Nadila benar-benar tidak habis pikir dengan kisah temannya itu. Aretta terlalu banyak menyimpan misteri, dan ia sama sekali belum benar-benar mengenal siapa Aretta.
Nadila sadar, selama ia berteman dengan Aretta, ia sama sekali tidak benar-benar memperhatikan perubahan sikap Aretta, saat ia pertama kali mengenal Aretta yang mengukirkan senyum tulus saat menolongnya dari pembullyan kakak OSIS pada masa MOS dulu, sampai Aretta selalu kaget berlebihan jika disentuh pundaknya. Ia benar-benar belum mengenal Aretta.
"Nad, are you okay?" Lamunan Nadila kembali saat Aretta menyentuh lengannya.
"Lo ngelamun, kalo sakit Lo bisa ke UKS kok." Ucap Aretta.
"Enggak ko, gue cuma larut aja sama novel yang gue baca hehe...".
Saat ini Mereka memang sedang di perpustakaan. Mereka memang berencana untuk menghabiskan waktu istirahat mereka dengan membaca, namun semenjak kemarin gelagat Nadila sedikit berbeda, ia lebih banyak diam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Kalo ada yang mau Lo tanyain ke gue, tanya aja. Gue risih liat Lo kayak orang bisu." Nadila yang awalnya fokus pada bacaan nya, kembali berhenti dan menatap Aretta. Namun hanya helaan nafas yang keluar dari mulut Nadila.
Mendengar tidak ada pertanyaan apa-apa yang keluar dari mulut Nadila, akhirnya Aretta berdiri.
"Eh eh eh mau kemana Ta?" Tanya Nadilla.
"Lo lama, bacaan gue udah selesai." Ucap Aretta.
"Duduk lagi dong Ta, gu gue... Ada yang mau gue tanyain, tapi Lo jangan marah yah." Aretta akhirnya duduk kembali, melihat Nadila yang menunduk tampak wajahnya gamang.
"Dia bilang apa sama Lo?" Tanya Aretta. Sontak Nadila kembali memandang Aretta.
"L Lo? Jadi Lo beneran kenal sama Reiga?" Tanya Nadila.
"Dia bilang apa aja sama Lo?" Kembali kalimat pertanyaan yang muncul dari mulut Aretta. Berusaha tenang, namun tetap menurut Nadila aura Aretta dalam mode menakutkan.
"D di di dia bilang, dia P pa pacar pertama Lo" ucap Nadila gagap. Demi tuhan Nadila takut jika Aretta memusuhinya, Aretta memang cuek dan ketus terhadapnya, namun percayalah Nadilla justru selalu aman dan nyaman jika dengan Aretta.
Terdengar helaan nafas berat dari Aretta, tangannya mencengkram dan sesekali mengontrol emosinya. Beberapa detik matanya terpejam. Saat Aretta membuka mata, matanya langsung menatap Nadilla. Bukan mata malas ataupun mata menusuk, melainkan mata yang menyimpan seribu kekecewaan dan luka mendalam.
"Dia emang pacar pertama gue." Ucap Aretta tegas. Beberapa detik Nadila menikmati rasa kagetnya, hingga tidak menyadari Aretta hendak berdiri, dan berjalan kearah rak buku yang ia pinjam tadi untuk dikembalikan.
"Ta." Panggil Nadila yang kini sudah berada dibelakang Aretta.
"Gue harus apa?" Tanyanya, membuat Aretta berbalik dan mengernyit tanda tak mengerti.
"Gue harus apa biar Lo mau berbagi luka dengan gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aretta
Literatura FemininaJangan salahkan takdir, salahkan gue yang masih menyimpan nama Lo di hati gue Cerita kedua setelah AMARE 15+ Mohon maaf bila ada kesamaan tokoh ataupun kemiripan alur🙏 Ini pure karya saya🙏 Sumber gambar: Google Enjoy my story' Jangan lupa follow...