masih "masa lalu" (Rillo)

5 2 0
                                    

Mereka pacaran layaknya remaja pada umumnya, setiap akhir pekan Aretta selalu diajak makan, nonton bahkan ke tempat hiburan. Aretta diberikan tas, kalung bahkan sepatu mahal oleh Rillo. Sikap Aretta pun sedikit melunak, Rillo seringkali bercerita tentang kedua orangtuanya yang selalu sibuk, bahkan beberapa Minggu tidak pulang, atau recehan yang Rillo lontarkan kepada Aretta. ia paksakan untuk menanggapi semua ocehan Rillo walaupun hanya seutas senyum.

Namun sedikit demi sedikit sikap Rillo berubah setelah satu bulan mereka pacaran. Rillo terlalu sering menyentuhnya (menyentuh dalam artian meremas pinggang, memeluk dan mencium bibirnya). Jelas! Aretta bukan gadis naif, ini bukan pertama kalinya bagi Aretta, namun Aretta masih tau batas mana yang ga boleh laki-laki langgar darinya.

Istirahat ini Rillo tiba-tiba menarik Aretta ke gudang belakang. Sedikit mengernyit, namun Aretta menuruti kemauan laki-laki yang menjadi pacarnya ini. Sesampainya di gudang, Aretta ditempatkan pada posisi dihimpit oleh tembok dan badan Rillo.

"Gue mau lo." Bisik Rillo tepat ditelinga Aretta, suara kian serak. Tapi melihat Aretta yang memutar bola mata malasnya membuat Rillo menghela nafas.

"Rokok gue diambil sama OSIS sialan itu, padahal deripagi gue belum nyicip satu batangpun. Padahal tuh rokok sama sekali belum gue buka." Jelas Rillo.

"Lo kaya, satu bungkus rokok ga buat Lo bangkrutkan? Biasanya juga istirahat lo ke warung sama temen-temen tongkrongan lu." Jelas Aretta.

"Tapi gue mau lo," Kekeuh Rillo.

"Minggir, gue laper." Aretta mendorong Rillo dari hadapannya, lagian Aretta tahu, posisinya hanya menguntungkan laki-laki ini. Namun bukannya menyingkir, Rillo malah semakin menghimpit Aretta.

"Gue udah bilang, gue mau Lo." Tanpa menunggu persetujuan Aretta, Rillo langsung mengecap bibir Aretta, bibirnya bergerak posesif. Bahkan tangan Rillo tak hanya diam, tangan kiri nya menekan tengkuk Aretta untuk memperdalam ciumannya. Tangan kanannya bahkan merambat di dada Aretta. Saat hendak melepas kancing baju Aretta, Aretta langsung menghentikan tangan itu. Tak putus akal, bibir Rillo merambat ke leher Aretta, dan pada saat itu pula lah Aretta dengan sekuat tenaganya mendorong Rillo hingga menjauh beberapa langkah. Tak lupa pula tamparan menghiasi pipi Rillo. Nafas mereka sama-sama memburu. Aretta dengan tatapan tajam, dan Rillo dengan tatapan mengernyit.

"Kenapa? Salah kalo gue ngelakuin ini ke pacar gue sendiri?" Saat Rillo hendak mendekat, Aretta langsung memberhentikannya.

"Stop." Dengan kasar, ia mengelap bibirnya yang masih basah akibat ciuman tadi.

"Gue rasa udah satu bulan lebih kita pacaran, itu harusnya masa taruhan  lo udah kelar kan?" Ucap Aretta.

"Da da darimana lu tahu?" Ucap Rillo tergagap.

"Lo bisa buktiin ke temen-temen lu, bahwa lu udah berhasil pacarin gue dan nyium gue. Gue anggap ini udah selesai" bahkan dalam situasi ini Aretta masih tenang berucap seperti itu.

"Ckk, ga seru banget kalo kita udahan sekarang." Tiba-tiba sikap Rillo berubah.

"Apa mau Lo?" Tanya Aretta. Rillo kembali mendekat dan mengurung Aretta walau tak sedekat tadi.

"LO! Gue mau Lo Areta!". Saat Rillo hendak menciumnya lagi, Aretta langsung menendang tulang kering Rillo, dan itu cukup membuat Rillo kesakitan.

"Gila Lo, sakit tau." Ringis Rillo. Tanpa mengindahkan ringisan Rillo, Aretta pergi.

Keesokan harinya, desas-desus kembali terdengar. Namanya kian marak dibicarakan karena pagi-pagi Rillo sudah menggandeng perempuan selain Aretta.

"Taaaaaa.... Parah, Lo harus ikut. Pokoknya lo harus ikut gue." Nadila, langsung menarik Aretta menuju kantin. Aretta yang baru saja duduk di bangku nya terpaksa ikut saat raut panik Nadila membuatnya mengernyit.

Sesampainya di kantin, Aretta semakin jelas mendengar namanya disebut-sebut.

"Kasian yah Aretta, mana Rillo selingkuhnya terang-terangan lagi."

"Duh kayaknya bakalan ada perang nih."

Nadila mengantarkan Aretta tepat dibangku yang diduduki Rillo dan gandengannya.

"Nih Ta, gue mau nunjukin bahwa pacar Lo selingkuh." Aretta hanya memandang Rillo jengah. Dan Rillo? Ia hanya memandang sinis Aretta dan Nadila.

"Hallo honey." Ucap Rillo kepada Aretta. Tangannya ingin menyentuh rambut Aretta, namun Aretta tepis.

"Galak banget sih haha... Kemarin aja nurut." Ucap Rillo dengan culasnya. Namun Aretta masih tetap diam dan tenang. Dan jangan lupakan cewek gandengan Rillo yang yang duduk ketakutan saat ditatap tajam dengan Aretta. Rillo pun mengikuti arah pandang mata Aretta.

"Jangan buat PACAR baru gue takut dong ta." Rillo sengaja menekan kata pacar baru kepada Aretta.

"CK.. " Areta hanya berdecak jengah

"Oke, lo udah tahu kalo gue macarin Lo karena taruhan. See.... Gue udah buktiin kalo Lo emang bisa gue dapetin. Mulai sekarang kita putus Aretta" Ucap Rillo lantang.

Dan semenjak itulah Aretta menjadi semakin kian dingin. Oh jangan lupakan Rillo, dua minggu kemudian ia pindah sekolah karena orangtua nya dipindahtugaskan. Semua berbisik, seakan mengkasihani Aretta karena terjerat keplayboy-an Rillo, mereka hanya tahu sikap Aretta yang semakin tak tersentuh adalah karena Rillo.

ArettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang