🌻🌻🌻🌻
Setelah adu urat lewat chat dengan sang editor, akhirnya belum juga dihasilkan kesepakatan ending naskah novelku. Serasa mengulang perjuangan kala skripsi. Jadi muncul keinginan untuk melaporkannya ke owner penerbitan itu. Apa maunya coba?
Kulihat foto profil WA nya.
Hanya ada siluet seseorang yang sedang memandang langit senja dengan matahari yang berada diantara garis langit. Dari siluetnya sih, sepertinya laki-laki. Dan hanya itu info yang kudapat.Oke, daripada pusing memikirkan si editor absurd, kututup chat kami. Aku akan merevisi bab 1 dulu nanti. Lebih baik sekarang aku kembali hunting lowongan pekerjaan. Sudah berhari-hari aku membuka laman loker di internet tapi belum juga kutemukan pekerjaan yang sesuai dengan yang kuinginkan.
Mereka lebih memilih untuk menarik fresh graduate ketimbang lulusan lama sepertiku. Apalagi di usiaku yang sudah dua puluh delapan ini.
Sebenarnya banyak tawaran menjadi tutor Bahasa Inggris, tapi aku tidak tertarik menjadi seorang pengajar. Aku lebih suka bekerja di balik meja dengan tumpukan buku. Wajar saja banyak yang bilang aku kutu buku.
Kubuka instagramku. Kutemukan postingan info lowongan kerja di Pena Langit Publishing sebagai seorang copy editor.
Hei, bukankah ini penerbit yang sedang menangani novelku? Mereka sedang kekurangan editor?
Apa karena stres kekurangan tenaga, sehingga naskahku terkena imbasnya? Ah, sepertinya tak ada hubungannya. Tapi posisi editor sepertinya sangat cocok untukku. Aku cukup teliti dalam mengerjakan sesuatu. Baiklah aku akan mencoba melamar posisi ini.
**
Dua minggu berlalu. Aku masih merevisi novel 'Runtuhnya Asaku' dengan editor itu. Baru dua bab naskahku yang disetujuinya. Bahkan, dia meminta aku mengganti judulnya, tapi belum juga kulakukan. Entahlah, baru kali ini terjadi perbedaan pendapat yg cukup alot dengan editor selama aku menulis novel.
Disamping revisi, aku juga sedang menulis naskah novel baru. Aku berusaha untuk seproduktif mungkin, demi masa depan Zidan. Lagipula setelah terbiasa menulis, akan merasa ada yang kurang kalau sehari saja tak menulis.
Tapi, entah kenapa tiba-tiba aku merasa mengalami block writer kali ini. Ide buntu seketika dan perasaan juga ingin marah-marah sendiri. Mungkin gejala PMS.
Kubuka-buka koleksi novelku di lemari buku untuk sekadar mencari inspirasi. Kubuka satu judul novel dari penulis favorit ku selama tiga tahun ini. Karya-karyanya selalu menjadi best seller. Penulisnya bernama Cakrawala Senja terbitan Pena Langit Publishing.
Lagi-lagi penerbit itu. Aku baru sadar ternyata penerbitnya sama dengan penerbit yang sedang menangani novelku. Kebetulan sekali. Hmm, ada kemungkinan aku bisa bertemu dengan si Cakrawala Senja ini tidak ya?
Cakrawala Senja, kuyakin ini nama pena. Entah kenapa aku suka gaya bahasa penulis ini. Mengingatkanku akan sosok Andre. Dulu aku sering membaca tulisannnya dalam bentuk cerpen yang diikutsertakan dalam berbagai event. Mirip sekali gaya bahasanya dengan si Cakrawala Senja ini. Santai tapi mengena.
Aku dan Andre memiliki kesamaan hobi dan cita-cita. Kami sama-sama menyukai hal-hal yang berbau literasi. Sama-sama suka membaca dan menulis. Kami sering bertukar pikiran tentang ide apa saja yang akan kami tulis. Karena memiliki minat di bidang literasi, kami juga mengambil jurusan kuliah yang sama. Di fakultas sastra itulah kami dipertemukan.
Berawal hanya sebagai teman satu kelas yang sering satu kelompok saat menyelesaikan tugas dari dosen. Lambat laun kami semakin akrab. Di semester tujuh, dia baru berani mengungkapkan perasaannya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Terindah (Tersedia E-book di Google Play Book)
RomanceAlisa, seorang janda cantik yang baru saja diterima menjadi editor sebuah perusahaan penerbitan. Begitu lepas dari kebiadaban sang mantan suami, dirinya dipertemukan kembali dengan mantan kekasih yang pernah dia campakkan, enam tahun silam. Alisa s...