.
."Lama sekali."
Belum menyandarkan sepeda, Masaki sudah berdiri di depan pintu sambil marah. Ia mengeluarkan banyak kalimat namun tak satupun yang kupahami. Pikiranku masih kacau karena lelaki tadi.
"Tidak dengar ya?"
"Maaf, aku pusing.."
Aku berjalan melewati Masaki begitu saja. Memang benar, kepalaku terasa berat. Langsung merebahkan diri di sofa depan sambil menutup mata.
Kenangan apa ini..
Bayangan orang dan kejadian berputar di kepala.
Tentang makanan, sentuhan, juga manga. Semuanya berputar. Hitam dan abu-abu, warna lain tenggelam tak terlihat.
"Shui, kau baik-baik saja?"
Tidak. Kejadian ini, aku tak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Semua terasa sama. Aku mengalaminya, hal manis terasa pahit. Tertawa dibalik rasa sakit. Pura-pura bahagia. Emosiku tertuang lewat gambar yang disusun menjadi manga.
Aku mengingatnya.
Seseorang yang selalu berada disisi. Selalu menemani. Yang membuat nick name sebagai perwakilan kita. Seseorang yang sangat berharga.
Dibalik itu, ada orang lain yang menahan sakit. Seseorang yang akan menjadi saudaraku, setiap hari menyembunyikan luka yang tak sengaja kubuat. Balutan kassa terlepas begitu saja, luka kembali terbuka saat kuceritakan pengalaman bertemu lelaki asing di jalan. Ia tak menunjukkan emosi sedih, menangis dibalik tembok.
Tetap memberikan rasa sayang pada orang yang semula ia benci. Tinggal satu rumah, memulai banyak hal dari awal. Kadang aku menyakitinya. Membuka luka lama yang ia usahakan sembuh sendiri. Selalu menguatkan.
Masaki.
"Shui? Ada apa?"
Mataku terbuka. Air mataku mengalir deras, Masaki duduk disampingku, menatapku panik.
"kakak.."
Aku memeluknya erat. Lebih dari pemikiran dangkal ku, Masaki menyimpan luka jauh lebih dalam.
"Kamu kenapa?"
"Maaf, maafkan aku.."
Air mataku membasahi pundaknya. Tangannya menyentuh punggungku, memberi rasa hangat dan tenang.
"Semua akan baik-baik saja."
Beberapa saat berlalu.
Aku mulai tenang. Tanpa mengatakan apapun, kurogoh saku celana menunjukkan selembar kertas berisi gambar yang dibuat bersama lelaki itu.
"Apa ini?" Tanya Masaki. Ia meraih kertas itu dari tanganku, raut wajahnya berubah seketika. "Azumaya.."
Eh?
Wajah Masaki memerah, ia menahan air mata. Tangannya menutup mulut lalu membuang muka.
"Azumaya.." Gumamnya. Ia gemetar.
Pertama kali melihatnya seperti ini, siapa Azumaya?
"Anu, kak.."
"Dimana kalian berpisah?"
"Eh? Di dekat mesin minuman.."
"Kita kesana sekarang."
Tanpa pikir panjang, aku menuruti kalimatnya. Berlari menuju tempat tadi, aku berusaha mengingat nama Azumaya. Tidak asing. Apa itu nama dari lelaki berpakaian yukata itu?
![](https://img.wattpad.com/cover/231231777-288-k719871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Promise [Complete]
FantasySeorang lelaki tampan mendatangiku, mengajak jalan lalu berakhir di kamar bernuansa abu. Terasa sangat akrab dan seakan setiap langkahnya mampu menciptakan aroma musk memabukkan. Kita telah membuat janji, ujar lelaki itu tempo hari. 🔞 Insect/ Brot...