Chapter 17

349 53 5
                                    

Merasa tubuhnya sedikit lebih baik, Kyungsoo mencoba mengitari ruangan ini. Langkahnya perlahan menuju sebuah jendela satu-satunya di ruangan itu.

Matanya bisa melihat keadaan sekitar yg sepi. Entah ada dimana ia sekarang. Yang berhasil indra penglihatan tangkap adalah pemandangan seperti hutan kecil.

Perutnya kembali meraung, jika dipikir entah sudah berapa jam perutnya tak diisi makanan ataupun air. Kakinya ia paksa kembali untuk berjalan menuju sebuah lemari yang Tao tunjuk tadi. Dengan sedikit usaha lemari itu terbuka. Hanya ada beberapa cup ramen. Namun tak apa setidaknya itu bisa mengganjal perutnya yang terus meronta meminta asupan. Dengan perlahan ia menyiapkan makanan. Menunggu hingga siap untuk dimakan, ia meraih segelas air dan meminumnya dengan rakus. Jujur saja tenggorokannya sudah kering.

Sekitar 3 menit berlalu dan ia perlahan menghampiri ramen miliknya. Asap mengepul ketika ia membuka tutupnya. Perlahan ia menyuapkan satu suapan penuh kedalam mulutnya. Walau panas tapi ini terasa nikmat.

Masih dengan euphoria ramen di tangannya samar-samar telinganya mendengar suara gemerisik di luar. Sikap waspada kembali ia tunjukkan. Menaruh ramen di meja, Kyungsoo berjalan menuju jendela. Ia mengintip sekilas. Sebuah bayangan bisa ia lihat di dekat semak-semak.

"Sial!" Umpatnya.

Kyungsoo mencari sesuatu untuk menjadi alat.

"Ish, paman itu! Masa tidak ada alat satu pun!" Rutuk Kyungsoo.

Matanya melihat ke sudut ruangan. Hanya ada beberapa tumpukan balok kayu untuk tungku. Memilih beberapa dan akhirnya ia menemukan tongkat yang pas. "Baiklah ini tidak terlalu buruk".

Kyungsoo bersiaga di samping pintu. Bisa dengan jelas ia dengar seseorang sedang mengotak atik kunci pintu ini. Pegangan pada balok kayu semakin ia eratkan. Hingga bunyi

Klik

Dan pintu terbuka. Seorang pria masuk ke dalam ruangan. Kyungsoo masih bersembunyi di balik pintu yang terbuka.

"Kemana bocah itu!" Gerutu orang tersebut.

Sialnya ketika Kyungsoo akan mengayunkan tongkat bayangan tubuhnya terlihat di lantai berkat cahaya bulan.

Pria itu berbalik dan menghalau pukulan Kyungsoo.

"Ah, sial!" Umpat Kyungsoo.

"Kau mencariku paman?'' Kyungsoo meregangkan tubuhnya. Ia merutuki seseorang di depannya. Baru saja beberapa suap ramen ia telan masa tenaganya harus terkuras kembali.

"Bocah sialan!" Pria itu melayangkan sebuah pukulan ke wajah Kyungsoo. Namun. Pergerakan pria itu berhasil ia baca sehingga Kyungsoo berhasil menghindar.

"Ow ow, ternyata paman ini tipikal tidak sabaran ya?" Kyungsoo menyeringai.

"Tak perlu banyak bicara bocah, hari ini kau akan mati di tanganku!"

"Kau pikir kau tuhan atau malaikat maut!" Terkadang mulut Kyungsoo ini tidak tau situasi.

"Jangan banyak bicara kau bocah!" Pria itu melayangkan tendangan tapi Kyungsoo berhasil menghindar. Berbalik Kyungsoo melayangkan sebuah pukulan dan telak mengenai wajah pria itu.

"Boleh juga pukulanmu!"

"Terima kasih atas pujiannya" Kyungsoo menunduk.

Melihat keuntungan pada situasi ini, pria itu melayangkan tendangan pada tubuh Kyungsoo. Namun. Dengan cepat Kyungsoo maju memegang tubuh pria itu dan membantingnya ke atas meja. Hingga meja itu hancur.

"Beraninya main belakang" ejek Kyungsoo.

Pria itu meringis di lantai "Bocah keparat!". Pria itu kembali bangkit.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang