Jih kok Ngamok ❗

12.7K 2.3K 2.4K
                                    

Apakah ada yang merindukan work ini, pasti ada dong wkwk.

Happy reading

Setelah pertemuan dengan kedua orang tua Sultan kemarin membuat Jeni tak enak hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pertemuan dengan kedua orang tua Sultan kemarin membuat Jeni tak enak hati. Pasalnya Sultan sampai membantah ucapan ibunya, sedangkan Ayahnya mendukung keputusan Sultan.

Saat ini Sultan tengah berbicara dengan dua orang berusia sekitar 50 tahun, suami dan istri. Hari ini Jeni tak lagi menjadi pembantu rumah tangga, tapi sekarang dirinya sudah resmi menjadi calon ibu rumah tangga. Sulit dibayangkan, tapi ini sepertinya sebuah takdir baik bagi Jeni. Bagaimana tidak? Jeni akan segera menikah dengan Duda kaya. slebew.

"Rumahnya terlalu besar, besok saya akan datangkan 10 pembantu lagi."

"Dih kemarin aku yang urus rumah ini, seorang diri. Sekarang malah mau nyewa lebih dari 5 pembantu. Ck, nyebelin." Jeni mengomel dalam hati, sebenarnya apa tujuan Sultan menyewa satu pembantu saja kala itu?

Tanpa Jeni ketahui, dahulu ibunya tak bekerja seorang diri melainkan banyak pembantu yang Sultan sengaja liburkan untuk mengetahui lebih dalam tentang Jeni.

Flashback.

"Tuan kayaknya saya akan mengundurkan diri dan akan diganti dengan anak perempuan saya."

Sultan menoleh menatap wanita paruh baya di depannya yang sudah berkeringat dingin.

"Kenapa mau berhenti?" tanya Sultan sambil menusuk satu potongan apel di meja.

"Saya udah tua, Tuan. Udah kurang tenaga buat kerja." Jawab Bu Rumsi dengan gugup.

"Oh, anaknya suka bersih-bersih? Umur berapa?"

"Masih 18 tahun, tapi dia udah berhenti sekolah." Sultan terkejut dengan jawaban itu.

"Kenapa harus berhenti? Masih muda kasian kalo pendidikannya rendah, apalagi perempuan. Pikiran kalo perempuan itu cuma bisa di dapur sama di kasur itu salah, gak ada perbedaan perempuan sama laki-laki, Bu." Sultan menjelaskan dengan nada yang sedikit jengkel.

"Saya udah bujuk dia buat sekolah, tapi selalu nolak, Tuan. Alasannya, 'lebih baik Udin yang sekolah nanti sampe sarjana, Jeni gapapa gak sekolah juga.' gitu katanya Tuan." Rumsi menjawab lagi.

Sultan menghela nafasnya lalu memijit pelipisnya yang sedikit pening.

"Oke, ibu boleh digantikan sama anaknya. Tapi bakal saya uji kemampuannya buat bersihin rumah ini sendiri untuk beberapa waktu, gimana?" Sultan menatap wajah wanita di depannya, "Untuk gaji tentu saya naikkan."

Rumsi berbinar mendengar ucapan Sultan, "Boleh Tuan. Besok dia akan datang."

Sultan hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Rumsi segera berbalik ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaan terakhirnya.

"Tunggu."

Rumsi menghentikan langkahnya saat Sultan menyuruhnya untuk berhenti, ia berbalik dan tersenyum menatap lelaki manis dengan pakaian santainya.

Om Sultan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang