gue rasa urusan kita udah selesai

5 1 0
                                    

Setelah insiden di perpustakaan kemarin Aretta melihat Nadila kembali seperti sebelumnya, bawel. Aretta akui, Nadila adalah teman satu-satunya yang masih kuat menghadapi keacuhannya. Walaupun mereka sangat jarang hang out bareng, bahkan belum pernah nginep bareng (kecuali acara sekolah).

Namun itu semua belum cukup menjadikan Aretta terbuka dengan Nadila, kemarin ia hanya mengatakan kepada Nadila belum siap menceritakan apapun mengenai sosok Reiga. Aretta hanya bilang ia sangat bersyukur mempunyai teman seperti Nadila, dan Nadila juga tidak menuntut Aretta untuk bercerita. Biarlah semua mengalir seperti air, Nadila hanya berpesan bahwa pundaknya masih mau menopang untuk Aretta. Benar-benar ketulusan sahabat!

Bel pergantian pelajaran kedua baru saja berdering, namun lagi-lagi kelasnya kosong. Guru mata pelajaran sedang ada urusan keluarga. Nadila bosan dikelas, walaupun guru sudah memberikan tugas, namun tidak ada satupun yang mengerjakan. Toh perintahnya jika tidak selesai bisa dijadikan PR.

"Ta ngantin yukk!!" Rengek Nadila.

"Taaaa ..... Lagi apa sih? Lo belum sarapan kan? Sama gue juga, yuk makan di kantin. Liat geh, kelas juga kosong cuma kita berdua doang." Nadila sudah tidak betah dikelas. Ia terus memaksa Aretta yang sedari tadi membaca komik.

Aretta menghela nafas, ia menutup komiknya setelah ia tandai halaman terakhir ia membaca.

"Ke kantin sendiri aja, gausah manja." Sarkas Aretta. Dan Nadila mencebikkan mulutnya.

"Kalo Lo gue tinggal disini, Lo sendirian Ta." Ucap Nadila.

"Gue sendirian ga ada yang berani nyulik gue."

"Iya iya percaya, susah ngomong sama Lo. yaudah gue tinggal yah? Mau nitip sesuatu?" Tanya Nadilla.

"Nothing"

Nadila beranjak dari kelas dan meninggalkan Aretta sendirian di kelas.

Sepeninggalnya Nadila, Aretta kembali membuka komiknya. Ia larut dalam bacaannya, hingga tanpa sadar seseorang memasuki ruang kelasnya.

Aretta merasa terusik dengan suara menggema langkah kaki memenuhi gendang telinganya.

"Do you Miss me ARE?" Aretta mendongak, matanya nyalang melihat senyum seseorang yang berani-beraninya kembali hadir di hidup Aretta. Reiga!

"Pergi Lo!" Ucap Aretta.

"Ga kangen sama gue?"

"Kalo Lo mau stay dikelas ini, silahkan!" Aretta memasukkan komiknya di kolong meja, lalu segera beranjak dari bangkunya. Namun, saat Aretta ingin beranjak, tangannya di genggam oleh Reiga.

"Kita perlu bicara Re!"

"Don't call me Re or Are."

"Why? Your name is Aretta. Gue cuma mau ngomong sama Lo, ada hal yang harus gue bahas." Tatapan Reiga kini melunak. Memohon kepada Aretta agar ia mau mendengarkannya.

"Gue rasa, ga ada yang perlu kita bahas." Ucap Aretta

"JELAS ADA MEIRA ARETTA ATMAJIWAYA." Tanpa sadar Reiga menaikkan nadanya satu oktaf. Aretta masih yang dulu, keras kepala dan besar ego. Itu yang membuat Reiga kesal dengan gadis yang ada dihadapannya ini.

"Ralat. Meira Aretta. Nama gue cuma Meira Aretta" Ucap Aretta tenang, bahkan sangat tenang. Hingga terlihat seperti air dangkal, namun Reiga tahu tatapan itu bisa membunuh perlahan, air yang terlihat dangkal ternyata mempunyai kedalam puluhan meter.

"Re?"

"Gue rasa, urusan kita udah selesai tuan ADIPATI REIGA ATMAWIJAYA." Aretta sengaja menekankan nama belakang Reiga. Aretta menghempas tangan Reiga yang masih menggenggam tangannya. Bergegas keluar kelas dan mencari tempat dimana tidak ada  sosok Reiga.

ArettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang