Makna Lain Musim Rambutan

7 1 2
                                    


Adel membaringkan Naya di brangkar UKS. Setelahnya Adel duduk di sisi brankar..

"Nay, Nay... Lu gak papakan?" Ucapnya.

"Awhhh... Eh bego sakit." Naya semakin meringis kesakitan dan menatap tajam Adel yang dengan entengnya menekan luka dijidatnya tersebut.

"Hehe ya maaf ogeb."

"Malah cengengesan. Cari apa kek Jah betadin kek, apa kek?"

" Gue lupa. Nanti yeh gue cariin." Adel bangkit untuk mencari kotak P3K di almari bening pinggir brankar. Tapi nihil yang ada cuman kotaknya aja, isinya hilang, raib.

"Wah habis nih. Tunggu yeh Nay gue ke kantor dulu."

"Hm"

Sepeninggal Adel. Naya menutup matanya sejenak untuk menghilangkan rasa keleyengan yang masih terasa dan memijat pangkal hidungnya pelan.

Cklek
Suara knop pintu dibuka.

"Dah balik, cepet obatin Jah, gue pusing nih." Tuturnya dengan masih menutup mata. Naya mengkerutkan dahinya, seingatnya wangi sang sahabat bukan seperti ini. Yang ini beda, tercium seperti khas parfume lelaki.

"Kapan lo ganti minyak, Jah?"

Tiupan kecil mangkir di dahinya. Sejenak mengantarkan rasa sejuk menenangkan. Sebelum kapas dengan  sebuah cairan yang mengantarkan rasa perih pada dahinya yang terluka membuat Naya menjerit dan membuat matanya membelalak.
Di tambah spot jantung saat melihat apa yang didepannya. Naya pikir yang mengobatinya Adel tapi ternyata seorang lelaki berkemeja putih yang lengannya digulung di tambah...

Kalau ada Ijah, dah gue geplak-geplak palanya. Eh bet, guanteng banget nih makhluk. Batinnya.

"Ini kenapa jidatnya, Dek?" Suara Bass lembut mengalun kedalam rungunya.

Tak mendapat jawaban, sang lelaki hanya tersenyum melihat tingkah gadis SMA yang terbaring dengan dahi memar di depannya. Lelaki tersebut melanjutkan memngobati luka gadis tersebut setelahnya menempelkan kapas yang sudah di beri betadin yang di tempelkan dengan plester. Ajaibnya saat proses mengobati gadis tersebut tak kembali menjerit, hanya desisan halus yang keluar.

"Eh Nay, nih gue dah bawa obà..." perkataannya terhenti saat matanya melihat pria tampan didekat sang sahabat. Adel dengan wajah cengo refleks melangkah menghampiri lelaki tersebut, menarik-narik kecil ujung kemeja pria tersebut.

Sang pria berbalik arah melihat seorang gadis yang menarik ujung kemejanya. Lelaki tersebut melirik Adel dengan senyuman.

"Siapa?" Tanya Adel.

"Perkenalan saya Tritana Sardan Wijaya. Saya disini ditugaskan melakukan suntik masal. Saya tadinya hanya ingin menyimpan perlengkapan saya disini tapi saya malah menemukan teman kamu sedang terbaring dengan luka didahinya jadi saya mengobatinya... Kalau begitu saya permisi." Ucapnya sebelum berlalu pergi meninggalkan ruang UKS dan kedua gadis tersebut.

Tatapan kedua gadis tersebut masih mengarah pada pintu tertutup yang dilalui Sardan barusan dengan cengo.

"Ganteng gak sih."

"Banget, Jah"

                      

____________

Adel melantunkan syukur berkali-kali  sedangkan Naya dapat bernafas dengan tenang, pasalnya Bu Devi hari ini tidak masuk karena sakit. Adel dan Naya bukannya jahat mengetahui sang guru sakit tapi bener deh, rasain sendiri gimana rasanya diajar Permpuan paruh baya tersebut, walaupun terlihat lemah lembut tapi ada hawa yang membuat Adel dan Naya merasa segan dan tak nyaman jika seruangan dengan guru tersebut. Alhasil sekarang ini Kelas XII IPS 2 hanya ditugaskan menulis pelajaran bahasa Nasional tersebut, walupun banyak tapi tak apalah.

My Heart and SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang