3

523 56 4
                                    

Jihoon lagi sibuk guling-guling di kasur kesayangannya, pacar pertama dan selamanya aku-katanya.

Weekend ini tugas Jihoon gak terlalu banyak, udah selesai dari kemarin malam. Jadi sekarang Jihoon cuma leha-leha aja.

Jihoon dan kasur itu gak akan pernah bisa di pisahin, mau sekeluarga pergi jalan-jalan kalau Jihoon merasa gak ada perlu untuk ikut dia bakal diem 'pacaran' sama kasur seharian penuh.

Dering hp membuat Jihoon menghentikan kegiatan guling-gulingnya.

Dari Wonwoo.

"Halo?"

"Hei Ji! Kamu sibuk ga?"

Jihoon kembali melanjutkan aktivitas guling-gulingnya.

"Sangat sibuk, Wonu."

"Begitu.. Ayo kita jalan-jalan!"

Huh? Apa-apaan, berani sekali mengganggu jadwal mingguan Jihoon?!

"Aku bilang, aku sedang sibuk. Kamu mengerti bahasaku tidak?"

"Aku sangat mengerti, Ji. Dalam bahasamu sibuk di hari Minggu berarti 'pacaran' dengan kasur seharian."

Ya, ya, bagus kalau Wonwoo mengerti hari ini Jihoon sangat sibuk!

"Kamu sudah tahu, kenapa masih mengajak jalan-jalan, sih?"

"Kamu masih ingat penawaranku, Ji?"

Apalagi ini, random sekali Wonwoo hari ini. Apa dia sakit?

"Penawaran apa?"

"Mingyu kenal Soonyoung."

Jihoon merotasikan matanya malas, 'kan Mingyu yang kenal, bukan Wonwoo apalagi Jihoon!

"Lalu apa urusannya denganku? Tidak penting sekali..."

"Kamu yakin ini tidak penting?"ion

Serius, Wonwoo sepertinya sedang sakit!

"Jeon Wonwoo, bicaramu muter-muter."

"Ayo kita jalan-jalan!"

Ah, Jihoon pusing. Mungkin untuk sekarang harus mengalah dulu, Wonwoo menggila.

"Hum, jemput aku." Pasrah aja, deh.

"Tentu, sampai bertemu nanti sore Jihoon!"

Panggilan di putuskan sepihak bahkan sebelum Jihoon sempat membuka mulut untuk membalas Wonwoo.

'Dasar Wonu, seenak jidatnya aja. Untung temen.'

Jihoon ngeliat jam digital di diding kamarnya yang berwarna biru langit dan abu-abu muda, angka menunjukan pukul dua siang.

Karena Wonwoo gak ngasih kejelasan bakal jemput jam berapa jadi Jihoon mau siap-siap aja. Berhubung perutnya udah protes Jihoon mau makan dulu.

Oke, Jihoon harus masak ternyata. Bundanya pergi arisan, rumahnya gak pernah nyewa ART juga.

Sialnya lagi, gaada cup mie instan kesukaan Jihoon. Pasti bundanya nyembunyiin biar dia ga makan banyak-banyak.

Terpaksa Jihoon masak seadanya-semampunya mungkin lebih tepat. Alhasil jadilah nasi goreng ala-ala yang untungnya layak dimakan menurut Jihoon.

Nanti Jihoon harus minta Wonwoo untuk traktir pokoknya!

Tok tok

Jihoon yakin itu Wonwoo, cuma dia yang bakal ngetuk pintu rumah yang tinggi dan besarnya tiga kali lipat Jihoon.

"Aku lebih suka mengetuk pintu rumah kamu Jihoon, biar kamu tahu kalau yang datang itu aku," Kata Wonwoo saat Jihoon protes.

Beruntung Jihoon tahu watak Wonwoo yang suka tiba-tiba jadi dia udah ada persiapan.

Jihoon segera mengambil handphone dan dompetnya, lalu memakai sneakers kuning-birunya.

"Hai, Ji! Sudah siap, kan?" Wonwoo di depan pintu tersenyum seperti orang bodoh.

"Kamu lihat sendiri, Wonu," Nada Jihoon terdengar jengkel.

Namun Wonwoo tidak mengindahkan, langsung ditariknya lengan Jihoon agar segera masuk ke mobil.

"Wonu, pelan-pelan kan bisa?!" Tenaga Wonwoo kuat sekali, Jihoon yakin akan ada tapak kemerahan di lengannya nanti.

"Maaf, Ji, aku terlalu excited !"

Jihoon hanya menggumam pelan sebagai jawaban. Kali ini di maafkan karena sudah lama mereka tidak bertemu.

Sampai di depan mobil dari Jihoon mengkerut bingung,

"Wonu kesini sama Mingyu?"

Wonwoo menghentikan langkah mereka tepat satu meter di depan mobil.

"Iya, aku sama Mingyu," Senyumnya jenaka.

"Terus... Itu mobil siapa?" Jihoon menunjuk ke arah mobil yang terparkir tepat di belakang mobil Mingyu, "Kamu beli mobil baru?"

Wonwoo kemudian tertawa mendengar pertanyaan polos Jihoon.

"Iya Ji, tapi mobilku ada di garasi rumah. Kamu nanti naik mobil itu ya, Ji!"

Wonwoo hendak melangkah tapi di tahan, Jihoon menatap menyelidik.

"Wonu belum bilang itu mobil siapa," Jihoon menggembungkan pipinya, gemas!

"Kamu juga bakal tahu, kok! Dia bukan orang asing."

Jihoon menatap Wonwoo jengah, "Lalu kalau bukan orang asing, apa?"

"Gebetanmu, Ji," Bisik Wonwoo tepat di telinga Jihoon, kemudian masuk ke dalam mobil.

Meninggalkan Jihoon yang bimbang, apa harus dia masuk ke dalam mobil 'gebetan'nya?

Atau Jihoon kembali masuk ke rumahnya dan 'pacaran' sama kasurnya aja?

Cloud9 [disc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang