Nyai Kidul ❗

12.1K 2.3K 1.1K
                                    

Panas dingin yang Jeni rasakan saat kakinya menginjak lantai rumah yang tak kalah besarnya dengan milik Sultan, ingin  rasanya Jeni pulang saja, lantaran enggan bertemu dengan orang tua Sultan, apalagi bertemu ibunya yang suka nyiyir tanpa memikir...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panas dingin yang Jeni rasakan saat kakinya menginjak lantai rumah yang tak kalah besarnya dengan milik Sultan, ingin  rasanya Jeni pulang saja, lantaran enggan bertemu dengan orang tua Sultan, apalagi bertemu ibunya yang suka nyiyir tanpa memikirkan perasaan orang lain.

"Pulang aja yuk," ucap Jeni tiba-tiba nyalinya ciut.

"Kenapa? Nanggung."

"Saya mules, Dad."

"Di dalem ada WC, kamu bisa busiat di sana." Sultan sepertinya tak paham dengan Jeni yang sudah melas karena takut banget ketemu sama mamanya.

"Jeni gak bisa, soalnya nih WC nya duduk, tai nya suka gak keluar kalo WC nya duduk."

"Pake pasir aja kayak kucing saya."

Jeni benar-benar kesal sekarang, berdebat dengan Sultan mah gak bakalan menang sekalinya kalah gak terima.

"K—kok rame?" tanya Jeni gugup saat melihat banyak sekali kendaraan yang terparkir di halaman rumah orang tua Sultan.

"Hm ... palingan juga lagi arisan," ucap Sultan santai sambil menggendong Aura.

Jeni hanya mengangguk, jantungnya semakin berdebar saat melihat Sultan mulai membuka pintu rumah orang tuanya. Jeni berpikir walaupun malas, mengapa mereka tak tinggal satu rumah saja? Padahal menurut Jeni rumah Sultan mampu menampung satu kampung.

Jeni menggandeng tangan Aura yang terlihat antusias sekali saat datang ke rumah neneknya, berbeda lagi dengan Jeni yang malas sekaligus takut melihat ibu Sultan yang biasa Jeni panggil 'Nyai kidul.'

"Jeni cepetan jalannya," ucap Sultan melihat Jeni yang diam saja bukannya menghampiri pintu masuk.

Jeni menghampirinya menahan nafas saat melihat rumah ini begitu banyak orang yang sedang berbicara. Biasa, ada yang pamer ini itu padahal umur sudah mau mendekati ajal. Bahkan ada wanita yang sudah bisa di katakan "TUA BANGET" tengah memamerkan perhiasan yang banyak.

"Assalamualaikum, Mom."

Sultan memberikan salam membuat seluruh yang ada di ruangan itu menatapnya, dan tentu menatap Jeni juga.

"Ya ampun sayang kok gak bilang mau ke sini," ibunya menghampiri Sultan dan memeluk tubuh putra semata wayangnya itu.

Jeni tersenyum menatap wanita glamor itu, bukannya di balas senyuman juga, ia malah menatap Jeni sinis.

"Ngapain sih bawa si gembel ini? Mending kamu bawa Lisa." Menusuk sekali ucapan si tua meresahkan ini.

"Gembel-gembel gini anaknya juga doyan." Batin Jeni berkata demikian.

Padahal, Jeni sudah dandan sebaik mungkin, dandanan yang berbeda 180° dari biasanya, masih dibilang gembel? Sepertinya wanita tua ini memerlukan siraman Rohani.

Om Sultan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang