Reqret||5. Terbiasa

6 1 1
                                    

Jika suatu saat nanti kau melihatku bahagia tanpamu, itu sandiwara terbaik ku, aku hanya ingin membiasakan diri tanpa kamu.

***

Langit tampak semakin cerah, awan-awan tipis mengabut di langit terlihat menikmati hangatnya cahaya matahari.

Pagi itu, ia tak ingin larut lagi dalam kesedihan meski perasaanya blm kembali sepenuhnya tapi ia berusaha mencobanya. Ia harus membiasakan diri tanpa iksan.

"Aku harus bisa sendiri,"ucapnya dalam hati.

Beberapa menit kemudian angkutan umum datang. berhenti di hadapanya, Syifa naik angkutan kota itu. Ia mencoba menikmati kebiasaan barunya tanpa di antar jemput oleh ikhsan

Memang sangat berlebihan di antar jemput seperti itu, tapi itu keinginan ikhsan sendiri ia takut kenapa-kenapa.lebih tepatnya iksan sangat cemburu,ia takut syifa berpaling darinya.

Syifa sudah di atas angkutan kota menuju kafe.

Ponselnya berdering

Syifa pun mengecek siapa yang memanggilnya,ternyata ada panggilan dari shena.

Syifa mengangkat telfon

"Hallo shena."ucap syifa

"syifa, cepetan ke kafe dari tadi aku nungguin kamu. Keburu bulukan dlu disini." Oceh shena.

"Oke,bentar lagi aku mau nyampe."

***

Syifa melangkah menuju kafe tersebut.

"Hei." Syifa membuat shena sedikit kaget.

"Ahh, dasar kutu kupret ngagetin aja!" sahut shena menatap syifa kesal

"hehe maaf, mau langsung pergi?Atau,mau makan dlu fa?" tanya shena

"nanti aja sarapanya, aku lagi enggak napsu makan."

"Yakin enggak makan dlu? Liat loh badan kamu udah kurus kaya gitu, kaya ikan asin tau ga."

"Udah aku ga laper na,Aku masi kuat ko serius dua rius malahan"

Beberapa hari nafsu makan syifa menurun drastis. Entah mengapa orang patah hati kadang menyiksa diri dengan membiarkan jiwa dan tubuhnya bekerja, berfikir dan mengenang tetapi tidak diberikan asupan nutrisi yang cukup.

"Kita makan dlu,deh.aku enggak mau liat kamu sakit. Lihat tuh wajahmu pucat.lagian aku juga lapar"

Syifa pun menurut,karena ia tak mau berdebat dengan shena nambah panjang lagi urusanya

"Yaudah deh iya."ucap syifa.

Sebenarnya shena tidak begitu lapar. Sebelum syifa datang shena sudah makan tadi. Tetapi, ia tak tega melihat syifa yang mulai pucat. Dan badanya pun kurusan. Kalau tidak dengan berpura-pura lapar,syifa bermungkinan akan keras kepala untuk makan nanti saja. Shena sangat paham betul siapa syifa. Syifa dan shena sudah bersahabat cukup lama.

Kalau sedang patah hati, syifa itu hampir tidak peduli pola makanya. Dulu,saat syifa bertengkar dengan ikhsan, syifa hampir sakit karena sering lalai mengisi perut. Apalagi saat ini, syifa dan iksan sudah tidak bertengkar seperti biasanya.

Shena harap suatu saat nanti syifa menemukan orang baru, Yang akan merubah hidupnya. Yang akan membantu membuat syifa tersenyum dan melupakan iksan.

Karena shena tak ingin syifa larut dalam kesedihanya.menurut shena untuk apa menangis untuk lelaki brengsek itu.

Shena menatap wajah syifa.Wajahnya terlihat kelelahan sekali. Lingkaran matanya panda syifa semakin gelap. Meski syifa memaksakan diri untuk terlihat kuat, tetapi tetap saja ia tak bisa membohongi shena. Mata dan raut wajahnya tak bisa berdusta. Ada beban disana. Beban yang saat berat.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang