5

451 55 0
                                    

"Gyu, aku duluan ya," Pamit Soonyoung secara tiba-tiba.

Meninggalkan Jihoon yang kebingungan, Wonwoo yang kelabakan, dan Mingyu yang dengan santai hanya mengangguk mengiyakan.

"Gyu!" Paggil Wonwoo pelan

Si pemilik nama yang lagi nyuapin suapan ketiganya menoleh,

"Kenapa?"

Wonwoo mengode dengan ujung matanya yang mengarah pada Jihoon.

Seakan mengerti dengan kode Wonwoo, Mingyu lagi-lagi cuma ngangguk santai kemudian meletakkan sendok dan garpunya di atas piring.

"Kak Jihoon.."

Bahu Jihoon ditepuk pelan menghasilkan lonjakan kaget dari si empunya.

Mata Jihoon membulat dengan genangan air yang siap turun membuat Mingyu dan Wonwoo panik.

"Eh? Kak jangan nangis, aku jelasin ,deh!" Bujuk Mingyu yang diangguki kuat-kuat oleh Wonwoo.

"Aku gak nangis..." Suara Jihoon parau.

Kedua tangannya sibuk menghapus genangan air mata yang ditahan mati-matian, kesel Jihoon tuh, tadi dipaksa ikut sekarang ditinggal gitu aja.

"..."

Setelah Jihoon kelihatan cukup tenang, Mingyu memberi penjelasan kenapa Soonyoung pergi tiba-tiba,

"Kak Ji, bang Soonyoung harus jemput seseorang, dia gak bilang kalau kesini cuma untuk nganter kak Ji?"

Jihoon menggeleng lemah, kepalanya sudah dipenuhi oleh spekulasi-spekulasi tidak jelas.

Siapa yang katanya seseorang itu? Apa saudaranya? Atau Soonyoung sudah memiliki orang spesial?

Kalau iya, kenapa Wonwoo kelihatan bersikeras untuk mempersatukan Jihoon dan Soonyoung?

"Udah, Ji, nanti Soonyoung balik lagi kok!" Wonwoo akhirnya buka suara.

Lipatan otot di dahi Jihoon bekerja dengan keras,

"Kenapa?"

Sayangnya Jihoon tidak mendapat tanggapan dari Wonwoo ataupun Mingyu sehingga kesan ambigu dan janggal pun menghantui selama Jihoon menghabiskan makanannya.

Bahkan Jihoon lupa untuk menagih Wonwoo traktiran, sebagai ganti katanya Soonyoung sudah membayar.

Ah, Soonyoung.

Sekarang ini sudah hampir larut, tapi mereka bertiga belum beranjak dari kursinya masing-masing.

Meja makan sudah bersih, hanya tersisa gelas-gelas berisi jus buah.

Jihoon merenung, memperhatikan Mingyu dan Wonwoo yang kelihatan sangat bahagia.

Iri.

Deskripsi tepat mengenai perasaan Jihoon saat ini, Jihoon ingin pulang. Sudah sampai merengek tapi Mingyu dan Wonwoo tetap abai.

"Maaf aku lama," Lagi-lagi suara kesukaan Jihoon seenak jidat masuk ke dalam telinga.

Tubuh Jihoon seketika bergetar, ingin marah, nangis, tapi kegirangan disaat yang bersamaan.

Wonwoo benar.

Soonyoung kembali lagi ke tempat mereka-

"Oh?"

Dengan membawa seseorang.

"Halo semua!" Sapa orang itu.

Senyumnya sungguh indah, tampak baik-dan juga cantik.

"Ini Yoon Jeonghan," Soonyoung memperkenalkan malaikat itu tanpa embel-embel.

Jihoon jadi yakin kalau Jeonghan ini orang spesialnya Soonyoung, terlihat dari tangan gebetan Jihoon bertenger indah di pinggang Jeonghan.

"Aku satu tahun lebih tua dari Soonyoung, semoga kita bisa akrab!"

Mingyu dan Wonwoo menyalami Jeonghan, beda dengan Jihoon yang hanya bisa membatu.

Ah, Jihoon kalah telak.

Lihat wataknya yang supel, Jihoon makin minder.

"Nah, karena Soonyoung udah dateng, ayo kita pulang!" Sahut Mingyu.

"Ji, ayo! Sudah jam sepuluh," Ujar Wonwoo.

Biasanya Jihoon akan panik, tapi sekarang kelihatan gaada semangat hidup.

"Ji, kamu di depan ya! Kak Jeonghan apartnya lebih deket dari rumah kamu," Entah Jihoon harus senang atau sedih.

Mau gak mau Jihoon nurut, masih untung ada yang mau nganterin, pikirnya.

Jihoon malu diliatin Jeonghan, tadi udah usaha buat naik ke mobil Soonyoung-akhirnya ya digendong lagi.

Selama perjalanan pun, Jihoon diem aja nyimak Soonyoung dan Jeonghan yang seru ngobrol.

Jihoon ga ngerti, pengen cepet sampe rumah!

Berpuluh menit kemudian, sampai di depan apartemen Jeonghan.

"Dadah Jihoon!" Ucap Jeonghan

Kemudian mengatakan hal yang sama pada Soonyoung.

Bedanya, pakai penutup berupa sebuah kecupan di pipi kiri Soonyoung.

Tangis Jihoon pecah seketika.

Cloud9 [disc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang