6||•Pacar Raga

8 1 0
                                    

Minggu, 12 Juli 2020

Happy Reading🧡

Baca terus cerita ini sampai end yah🙂
Mohon maaf bila masih banyak ke-typoan kata dalam cerita ini ,)

Vote and komen🤗

"Apalah daya ku yang hanya seperti bunga matahari, banyak yang menyukai ku tapi kamu alergi pada diri ku. Sedangkan dia yang sebagai bunga mawar, banyak duri nya tapi kamu menyukai nya:'("

•••••

"Woi! Bantuin etdahh ... gini amat sih punya sepupu," ujar Indri berteriak memanggil Ranita yang berjalan duluan menuju mobil yang terpakir di depan indomaret. Sedangkan diri nya harus membawa empat kantong kresek besar yang berisikan makanan yang mereka berdua beli.

"Buruan woi! Udah larut malam banget ini," ucap Ranita yang telah duduk manis di dalam mobil.

"Ck!"

Dengan kedua tangan yang masing-masing membawa dua kantong kresek besar makanan yang membuat diri nya agak kesusahan. Indri berjalan dengan langkah kaki seribu nya keluar dari dalam indomaret dan menuju mobil nya yang terpakir rapi di depan tokoh indomaret.

Indri membuka pintu belakang mobil dan menaruh kantong kresek berukuran besar yang berisi makanan tersebut di kursi belakang.

Setelah belajaan nya telah tersimpan rapi di kursi belakang, Indri berjalan membuka pintu kursi mobil depan dan duduk di kursi mengemudi.

Brakk...

"Eh, buset ... gak usah di banting juga kali tuh pintu mobil, Ndri! Mau copot nih jantung gue," ucap Ranita mengelus-ngelus dada nya kaget dengan batingan keras pintu mobil yang di lakukan Indri.

"Bacot!"

Indri pun menyalakan mesin mobil tersebut dan menjalankan nya pulang ke rumah Ranita. Karna sudah larut malam sehingga membuat jalanan pada malam hari terasa sepi dan hal itu membuat Indri menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi.

"WOII! PELAN-PELAN INDRI! GUE MASIH MAU HIDUP!" teriak Ranita sambil memegang erat pegangan tangan yang ada di atas kepala nya.

Indri tidak membalas teriakan Ranita barusan, bahkan teriakan tersebut membuat Indri semakin gencar menaikkan kecepatan mobil.

"INDRIII! GUE BELUM NIKAH! PELANIN WOI!"

"DIAM!"

"LO YANG HARUS NYA DIAM BANG*AT! TURUNIN KECEPATAN MOBIL NYA, UYY...!"

Karna puas membuat Ranita merasakan ketakutan, Indri menurunkan kecepatan mobil tersebut dan mengetawai Ranita.

"Hahahahaha...."

"Gila lo, Ndri! Besok-besok lo gak perlu ngendarain ini mobil lagi! Bikin gue mati aja lo," ucap Ranita menatap kesal Indri yang masih ketawa.

》》》

Saat Ranita menatap keluar arah kaca mobil, gak sengaja Ranita melihat satu orang cewek yang ketakutan saat di hadang oleh tiga orang pria berbadan kekar. Tanpa pikir panjang lagi, Ranita menyuruh Indri untuk memberhenti'kan mobil yang tak jauh dari jarak cewek itu.

"Kenapa sih, Ran?" tanya Indri saat mobil telah di hentikan. Ia menatap Ranita bingung saat ia menyuruh nya untuk menghentikan mobil di jalan yang sepi.

"Coba deh lo liat ke samping kanan, di situ ada satu orang cewek yang di hadang sama tiga pria." Ranita menunjuk ke arah cewek yang di lihat barusan.

Indri mengikuti arah telunjuk sepupu nya."Trus?"

"Yah, bantuin lah." Ranita membuka pintu mobil nya dan keluar menghampiri sih cewek yang ia lihat.

Indri menepuk jidat nya. "Njiirrr ... punya sepupu kok gini amat."

Ranita berjalan dengan gaya angkuh nya. Dagu nya ia naik kan ke depan dengan mata yang terus menatap sih cewek tersebut.

Ranita merangkul sih cewek tersebut, membuat sih cewek menyerngit 'kan kening nya. "Hey! Ada apa ini?"

"Lo siapa?" tanya sih pria bertubuh besar dan berkumis tebal.

"Gue pahlawan nya," ucap Ranita.

"Bhak ... lo cewek! Trus, lo mau jadi pahlawan nya? Lebih baik lo jadi teman main kita," ucap pria berambut gondrong. Ia menaik-naik 'kan alis nya menatap mesum Ranita dan cewek yang berada di rangkulan Ranita.

"Ayo kita main."

"Lo gila?!" marah cewek tersebut yang tak lain adalah Keisya, pacar Raga. Keisya tak percaya dengan apa yang di ucapkan Ranita barusan. Apa kata nya? Dia mau juga bermain dengan ketiga pria burik itu? Ini gila! Sangat gila!

"Lo masuk ke dalam mobil gue aja. Di sana ada Indri. Biar gue yang bermain dengan mereka," suruh Ranita menunjuk ke arah mobil nya.

"Lo masih punya otak kan? Main yang mereka maksud tuh, main di ranjang! Bukan main masak-masak!"

"Ssttt ... lo diam. Udah sana lo, pergi! Hussh...." Ranita mendorong tubuh Keisya menuju ke arah mobil nya, di mana ada Indri yang menatap mereka berdua khawatir.

"Tapi lo-"

"Udah ... sana!" usir Ranita memotong ucapan Keisya.

Keisya dengan perasaan tak tega nya meninggal 'kan Ranita bersama tiga orang pria berbadan besar. Keisya berjalan ke arah mobil Ranita dan duduk di kursi penumpang yang ada di belakang.

"Lo ngapain ada di jalan sepi malam-malam begini?" tanya Indri menatap Keisya yang telah duduk di kursi penumpang.

"Mobil gue mogok, pas gue lagi cek mesin mobil. Tiba-tiba ada tuh tiga orang pria yang godain gue. Gue gak tau mau minta tolong sama siapa lagi? Handpone gue lowbat, jadi gue gak tau mau telpon siapa. Untung ada Ranita yang nolongin gue dari tuh tiga orang, tapi gue gak enakan banget sama Ranita. Dia yang nyelamatin gue dari tuh orang, tapi dia yang malah harus berurusan sama mereka."

"Gapapa. Ranita emang suka banget berurusan sama orang-orang kek mereka," ucap Indri menenangkan Keisya agar tak merasa bersalah.

30 menit lama nya Indri dan Keisya menunggu Ranita masuk ke dalam mobil. Kini Ranita telah duduk di kursi penumpang samping kursi pengemudi. Tapi Ranita mendapatkan tatapan heran dari Keisya.

"Kenapa penampilan lo berantakan kek gitu?" tanya Keisya. Ia menatap penampilan Ranita dari rambut nya yang tak beraturan dan baju yang terlihat kotor dan kancing kemeja atas nya yang terbuka.

"Gapapa. Ayok berangkat, Ndri!"

"Tapi mobil gue?"

"Besok aja baru di ambil. 'Kan nih jalan satu arah dengan sekolah kita."

"Oh, iya ya."

Mobil yang di kendarain oleh Indri pun berjalan meninggalkan tempat yang sangat sepi tersebut. Dalam perjalanan menuju rumah Keisya, tak ada satu pun yang membuka suara nya.

•••••

Publish : Jum'at, 17 Juli 2020
Jam : 13.02 Wita

Before I Leave (ON GOING!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang