Nginep

5 2 0
                                    




Satu buah tong sampah berukuran sedang penuh dengan cangkang rambutan, berbeda dengan baskom besar yang dipeluk Naya yang isinya kian waktu kian berkurang. Mulut Naya seperti mesin, tak berhenti mengunyah buah manis tersebut.

"Jorok akh lo Nay... Mulut lo belepotan basah gitu... Buang dulu napa tuh sampah, guling-guling tuh cangkang ngotorin ubin." Omelan Adel yang sedang bermain game di ranjangnya memgintrupsi Naya dari keasikan memakan buah rambutan.

"Oh ya Jah. Kok gue gak pernah tau lo punya abang selain abang Rio? Breeuuu~" tanyanya di akhiri sebuah sendawa kencang.

"Jorok amat lu ih... Gue gak pernah cerita atau emang lu yang gak pernah dengerin! Kan gue pernah cerita kalau gue punya abang yang kuliah di luar negri"

"Ouh iya iya iya iya"

"Kek tukang kopi  ojek pengkolan lu." Sarkas Adel."Bersihin sono akh sampahnya!"

"Iye iye juragan rambutan
"

-

Naya berjalan menuju pintu utama dengan tangan yang membawa tong sampah penuh. Sedari keluar kamar, kepalanya tak henti-henti menengok kesana kemari yang ia dapati hanya Mbok Sarmi yang membawa sebuah keranjang penuh cucian melewatinya dan melayangkan senyum sopan pada Naya.

"Mau kemana Non?"

"Ini mbok, buang sampah kedepan"

"Kalau begitu mbok permisi, non"

"Iya Mbok, silahkan."

Cklek

Naya melangkah keluar sembari menyenandungkan sebuah lagu yang tak jelas apa judulnya.

Trek

Trek

Treng

Suara aduan besi mengalihkan fokusnya. Menengok keasal suara
Di sana! Di ujung kiri tempat garasi. Dito dengan baju tanpa lengan sedang mengobrak-abrik mesin mobil Yang seingat Naya, itu mobil yang di berikan oleh orang tua Adel pada gadis tersebut sekitar beberapa bulan yang lalu, yang tidak pernah di pakai karena setiap hari mau kemana-mana pun Adel, gadis itu selalu berjalan kaki atau menumpangi ojek dan sebagainya. Bukan karena belum mahir menyetir tapi katanya sih.

" gak mau, nanti kalau mobilnya mogok terus gue gak bisa benerin trus mogoknya pas bener di tempat sepi trus bla bla bla...."

"Bang Dito ganteng sih, tapi ..." meletakan jari telunjuk dibawah dagu dengan mata yang tak henti melayangkan sorot menilai. Mata Naya terus menyusuri dari ujung rambut sampai ujung kaki pria tersebut. "Judes!" Dengusnya dan melangkah keluar gerbang.

                       

-------------------

Suara Gemeletuk gigi terdengar dari mulut dengan bibir keunguan milik Naya. Terduduk di ujung sudut kolam berenang dengan menekuk kedua kaki serta tangan yang memeluk tubuhnya dengan keadaan basah kuyup. Rambut dan pakaian piyama hitam polos yang sama basahnya. Sedang di dalam kolam renang dihadapannya, Adel berenang bulak-balik dari ujung ke ujung.

Demi popok ponakan Naya yang penuh dengan bau yang Naudzubilah! Ingin rasanya Naya menemplokan popok tersebut di wajah sang sahabat dengan gaya dramatis seperti sinetron-sinetron india yang selalu banyak dengan Zoom-in berkali-kali. Gile aje, pagi buta, subuh-subuh Adel mengganggu tidur babak keduanya setelah shalat subuh.  Dengan enggan dan mata tertutup karena ngantuk. Tangannya ditarik-tarik. Naya hampir saja terjungkal di undakan tangga tadi. Saat itu Naya baru saja akan melayangkan protes pada Adel jika saja sahabatnya itu tidak berhenti mendadak dan tubuhnya yang di dorong tercebur ke kolam, membuat rasa ngantuknya hilang dengan mata membeliak dan rasa dingin yang menyusup ke tulang, membuatnya bak kesetanan seperi ikan lele megap-megap berenang ketepian.

Dengan aura kelam dan mata menajam. Rasa dendam kini terselubung dihatinya. Keinginan primitif dengan cara menyiksa bak psikopat, rasanya ingin Naya wujudkan pada mahluk yang sedang memperagakan gaya ikan lumba-lumba itu.

