Shaka bersama kedua temannya yang kini menjadi sahabatnya itu, sudah berada diparkiran Sma Bangsa.
"Ka, jangan lupa, pr bahasa Indonesia!"
"Iya santai aja. Gue gak bakal lupa."
"Sejarah juga ya ka, jangan sampai lupa!" nimbrung Erik.
"Sejarah?tanya sama nenek lo aja sana!gue gak bisa."
"Iya, shaka itu teacher¹ sastra indonesia. Bukan sejarah," timbrung Eza membela Shaka.
"Iya. Iya, gue tau."
"Yaudah pergi sana!" usir Shaka.
"Kok diusir?" tanya Erik.
"Ya gue mau pulang."
"Ya sudah gue pergi. Tapi kalau gue pergi, lo jangan kangen sama gue," ucapnya dengan ekspreksi muka datar, dan setelahnya ia langsung menaiki motornya yang tidak jauh dari keberadaan dirinya.
"Wah gila, satu badan berisi dua,"
Masih menatap Eza sembari menggeleng gelekan kepalanya."Satu badan berisi dua?memangnya dia gendut?"Shaka bingung dengan ucapan Erik.
"Iya, tapi bukan gendut. Itu karena kedua jiwanya. Yang satu ingin bercanda, yang satu jiwanya lagi sudah lelah," jawab Erik ngawur sembari berekspresi seperti guru.
"Erik, itu namanya. satu raga dua jiwa. Bukan satu badan berisi dua." Shaka menepuk jidatnya.
Eza yang sedang digosipi tidak tinggal diam. Ia melajukkan motornya berbalik arah, bukannya menuju pintu gerbang ia malah menuju ke kedua sahabatnya itu, lalu ia berhenti tepat di samping Erik. Matanya menatap Erik.
"Lo, gue gak bakal anter lo pulang." kembali melaju menuju gerbang. Untung saja, sekolah sudah sepi. Jadi tidak ada yang melihatnya berbalik arah.
"wah gila, dia serius?"menyadari itu dengan segera Erik berlari mengejar Eza. Mereka berdua saling kejar kejaran. Namun akhirnya mereka pulang bersama.
Shaka yang melihat hal itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya.Asik juga punya teman kayak mereka.
Ucap batinya.Lalu ia berjalan menuju keberadaan motornya, langsung saja ia memakai helm motor ninjanya.
Selesai. Saatnya untuk menyalakan mesin motornya. Namun ativitasnya terhenti, setelah ia melihat gadis berambut hitam dari spion motornya."Lin, lo nggak mau ikut ke kafe?" tanya gadis berambut pirang.
Gadis bernama Alina itu menggeleng,"Tidak. Aku tidak bisa ikut."
"Tapi, kenapa?"
"Sudahlah, Alina itu emang kayak gitu. Dia enggak pernah mau ikut jalan sama temanya. Kata teman aku, di Smanya dulu juga kayak gitu. Alasanya selalu gak bisa," jelas gadis beralis tebal itu. Ia berteman dengan teman Alina dulu saat Alina di Sma Nusa.
Keduanya menatap Alina sekejap, lalu setelahnya pergi meninggalkan Alina sendiri. Alina kembali berjalan menunduk, entah karena apa.
Shaka melajukan motornya lambat, berusaha mengimbangi langkah kaki Alina."Hai Alina," sapanya. Padahal shaka tidak mengenal Alina.
Alina yang merasa dirinya dipanggil akhirnya ia menengok ke arah sumber suara. Ia berhenti berjalan. Begitupun dengan Shaka. Ia menghentikan mesin motornya dan membuka helm yang dipakainya."Kita kenal?" tanya Alina.
"Eumm. Enggak. Tapi emangnya salah?. Kalau mau nyapa orang yang satu sekolah?" ia mencari cari alasan.
"Tidak. Tidak salah. Tapi, lebih baik kamu menyapa dengan orang yang kamu kenal saja. Kalau kamu menyapa orang yang tidak kamu kenal, lalu dia tidak membalas sapaan mu. Kamu yang akan malu sendiri."
"Kayak lo."
"Aku?" ia menujukkan jari telunjuknya ke diri sendiri.
"Iya, tadi gue nyapa lo. Tapi belum lo bales sapaan gue sampai sekarang."
Alina tidak berbicara, ia diam. Lalu tiba tiba ponselnya bedering.
My mother².
Nama orang yang menelefonnya tercetak jelas dilayar ponselnya. Hal itu juga diketahui oleh Shaka.
"Hallo Alin, kata pak mamang kamu belum pulang?"
"Iya. Alina sedang di jalan."
"Di jalan. Apa kamu perlu bunda suruh pak mamang jemput kamu?"
Tanya Bunda Alina. Ia sekarang sedang berada di kantornya. Ia di telefon oleh pak Mamang, satpam rumahnya. Yang katanya Alina belum sampai di rumah.
"Tidak perlu bunda...."
Ia berlari kecil menuju gerbang menjauh dari Shaka.
"Gue mau kenalan sama lo!" ucap Shaka lantang. Alina menengok ke belakang. Ia menatap Shaka sekejap. Lalu kembali fokus kepada sang penelefon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaka.
Teen FictionShaka. Seorang cowok yang tidak cool dan tidak bar bar. Ia telah mengubah hidup seorang cewek yang dirundung dengan kesedihan. Hidup cewek itu, semakin berwarna saat Shaka hadir. Teman, sahabat, bahkan mungkin lebih telah dianggap keduanya.