Absen dulu yuk, kalian dari daerah mana?
Happy Reading
Hai, namaku Jeni. Aku bukan memmber "Black pink" ya. Namaku emang beneran Jeni Rusmaningrum.Aku berasal dari keluarga biasa saja, pendidikan sekolahku hanya sampai S2, alias SMP hehe. Maklum, orang tua aku hanya bekerja sebagai babu. Ayahku sopir, dan ibuku ART.
Kata ibu, cewek tuh gak harus berpendidikan tinggi. Yang penting bisa rawat suami dan anak. Cewek cuma harus bisa layanin suami di dapur sama di kasur. Aku enggak paham sih sebenarnya, tapi iya-in aja.
Umur aku baru menginjak usia 18 tahun, dua bulan lagi menuju 19, semoga panjang umur.
Sehari-hari aku cuma beresin rumah sama jagain adikku yang bandelnya, na'udzubillah.
Kadang aku capek sendiri. Adikku itu suka ambil barang orang, aku takut dia jadi pencuri nantinya. Kata ibu, dia pernah ambil sempak punya majikannya karena bagus, ada kantongnya. Maklum, kami kan kalo pake sempak yang 15 ribu, 3 biji.
Kayak sekarang nih, kita lagi di pasar buat beli sayuran bareng adikku, semua tukang jajanan dia berhetiin. Dari mulai tukang kue pancong, cimol, tahu gejrot, dan masih banyak lagi. Mau gak mau aku beli semuanya. Huh, ingin rasanya aku buang adikku yang gendut kayak tower.
"MBAK, ADEK MAU BELI SEMPAK DORAYAKI!"
Aku mikir, emang ada kartun dorayaki? Setahuku nih yang ada tuh doraemon.
"Doraemon maksudmu Din?" tanyaku pada Udin.
Dia mengangguk sambil makan cimol, semua makanan dia kekepin di ketek. Ampun Gusti, gimana aku gak kurus kalo makanan aku selalu dia ambil.
"Tapi habis ini kita pulang ya?" ucapku membuat Udin mengangguk.
Aku berjalan menghampiri tukang daleman.
"Bang jualan sempak ya?" aku langsung mukul mulutku, udah tau tukang sempak, malah nanya.
"Bukan neng, saya tukang sari roti," ucap om-om berjas.
Aku langsung tatap dia sambil memutar bola mata malas. Dasar om-om idung belang, liat yang bening dikit digodain. Tapi emang aku ini bening, ya?
"Maap ya Om, saya gak nanya situ," ucap aku sambil pilihin sempak buat Udin.
Dia ketawa, subhanallah, ganteng banget. Mana ganteng dan gagah lagi. Astagfirullah Jeni! Sadar.
Aku langsung pilih tiga sempak. Warna biru tua, kuning, sama merah.
"Tiga berapa bang?" tanya aku sambil megang tangan Udin, takut lari ke tukang ketoprak. Uang aku tinggal dua puluh rebu, hiks dasar adik aku boros.
"Tiga puluh," ucap Abangnya.
"Lima belas aja lah bang," tawarku membuat abangnya ketawa.
"Udah murah itu." Aku masih kesal karena yang menjawab kali ini Om-om itu tadi, menyebalkan sangat menyebalkan. Tapi karena ketolong sama muka, ya, bisa dibicarakan baik-baik lah, ya.
"Udin, beli satu aja ya?"
"Gak mau! Maunya lima, biar rupa-rupa warnanya," ucap udin sambil ngangkat lima sempak.
"Jangan pake yang hijau, nanti meledak," ucap om-om tadi, lagi. Kayaknya kalau misalnya dia masuk grup keluarga lebih banyak nimbrung deh.
Dasar om-om ganjen, aku yakin deh dia tuh sebenernya tukang ojek cuma pake jas aja biar disangka bos.
"Diem deh om. Ngomong aja, beliin kagak," ucapku sinis.
Dia berjalan menghampiri aku dan Udin. Dia langsung kasih aku uang. Enak aja emangnya aku cewek apaan, di kasih uang tapi aku sedikit tergiur, ingat loh, ya cuma sedikit gak banyak.
"Maap ya om, saya bukan wanita bayaran," ucapku sambil menjauhinya.
"Ambil warna yang kamu mau. Kalo perlu beli semuanya biar mabok daleman," ucapnya sambil mengusap rambut Udin.
"Beneran?" aku yakin ini rezeki. Gak boleh ditolak.
Dia mengangguk mantap.
"Makasih om Sultan!" ucap aku senang sambil mengambil beberapa daleman.
"Kok kamu tau nama saya Sultan?"
"Eh?" aku kaget saat dia bilang gitu.
"Kenalin saya Sultan, calon ayah dari anak-anak kamu."
Aku langsung menarik tangan Udin.
"Bang saya gak jadi beli!" ucapku sambil berlari.
"Dasar sinting."
.
.
.Asik kembali lagi dengan cerita humor.
Semoga suka ya..
Spam next (Sultan)TBC
Cerita ini aku rombak ulang ya guys, awalan mungkin sama jadi jangan lupa vote dan komentarnya ya ayangieee.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🤸
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Sultan!
Teen Fiction17+ (Bukan kawasan bocil) Namanya Sultan Pramungga. Panggil aja Sultan. Duda beranak satu ini, sangat sulit mendapatkan istri lagi setelah kepergian wanita yang dicintainya. umurnya sudah 28 tahun, tapi masih nyaman menduda. Namun, sekarang hari-h...