•PROLOG

28 1 0
                                    

Senin, 29 Juni 2020.

Seorang gadis termenung dalam pikiran nya, duduk di kursi yang sudah di sediakan di balkom kamar nya dengan secangkir coklat hangat di tangan nya. Gadis itu memikirkan kejadian dua minggu yang lalu, di mana ia melihat orang yang menjanjikan cinta kepada dirinya malah mengatakan cinta nya kepada cewek lain. Sakit? Hati gadis itu sangat sakit seperti di tusuk oleh ribuan jarum tajam yang menancap hati nya. Hati nya kembali hancur untuk kedua kali nya dengan keadaan berbeda. Pertama, hati nya sangat hancur ketika Mama nya mengatakan bahwa Ayah nya meninggal saat menerbangkan pesawat dan sampai sekarang tubuh nya pun belum di temukan. Kedua, hati nya hancur lagi ketika orang yang menjanjikan cinta kepada dirinya malah mengatakan cinta kepada cewek lain.

Ranita Agsesya 17 tahun, gadis yang mencoba melupakan kejadian dua minggu yang lalu di sekolah baru nya. Tapi, sekeras apapun ia berusaha untuk melupakan kejadian menyakitkan itu. Maka semakin bertambah hancur hati nya di kala jarum yang tajam menancap hati nya. Rani ingin melupakan kejadian dua minggu yang lalu di mana ia melihat dengan kedua mata nya sendiri dengan jelas, berusaha melupakan kejadian itu dengan menutup mata nya di saat semilir angin menerpa wajah mulus nya. Tangan Rani bergerak membawa gelas yang berisi coklat panas mendekati bibir Rani, Rani meminum coklat panas dengan pelan tanpa mau membuka mata nya.

Dari arah belakang Ranita, ada seorang gadis remaja lain nya yang berdiri di pintu balkom. Gadis itu menatap terus Ranita tanpa mau mendekati nya terlebih dahulu, merasa ada orang di belakang nya. Rani membuka mata nya dan menoleh ke belakang.

"Kenapa berdiri di situ?" tanya Ranita saat ia melihat sepupu nya hanya berdiri di pintu balkom tanpa menghampiri nya.

"Gapapa," balas sepupu Ranita yang tak lain adalah Indri Magersya 17 tahun lebih tua dari Ranita. Indri berjalan menghampiri Ranita dan ikut duduk di samping nya.

Umur mereka berdua sama, apalagi bulan dan tahun kelahiran nya. Hanya saja tanggal kelahiran mereka yang berbeda membuat mereka seperti layak nya seorang kakak adek kandung, bukan sebagai saudara sepupu. Indri yang lahir terlebih dahulu dan satu minggu kemudian Ranita menyusul nya ke bumi.

Diam, tak ada lagi percakapan di antara mereka berdua. Indri dan Ranita sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Ranita kembali meminum coklat hangat nya sambil menatap bintang-bintang di langit, sedangkan Indri menatap Ranita dari samping dengan ribuan pertanyaan yang ingin ia keluarkan.

"Lo kalau ada yang mau di omongin, bilang aja. Gue dengar kok," ucap Ranita. Ranita tau jika sedari tadi sepupu nya menatap dirinya seolah ada yang ingin ia bicarakan.

Karena sadar bahwa dirinya telah ketahuan menatap sepupu nya, Indri berdeham sedikit untuk mengurangi kecanggungan nya. "Lo ... ada masalah?" tanya Indri.

Indri merutuki dirinya sendiri karena salah ngomong, bukan ini yang ia tanyakan. Tapi mengapa sangat sulit pertanyaan yang ia pendam selama ini untuk keluar dari dalam mulut nya. Indri saat ini sedang dalam mode on kepo dengan masalah Ranita, sudah dua minggu lebih ia tak balik lagi ke jakarta dan sudah dua minggu itu juga mereka berdua bolos sekolah.

"Gue ngerti kok, lo cuman mau bilang kapan kita balik ke jakarta kan? Hmmm ... mungkin besok sore kita berangkat ke jakarta. Tapi gue mau nya lo yang ngendarain mobil pulang ke jakarta," ucap Ranita. Ranita tau bahwa Indri sudah tak sabar lagi pulang ke jakarta karna alasan nya adalah mereka berdua telah bolos sekolah selama dua minggu. Apalagi Ranita sebagai siswa murid baru di sekolah tersebut, tapi sudah berani memboloskan diri selama dua minggu lebih.

"Owh ... mmm ... baiklah. Kalau gitu gue balik ke kamar gue dulu. Selamat malam adek ku," pamit Indri terkekeh geli saat menyebutkan kata 'adek ku' untuk Ranita.

Setelah sepupu nya telah pergi keluar dari kamar nya, Ranita berdiri dari duduk dan berjalan masuk ke dalam kamar nya. Tak lupa pula ia menutup pintu balkom kamar nya agar angin tak masuk ke dalam yang akan membuat tubuh Ranita dingin sampai pagi tiba.

"Huufttt ... melelahkan, semoga setelah sampai di jakarta. Beban kehidupan gue tidak menambah dan malah berkurang," ucap Ranita lalu merebahkan tubuh nya di atas kasur kebesaran nya sambil menyelimuti tubuh nya.

Ranita menutup mata nya dan mulai memasuki dunia mimpi nya yang akan membawa nya ke tempat yang sangat indah, tenang, dan damai untuk seorang diri.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

SO, JANGAN LUPA VOTE, KOMENT, AND FOLLOW AKUN WP KU YAH GUYS🤗😚💃

See you, sampai berjumpah di part selanjut nya👋❣

Malam, 01 : 27 Wita.

Before I Leave (ON GOING!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang