06. Spring

828 112 5
                                        

SANA POV

Dimusim dingin, ku kenakan mantel coklat kesayanganku.
Kenangan terakhir dari seseorang yang tak dapat ku lupakan.

Dia eomma ku.

Aku mengeratkan jaket itu, memasukan telapak tangan yang hampir beku menyembunyikan didalam saku tebalku.

Selalu sendiri, buka kesepian.
Hanya saja mungkin sebut saja menyedihkan.
Ketika beberapa orang terus bertanya, "Kenapa kau terus seperti itu?"

Dan aku sadar saat melihat sekeliling sekarang musim sudah berganti.

Awal musim semi kembali.

Karena kesendirian itu,
hatiku perlahan ikut menjadi beku bahkan musim berganti tak akan mempengaruhiku.

Aku selalu sendiri.

Tak memiliki seseorang
Untuk kugenggam tangannya ketika aku harus berjalan memikul beban ini.

Tak ada yang memperhatikan.

Aku sendiri

Indahnya musim semi tak mempengaruhiku. 4 musim bagiku terasa sangat menyedihkan.
Selalu sama

Setiap aku berjalan melewati keramaian. Aku memperhatikan sekitaranku.

Sendiri menikmati sisa musim dingin,
Hingga tangan itu entah dari mana asalnya.
Menarik tanganku, hangat itu pertama kali sejak terakhir aku merasakan tanganku digenggam seseorang.
Hangat hingga membuatku ingin menangis.

Bayangan punggung itu muncul, duduk termenung di cafe yang sudah menjadi tempat favoriteku dulu bersama keluarga, yang sekarang hanya melekat diotakku.

Aku merasakan banyak dari mereka berbagi cintaa. Layaknya keluarga itu

Appa yang tersenyum ketika anak perempuannya makan dengan lahap.
Eomma yang mengomeli anak laki-lakinya ketika sang adik menangis meminta cake sang noona padahal sang adik sudah memakan cakenya.
Noona yang baik menyekap tangis adiknya dan membagikan cake itu membuat sang adik tersenyum.

Tapi.
Aku makan sendiri dengan tenang.
Masih memperhatikan sekitaran. Menikmati secangkir teh dan cake yang dulu sering kami pesan.

Cake yang dulunya manis dan menyenangkan untuk dimakan.

Sekarang bagiku sangat hambar.

Dari cafe ini, Kutatap ke luar jendela dapat terlihat jalanan diujung sana. Aku melihat, sepasang kekasih tertawa dan bercanda sepanjang jalan. Sang pria mengusap pucuk kepala sang wanita yang mungkin dilihat dari rautnya sedang merajuk karena di kerjai prianya.

Tangan pria itu mencubit pipi wanitanya. Menggengam tangan wanita yang berbalut sarung tangan merah muda itu.
Aku memakluminya. Musim semi sudah hadir tapi udara disini masih sangat dingin.


Dan itu lagi-lagi mengingatkan ku pada seseorang yang sebut saja lancang. Dia suka sekali tanpa permisi mendekatiku.

"Sana ah. Kau sudah lama?" Sapa seseorang yang sudah membuatku sedikit menunggu dan tersadar pula dari lamunanku

"Oh mina. Akhirnya kau sampai. Aku hampir mati kebosanan" ucapku berpura-pura kesal,

Make Me Feel Special Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang