03 - Back to Reality Pt.2

1.8K 190 4
                                    

-Masaki-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Masaki-

.
.


"Nanti kamu sudah boleh pulang loh.."

"hmhh.."

Masaki mengemasi barang-barang, memasukkan dan menata dalam tas ransel. Ada dua ransel yang akan dibawa pulang besok. Ia beberapa kali menghiburku agar tertawa namun putus asa setelahnya.

"Kenapa sih?" Tanya nya sambil duduk di pinggir ranjang.

Aku menggeleng.

"Masih ingin tinggal disini?" Tanya Masaki sambil bergurau.

"Tidak, bukan itu.."

"Haha, bercanda. Ada apa? Katakan saja, akan kubantu."

"Aku.." Tanganku meremas selimut lalu menatap Masaki. "Aku ingin mengingat segalanya.."

"Shui.."

"Rasanya sakit. Semua terasa hampa, aku bahkan tak menangis saat tahu ayah ibu meninggal. Aku kehilangan kenangan bersama mereka, juga bersamamu.. Aku, bodoh sekali.."

Kulitku memanas.

"Apa mereka melihat kita? Apa mereka marah? Menangis?"

Aku mulai terisak.

"Kakak.. Apa yang salah dariku.."

"Tidak ada." Jawabnya cepat.

"eh.."

"Kamu tetap dirimu seperti biasa, seorang pendiam yang penuh ide dan pertanyaan. Tetaplah seperti ini, aku menyukainya.."

"S-suka?"

Kalimatnya terdengar sedikit mengganggu. Apa wajar seorang saudara mengatakan itu pada saudara yang lain? Apalagi kami laki-laki.

"Ah, umm.. Ya, seperti itu, pokoknya jangan merasa sendiri."

Aku tersenyum. Tingkahnya berubah seketika, ia langsung berdiri dan kembali berkemas. Rona merah muncul di wajahnya.

Yap, siangnya kami kembali ke rumah.

Cukup asing, Masaki mengatakan kita baru pindah kesini beberapa bulan yang lalu. Nuansa biru langit dan putih.

Kamarku penuh dengan gambar, kertas-kertas berserakan di meja juga note tertempel di tembok. Buku manga memenuhi rak sampai di kasur karena tak muat. Poster juga majalah, action figure, hampir semua yang berhubungan dengan manga dan anime ada disini.

"Ini kamarku?" Sedikit tidak percaya, ternyata aku memang fanatik.

"Ah, sebenarnya ingin kurapikan namun takut ada yang hilang. Nanti sore almari yang kupesan datang, kok. Rapikan ya.."

"I-iya.."

Aku masuk ke kamar lalu membuka jendela serta gorden. Seketika udara masuk. Ruang yang semula mengesankan suram perlahan memudar. Ada tanda kehidupan disini.

Innocent Promise [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang