.
.Paginya, sarapan sudah siap di meja. Masaki berangkat ke kantor lebih awal.
Sedikit pusing. Kulkas penuh pudding beras, saat kubuka aromanya langsung keluar.
"Umhh, oishi.."
Sangat lembut rasanya juga ringan. Hebat, Masaki bisa membuat yang seperti ini. Aku mengambil beberapa cup lalu membawanya ke meja sebagai makanan penutup.
Kurasa pizza yang kemarin masih, tapi dimana? Atau Masaki sudah menghabiskannya. Sayang sekali, itu juga sangat enak.
Selesai makan aku pun mandi lalu memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar. Siapa tahu bertemu lelaki yang kemarin.
Sepeda dikeluarkan.
Tidak panas meski sudah jam sembilan. Aku mengunjungi beberapa toko untuk mengingat apa yang dijual disana, juga berkeliling untuk menghafal jalan.
Tidak buruk. Tidak buruk. Kesan pertama yang kudapat sangat bagus. Mood ku membaik.
Berhenti di taman, meski ukurannya tidak besar namun cukup membuat nyaman. Sepeda disandarkan lalu aku duduk di rerumputan.
Ingin bertemu dengannya.. Gumamku.
Suara sandal dan kicauan burung. Ia datang, berjalan pelan dengan yukata coklat. Kulit pucatnya terpantul cahaya. Lelaki itu..
"Shui.."
Tidak tahu harus bagaimana, aku hanya tersenyum melihat kedatangannya.
Kami berbincang cukup banyak. Tentang kebiasaan dan manga, ia menyukai manga. Dan yukata, ia selalu memakai pakaian yang sama karena kesukaan. Ia mencintai yukata yang ia kenakan.
"Umm, yaoi. Aku menulis manga itu bersama seseorang." Katanya.
"Seseorang?"
"Orang yang berharga." Senyuman muncul lebih lebar, membuatku lemah. Sungguh, ia sangat tampan.
"Maaf, sejujurnya aku masih bingung."
"Soal apa?"
"Masaki menangis kemarin setelah aku bercerita tentangmu, kenapa ya? Kalian ada masalah?"
"Tidak, kok."
"Lalu?"
"Mungkin masalah hati."
"Maaf, aku semakin tidak mengerti.." Rasanya putus asa mendengar cerita setengah-setengah ini.
"Nanti juga ingat. Ngomong-ngomong, lebih baik kamu pulang sekarang. Masaki sudah dirumah."
"Eh? Dia kan kerja."
"Tidak. Hanya mengirim naskah dan sedikit menyelesaikan masalah di kantor."
"Bagaimana kau tahu?"
Lelaki ini tersenyum lalu berdiri. Ia mengulurkan tangan, membantuku berdiri dan naik ke sepeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Promise [Complete]
FantasySeorang lelaki tampan mendatangiku, mengajak jalan lalu berakhir di kamar bernuansa abu. Terasa sangat akrab dan seakan setiap langkahnya mampu menciptakan aroma musk memabukkan. Kita telah membuat janji, ujar lelaki itu tempo hari. 🔞 Insect/ Brot...