Part 19

1.4K 88 7
                                    

"Maaf Zahra janin kamu tidak bisa diselamatkan terlebih sebelum nya kandungan kamu sangat lemah, benturan yang kamu alami cukup keras sehingga mengakibatkan keguguran"

Zahra diam mendengar penuturan dokter sebelum dirinya menjalankan kuretase.

"Nduk" Panggil bik asih yang memecahkan lamunan Zahra

"Mas Agam kemana bik" Tanya Zahra

"Maaf nduk, tadi pagi tuan izin keluar kota untuk berbulan madu dengan non Intan"
Zahra hanya menatap bik asih dengan tatapan kosong dan hanya air mata yang menjadi saksi betapa sakitnya hati Zahra saat ini.

"Yang sabar ya nduk"

=====================

Zahra lebih banyak diam setelah ia kehilangan anaknya, kegiatan Zahra hanya melamun dan menangis bahkan ia meninggalkan kuliah nya selama sebulan.

Zahra menggenggam foto USG anaknya, Zahra tak mampu mengeluarkan suara hanya air mata yang selalu mendampinginya selama ini. Ia selalu menyalahkan dirinya menjadi penyebab atas kehilangan anaknya, kalau saja ia bisa berpikir tenang dan dapat melawan Siska mungkin ia masih bisa bersama anaknya sekarang.

Zahra istri yang baik namun kehadiran dirinya hanya disia-siakan oleh suaminya sendiri. Berhari-hari Zahra hanya melamun di dalam kamar nya. Zahra melihat foto USG hatinya sangat nyeri mengingat kepergian anaknya.

==================

Agam berlari terburu-buru memasuki rumah ia mendapat kabar jika istri pertamanya keguguran. Agam melangkah masuk kedalam kamar Zahra, Agam dapat melihat tubuh Zahra semakin kurus terlihat dari cekung pipinya.

"Zahra" Sapa Agam

"Kenapa kamu gak pernah cerita ke mas" Mata Agam mulai berkaca-kaca melihat Zahra hanya melamun sambil memandangi foto USG anaknya.

"Maafin mas yang selalu memberi kamu luka"

Tangis Agam pecah saat ucapan nya tak dijawab oleh Zahra, namun Zahra masih terdiam dalam lamunan

"Kenapa harus aku, kenapa aku? " Ucap Zahra yang mulai bersuara

"Apa salah aku? Kebahagiaan yang aku harapkan sekarang terasa semu"

"Takdir mempermainkan Zahra" Ucap Zahra diakhiri dengan isak tangis

"Udah lah mas gak usah sedih gitu kan aku juga lagi mengandung anak kamu"

"Aku mohon kalian pergi dari disini! "
Agam mengangguk, ia mengerti Zahra masih membutuhkan waktu sendiri.

Setelah kepergian Agam dan Intan, Zahra menangis ia tak kuat dengan ini semua.

===================

Danish dan Wulan datang untuk memeriksa keadaan Zahra, mereka memasuki kamar Zahra, Mata Wulan memanas melihat keadaan Zahra semakin kacau, ia tak menyangka sahabat nya memiliki masalah yang besar, bahkan ia kecewa mengapa Zahra tak membagi masalah ini padanya.

"Zahra" Sapa Wulan dengan suara yang bergetar.

Zahra tak menyahut sapaan Wulan pandangan nya kosong menatap foto USG anaknya.  Danish dan Wulan tak sanggup melihat ini semua, bahkan Danish tak sanggup jika harus berada di posisi Zahra.  Danish masih ingat dengan jelas mahasiswa yang selalu ceria dengan senyumannya namun sekarang ia tidur meringkuk dengan pandangan kosong.

Danish keluar kamar ia tak sanggup melihat Zahra terlalu lama dalam keadaan seperti itu.

"Bik saya sarankan Zahra di bawa ke psikiater, batin Zahra tertekan. Bukan tubuh Zahra yang sakit tapi batinnya yang terluka dan tertekan" Jelas Danish pada bik asih

"Kebetulan ayah saya seorang psikiater, InsyaAllah besok saya ajak kesini untuk melihat keadaan Zahra"

"Terimakasih den, sejak kehilangan anaknya mba Zahra selalu melamun dan menangis, bahkan makan pun tidak mau" Jawab bik asih.

"Kalau boleh tau suaminya Zahra kemana bik? " Tanya Danish, ia penasaran mengapa ia tak melihat suami Zahra.

"Tuan sedang keluar bersama non Intan, tadi pamitnya ingin ke dokter kandungan karna non Intan sedang hamil"

"Yasudah kalau begitu saya telpon ayah dulu bik"

"Monggo den"

===================

"Zahra kenapa kamu jadi begini? " Tanya Wulan yang kemudian mendekat memeluk Zahra yang terlihat sangat rapuh .

"Kamu gak boleh seperti ini Zahra, kamu harus kuat"  Wulan mengusap air matanya, ia tak sanggup melihat Zahra begitu rapuh saat ini, ia tak menyangka jika beban yang dipikul Zahra sangat berat, ternyata senyumannya yang dulu hanyalah sebagai topeng menutupi masalahnya.

"Aku ibu yang jahat, aku gak pantas jadi ibu, mengapa hidupku seperti ini, apa salah aku, aku… "

"Kamu gak salah Zahra" Sela Wulan

"Kamu ga salah, kamu salah kalau kamu gak berjuang untuk suami kamu Zahra. Kamu harus merebut kebahagiaan kamu yang udah dicuri orang lain"

"Aku bukan istri yang baik sampai-sampai suamiku menikah dengan orang lain, aku bukan istri yang berbakti, bahkan suamiku tak memperdulikan aku disaat aku membutuhkan nya"

Wulan yang mendengar merasa iba. Selama ini beban yang sangat berat harus ditanggung oleh Zahra sendiri, Zahra yang selalu terlihat ceria dan menjadi wanita yang tangguh ternyata menyimpan segudang masalah dalam hidupnya.

"Zahra dengar aku! " 

"Kamu gak boleh lemah seperti ini, kalau kamu lemah Bu Nesya makin senang diatas penderitaan kamu Zahra"

"Terus aku harus gimana Wulan, suamiku udah menikah dengan perempuan lain, bahkan mereka akan memiliki anak"

"Kamu harus bangkit dari sini Zahra, kamu rebut perhatian suami kamu lagi. Kamu gak boleh lemah"

"Dampingi aku Wulan, aku gak kuat harus berdiri sendiri"

"Iya Zahra aku akan menemani kamu kapan pun, ada aku dan kak Danish"

"Tapi kak Danish…

" Siska sudah mendapat hukuman akibat dari kelakuan nya Zahra, kamu gak usah takut. Aku selalu ada untuk kamu" Jelas Wulan yang langsung mendapat anggukan dri zahra.

Wulan tersenyum bahagia karena Zahra mendengar kan perkataan nya.

sebening Cinta azzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang