Suara bola menggema terdengar dilapangan basket indoor saat Aretta kembali mendribble bola basketnya. Nafasnya terengah saat ia berhasil memasukkan bola nya ke dalam ring. Hobby nya bermain basket membuatnya beberapa kali ikut dalam pertandingan bola basket saat ia masih kelas sepuluh dan kelas sebelas. Ia juga pernah ditawari untuk bergabung dalam klub bola basket, namun ia tolak dengan alasan basket hanya untuk ia jadikan hobby, karena pada dasarnya Aretta masih mengingat pesan orangtuanya untuk meneruskan bisnis keluarga
, yang artinya kelak ia kuliah mengambil jurusan bisnis.Namun siapa sangka, keterdiaman Aretta di tengah-tengah lapangan kembali membuatnya lengah saat bola yang semula menggelinding ke pinggir lapangan kini kembali memantul saat seseorang mendribble dan memasukkannya ke dalam ring tanpa cacat. Aretta tersentak tiba-tiba bola mengarah kearahnya, tanpa persiapan Aretta berhasil menangkap bola basket tersebut, ia mendribble nya diikuti dengan seseorang yang sekarang mengejarnya kembali membuat Aretta mau tak mau harus menghindar dan mengelak lalu menggiring bolanya ke ring, namun saat bola itu hendak masuk ke dalam ring, ditepisnya dengan mudah oleh lawan Aretta, membuat Aretta menggeram dan kesal. Ia kemudian berlari medekat untuk merebut bola tersebut, namun kali ini lawannya tidak memberikan satupun kesempatan kepada Aretta hanya sekedar menyentuh. Tubuh Aretta memang termasuk dalam golongan gadis tinggi di sekolahnya, namun tetap saja kalah dengan sosok pria satu ini.
Keduanya terengah, namun Aretta kembali maju. Sang lawan yang berjenis kelamin pria ini memilih mengalah kala Aretta merebut bola darinya, hingga kini bola berada dalam genggaman Aretta.
Berputar, kini Aretta menuju ring lawan dan bersiap menembak bolanya. Dan hap, berhasil! Aretta menyamakan kedudukan menjadi 1:1.
Pertandingan singkat ini membuat mereka cukup terengah, hingga tanpa sadar keduanya bersimpuh dan duduk ditengah-tengah lapangan.
Suasana kembali sunyi saat nafas mereka kembali stabil. Aretta kembali bangkit dan hendak meraih tas yang ia letakkan di kursi di bawah ring. Namun belum sempat ia mengambilnya, justru tangan lain berhasil meraih tasnya.
"Balikin!" Mereka saling pandang.
"Gue balikin, dengan satu syarat. Kiss me!"
"Gila!" Jelas Aretta menolak dengan permintaan pria di depannya ini. Aretta hendak berbalik, biarlah tas nya ada dalam genggaman pria tersebut. Ia tak peduli.
" Silahkan lo balik, tapi kayaknya hp Lo getar nih."
"Reiga!" Aretta kembali berbalik dan menghampiri pria yang kini sedang memegang handphone nya yang bergetar. Tertera nama Nadila disana. Dan tanpa ragu Reiga meggeser tombol hijau disana, tak lupa pula ia menloudspeakernya.
"Halo Ta, Lo di mana? Udah sampe rumah belum? Maaf yah gue balik duluan. Tadi langsung dijemput kakak gue soalnya, suruh nemenin dia ke pasar. Ini juga gue barusan banget pulang dari pasar. Mana keringetan, bau apek lagi. Ta? Aretta? Haloooo...???? Lo masih disana kan? Lo denger gue ngomong ga?"
"Lo bawel juga yah, asli!" Reiga terkekeh.
"Loh ko cowok? Aretta dimana? Lo penculik yah? Dimana Aretta? Gue lapor polisi yah kalo sampe Aretta kenapa-kenapa" Terdengar nada panik disana. Membuat Aretta memutar bola malas.
"Gue gapapa" akhirnya Aretta membuka suaranya, daripada nanti Nadila benar-benar lapor polisi.
"Ya ampun Ta, Lo sama siapa disana? Lo ga dimacem-macemin kan sama dia?" Tanya Nadila.
"Sama gue, ga macem-macem cuma satu macem." Reiga kembali menjawab dengan jawaban yang menyebalkan.
"Eh eh.... Tunggu. Lo Reiga?" Nadila kembali berbicara.
"Iya, gue Reiga. Aretta aman sama gue." Jelas Reiga.
"Anjirr.. siapa yang jamin kalo Aretta aman sama Lo? Lo anak baru di Sekolah. Dan gue gak kenal sama sama Lo." Namun bukannya menjawab Reiga mematikan sepihak handphone nya. Membuat Aretta menggeram. Dan langsung merebut handphone nya dari tangan Reiga. Lalu Aretta segera menuliskan pesan untuk Nadila supaya tidak usah mengkhawatirkan nya.
Setelah mengirim pesan kepada Nadila. Aretta kembali menatap Reiga yang masih memegang tas nya.
"Mau Lo apa?" Tanya Aretta.
"Ikut gue, kerumah papah." Aretta berdecak tak suka.
"Dalam mimpi." Ucap Aretta.
"Re, kita bisa omongin ini baik-baik." Bujuk Reiga.
"Kalo Lo ngomong kaya gini 2 tahun yang lalu, mungkin gue bakal nurut sama Lo."
"Re, jangan egois! Disini bukan cuma Lo yang terluka, gue juga! Papah! Mamih gue! Pikirin mereka Re!"
"STOP! Stop omong kosong itu lagi! Sampai kapanpun gue ga akan pernah ngakuin Lo sebagai kakak gue! Lo bukan keluarga gue. Gue benci sama Lo!".
Keduanya terlihat saling membuncah kan emosi. Emosi yang selama ini Aretta pendam, kesedihan bahkan sakit yang selama ini Aretta tidak pernah tunjukkan kepada siapapun.
"Ok! Gue gak akan pernah ngakuin Lo sebagai adik gue, gue juga ga akan perlakuin Lo layaknya keluarga. Lo kenal siapa gue. Dan inget satu hal! Cinta gue buat Lo masih seperti dulu, obsesi gue sama Lo, tubuh Lo, dan apapun yang ada dalam diri Lo adalah candu buat gue. Dan itu ga mudah buat gue lupa ARETTA!"
Selepas itu, Aretta langsung merebut tas yang ada di tangan Reiga. Ia harusnya mencari tahu motif Reiga kembali dalam kehidupannya, ia juga harusnya tahu, bagaimana seorang Reiga dulu, berandalan dan badboy. Harusnya ia juga tahu, bahwa kini Aretta dan Reiga memiliki nama belakang yang sama, ATMAWIJAYA!

KAMU SEDANG MEMBACA
Aretta
ChickLitJangan salahkan takdir, salahkan gue yang masih menyimpan nama Lo di hati gue Cerita kedua setelah AMARE 15+ Mohon maaf bila ada kesamaan tokoh ataupun kemiripan alur🙏 Ini pure karya saya🙏 Sumber gambar: Google Enjoy my story' Jangan lupa follow...