Kukungan sengit dan kecubung-kecubung kalut
Mulai menciptakan sebuah cengkrama yang gamblang.
Dungu dan pandir, lebih cocok untukmu
Aku prihatinkan setiap tetesan sejuk air matamuDasar halu, akhirnya garis-garis wajahmu dikenali
Ya, keadaanmu bahkan lebih dari sekedar parah
Entah apa yang merangsang kesedihanmu
Ku lihat kau tak bergerak, saat angin menghela nafas dan menebar debu ke wajahmuKau menyerah tapi penderitaan setia
Ah, kau tampak tak ubahnya daun yang tersapu angin
Tak ada pilihan selain luruh terpaksa kau jatuhkan diri
Gadis lebam diburu cinta dan trauma nestapa didebur asmaraKu dekati kau yang terlanjur lunglai terpaku sepi
Beranjak pun engga lagi
Kau mulai membuka luka dan bercerita
Terusik dan terisak-isak sendu mengisi cawan kenangan pahitDia, dialah yang kau ucap dalam prolog keluhanmu
Hingga tersungkur jiwa kau, begitulah epilognya
Kau kecup masa lalu sebagai kecupan terakhir
Harap-harap ia tak bangkit lagiRindu dan malu berikan banyak duka
Kau tanya padaku, bisakah rindu dan benci datang bersamaan?
Tegakah Cinta menggoreskan tinta kenangan
Kau risaukan cinta yang tak pernah salahSaat yang lalu belum sembuh dan lukamu belum terjahit utuh
Sepertinya kau masih ingin dia disini
Dalam aksara imajinasi ku coba merangkai puisi
Tentang kamu, gadis yang tertunduk diperbudak cinta🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Dumai, 09 07 20
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana Akal [END]✓
RandomSebagian orang meilusikan isi hati lewat aksara. Merangkai duka dengan tipuan majas. Deretan kata-kata menceritakan banyak sekali rasa. Yuk, baca. Mungkin saja, teman-teman pernah mengalami ini yang tertata dibait sajakku. Dumai, Juli 2020 ________ ...