"G-gi-gile lu, Jah! M-mau b-b-ikin gu-gue Anemia lu!" Dengan susah payah Naya mengeluarkan suaranya dengan tangan gemetar mengusap wajah yang masih bercucur basah. Keadaannya tak jauh beda seperti Kucing nyemplung comberan.

Kecipak

Kecipuk

Kecipak

Kecipuk

Dengan posisi telentang mengambang , Adel menggerakan kedua kakinya menimbulkan cipratan air kemana-mana..

"Asik tau ,Nay! SUWEGEEEEERRRRR TENAN!" Pekiknya semangat."Bukan Anemia deh Nay, tapi Hipotermia! Kalu Anemia itu kurang darah. Kan kemaren Dokter Sardan udah ngasih tau pas pembagian obat penambah darah di sekolah" Jelas Adel.

"SEMANGAT PALA LO PEANG!.... Bodo amat mau Hipotermia, Anemia, Amnesia, atau apalah." Sentaknya. "Gue kedinginan, Ijah Samarijah Lumijah!" Sarkasnya.

"Lu sih baru aja nyebur dah naik lagi, ya pasti dinginlah... Lama-kelamaan anget tau Nay, Apalagi di tambah kalau pipis dalem kolam,. BERRRRR bergidik-gidik nikmat! Coba deh."

Boleh gak sih, Naya sekarang membondong sepeker mushola di kampunya ke sini dan berteriak di dekat telinga adel.

"JIJIK JIJAY SUMPAH, JIJIK KAMPRET!" Pekik Naya. " Bahasa lo, Jah, Banyak Ambigunya!" Gelak tawa geli melluncur dari mulut Adel melihat kemarahan Naya.

"Bodo amat, Kolam gue ini." Adel menggendikan bahunya acuh dengan kekehan kecil.

"Shongong!" Dengus Naya.

Mengingatkan Naya jika dirinya tidak memiliki kolam renag pribadi seperti Adel. Tapi setidaknya Dulu waktu kanak-kanak Esde, Naya termasuk hobi berenang walaupun di sungai tak jauh dari rumahnya berada. Mau pipis kek berak kek, ya gak masalah, namanya juga di sungai semua benda akan kebawa hanyut. Tapi kalau kolam renang. Sekali lo kelepasan pipis atau berak, material-materialnya  bakal ngambang deket lo, mengotori langsung seluruh kolam, bahkan mungkin nyamperin lo. JIJAY SAYANG! JIJAY!.

"Del..." Sebuah suara maskulin menginstrupsi pertengkaran kedua gadis tersebut.

"Eh bang, baru pulang dari masjid?"

"Hm..." angguk Dito
Naya melongo. Mata Naya menyusur dari ujung ke ujung. Peci hitam, Baju Koko putih dan sarung hitam.

Glup

Ludahnya sedikit lagi pasti ngeces.

Sekilas pria tersebut melirik padanya sebwlum berbalik dan berlalu pergi tanpa sepatah katapun. Mata Naya terus menyorot pada punggung tegap itu.

Byur

Cipratan air mengenai tubuh dan wajah Naya tanpa elakkan dan kemarahan. Fokusnya masih belum terkumpul dengan benar.

"Jangan bengong woy!" Sentak Adel untuk memancing kesadaran Naya.

"Jah..."

"Ape?"

"Itu Bang Dito?"

"Ya iyalah Bang Dito, masa ia bukan"

"Pernah liat imam?" Dahi Adel mengkerut. Kenapa sahabatnya Absurd kek gini. Pertanyaan Naya tidak nyambung dengan pertanyaan sebelumnya.

"Gaje banget sih Nay!"

"Hiss jawab aja. Pernah apa kagak?"

"Iya iya... Sering, hampir tiap hari gue papasan sama si Imam seangkatan kita Kelas XII MIPA 1 di deket perpus  trus Pak Imam guru Matematika kita yang ngajar tiap hari Senen ama rabu. Gue heran, kenapa pelajaran itung-itungan di seling cuman sehari. Belum juga tu otak dingin udah harus belajar ngitung lagi. Kan stress"

"Bukan imam itu ogeb!" Sentak Naya geram.

'Trus apa dong Nayaaaaa?" Tanyanya ikutan emosi.

"Magsud gue... Calon imam rumah tangga!"

                   

To be continue

Duh dududu du duh.... Adem yah kalau tiap pagi bisa liat yang seger-seger.

😂

Makasih udah bersedia membaca dan memberikan votenya

Senin 29 juni 2020

My Heart and SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang