selasa

1.2K 197 27
                                    
















Pagi ini Jaemin berjalan dengan santai dengan hati sehangat mentari yang menyinari bumi. Jam menunjukan pukul setengah delapan dan kelasnya akan di mulai dua jam lagi, sambil menunggu waktu berjalan Jaemin memilih untuk mengunjungi cafe di dekat kampusnya dan membeli segelas americano dingin.

Setelah mendapatkan pesanannya Jaemin mencari tempat duduk yang dirasanya nyaman baginya. Lalu, ia membuka laptopnya yang berisikan laporannya tentang film The Bang Bang Club yang beberapa hari lalu ia tonton.

Ketika Jaemin tengah kembali meneliti laporannya, tiba-tiba layar laptopnya di dorong hingga hampir tertutup utuh begitu saja. Jaemin hampir saja melempar gelas kopinya, jika ia tak langsung melihat siapa dalangnya.

"Hhh, apa Jeno?"



Sang pelaku yang bernama Jeno itu pun memberikan eyes smile khas nya yang menawan kepada Jaemin. Namun sayangnya hanya di balas senyuman tak ikhlas.



"Jadi... gimana?" Tanya Jeno sambil mengambil tempat duduk di hadapan Jaemin tanpa di minta.

"Apa yang gimana? Lo emang ga punya kelas? Anak arsi kan biasanya sibuk."

"Ngaca lo. Lo juga biasanya di studio mulu!"

"Yaudah, ada apa Lee Jeno sayang, my honey buddy sweety?"

"Sumpah ga boong, gue merinding dengernya." Jeno mengangkat kedua bahunya sambil mengelus-ngelusnya dengan kedua tangannya.

"Anyways, gimana sama Renjun yang pernah lo ceritain?"

Jaemin meminum kopi nya dengan di buat se elegan mungkin. Seakan-akan dirinya tengah menjadi mak comblang kelas atas dalam masalah percintaan sahabat dan temannya ini. Lalu kakinya ia silangkan bersamaan dengan kedua tangannya yang dibuat bersedekap di depan dada.

Jaemin memasang wajah serius dan berpura-pura tengah mengangkat kacamata invisibile nya yang meluncur ke bawah hidungnya.

"Hmm... Huang Renjun ya..." Jaemin mengelus-elus dagu nya yang sehalus sutra.

Jeno sedari tadi hanya memperhatikan pergerakan absurd Jaemin dengan wajah blank dan mulut yang terbuka. Matanya juga terus mengikuti setiap pergerakan tubuh temannya itu.

"Yaa??" Jeno penasaran.

Jaemin menarik nafas perlahan dan menghebuskannya dramatis. Ia juga menundukkan kepalanya dan mengeleng-gelengkannya dengan perlahan.

Melihat Jaemin yang menunjukan ekspresi seperti itu, pupus sudah harapan Jeno untuk berjumpa dengan sahabat manis Jaemin yang menurut cerita Jaemin, Renjun itu memiliki postur tubuh mungil dan menggemaskan, juga memiliki perangai yang sangat menarik.

Jeno sudah memasang wajah sedihnya dan ketika dirinya hendak menempelkan dahinya di meja, Jaemin segera berdehem kencang dan mengetuk-ngetuk permukaan meja, berusaha membuat perhatian Jeno kembali kepadanya.

"Renjun bilang iya."

Jeno mengedipkan kedua matanya berkali-kali.




"Huh?"




Jaemin yang paham bahwa kini otak cerdas Jeno tengah rusak, dengan baik hatinya Jaemin mengulangi kalimatnya barusan aambil memasang senyuman menggelikan.


"Renjun bilang iya?!"



"Ya! Gue ngasih tau dua kali masih belum cukup!? Ahh... bodoh..."

penghuni sebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang