo berdua gak dijulidin. Tapi, pasti gue yang dijulidin. "

Mereka hanya tersenyun tanpa dosa.

Pacarku Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang