Kami pun langsung memainkan video game yang tentu kami beli dari hasil tabungan kami sendiri. Yap! Aku dan Clarissa selalu menang. Itu pasti! Tak lama sudah pukul 9 malam. Kamipun berpikiran untuk mulai memainkan game horor... Pastinya orang tua kami tidak di rumah, sempurna! "Hei, Clarissa, jadi main game horor tidak? Yang sedikit membuat takut...." kataku. "Tentu, bagaimana kita pemanasan dulu. Mulai dari game ringan yang tidak terlalu menyeramkan?" tanya wajahku versi perempuan itu.XD. Wendy menjawab dengan sangat antusias," Wahhh.... Clarissa jagonya nih!" "Eh----" wajah Clarissa berubah merah padam, malu dipuji. Roy hanya tersenyum, dan itu membuat Clarissa semakin mirip dengan tomat segar di lemari pendingin. Candice memberi usul mungkin kami tertarik memainkan game Charlie-Charlie.Game Charlie-Charlie, merupakan sebuah game memanggil arwah anak kecil(Charlie) dengan bermain menggunakan pensil dan kertas. Aku yakin pasti kamu sedikit familiar tentang game ini dan pasti kau pernah memainkannya sekali-duakali. Ben meraih secarik kertas dari atas rak, Candice mencari beberapa batang pensil, dan aku hanya memandang kesibukan mereka yang kelihatannya menyenangkan. Candice mulai membagi kertas dengan empat bagian menggunakan garis abu-abu gelap pensil yang hampir hitam itu. Lalu menuliskan Yes No No Yes. Clarissa menyentuh pensil itu kemudian menarik tangannya kembali. Roy yang melihat itu langsung maju dan mengambil pensilnya dan meletakkannya secara menyilang tepat diatas garis yang melintang dan membujur yang baru saja dibuat oleh Candice. Ben bertanya dengan antusias," CharlieCharlie are you here?". Mula-mula pensil bergerak secara perlahan, membuat semua jantung kami berdetak kencang. Tak lama kemudian Wendy berseru memecah keheningan yang mencekam, "Hei! Roy! Jangan main-main dong, bikin kaget. Kau tiup pensil itu hingga bergerak! Kau seperti kipas angin Roy! Bermuka tiga!" "Bermuka dua atau bermuka tiga, Wendy?" tanyaku. "Yaya, takkan kuulangi kaset rusak 'berjalan'!" kata Roy. "Sudah,sudah..." kata Clarissa. "Candice apakah ini masih bisa dilakukan lagi?" tanya Clarissa. "Tentu! CharlieCharlie are you here?" jawabnya dengan bimbang. Pensil bergerak perlahan, dan mengarah ke arah YES. "Siapa yang meniupnya lagi?!?! Bukankah sudah kubilang ak..." "Diamlah Wendy!" bentakku melalui bisikan. "Tidak ada yang meniupnya, lagipula kalau tertiup angin, disini semua pintu dan jendela sudah ditutup. Kalau kau mau menyalahkan orang lain, bukankah kita semua tadi sudah duduk tegak." bisikku lagi. Wendy mulai kagum dan takut. Berbagai pertanyaan mulai dilontarkan. "CharlieCharlie do you like Clarissa?" tanyaku dengan tatapan jenaka yang kulontarkan kepada Clarissa. (YES) Clarissa tiba-tiba kaget dan juga aku. Roy marah lalu melempar pensil dan kertas itu ke tong sampah. Katanya, "Jangan ada yang memungutnya kembali! Itu kertas terkutuk! Dan tentu 'jelekkkk'!" Ia memberikan penekanan pada kata jelek, dan membuat semua orang tertawa. Aku merasa melupakan sesuatu, tapi apalah aku tidak peduli! Pasti itu sesuatu yang tidak penting, pasti....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scariest Sleepover
HorrorDuniaku sekarang berputar-putar seakan akan akan ada titik hitam yang akan menelanku. Banyak pikiran yang menghantuiku rasanya seperti hati ini tidak tenang, tercabik-cabik, dan gelisah. Tidak bisakah tadi Clorise memeriksa cerminnya sekali lagi? Ke...