7. Our Mission

1K 129 28
                                    

.
🌈
.
.
.







"Yo! Yo! Ganbatte!"

Crak!

Prang!

"Ya! Berhasil! Selamat Nakamoto-san!" Tanjirou bertepuk tangan memberi selamat.

"Wah Sakura-chan, kau berhasil memecahkan kendi besar itu! Kekuatan pernapasanmu sudah lebih baik!" Zenitsu ikut memberi selamat.

Sakura menarik napas susah payah. "Hah, wah! A-aku berhasil!" ia berseru bangga. Terhitung sudah satu bulan lebih ia kembali ke markas pemburu iblis ini. Dan selama disini, ia berlatih menyempurnakan tekniknya, juga pernapasannya seperti yang barusan ia lakukan.

"Huh, aku. Juga bisa melakukan itu" Inosuke berujar sombong diiringi tawa menyebalkan.

Zenitsu mencibir. "Kita memang sudah bisa melakukannya dasar babi"

Inosuke kembali tertawa sambil memamerkan beberapa gerakan.  "Hei monitsu! Aku jelas lebih baik darimu!"

Sakura dan Tanjirou hanya menggeleng pelan melihat perdebatan keduanya.

"Ano, Nakamoto-san-"

Sakura memotong ucapan Tanjirou. "Sakura, panggil Sakura saja"

"Ah, S-sakura-san,  kudengar kau ada misi malam ini?" Tanjirou bertanya.

Gadis bernetra cokelat itu mengangguk kecil. "Kau tahu Tanjirou? Misi ini akan luar biasa!"

"He? Kenapa begitu?"

"Misi ku kali ini bersama Muichiro!" gadis itu tersenyum lebar dengan pandangan berbinar.

"Lalu? Apa yang luar biasa dari si rambut panjang membosankan itu?" Inosuke bercelutuk.

Zenitsu tersenyum penuh arti. "Aku mencium aroma aroma manis"

"Aroma apa? Aku hanya mencium bau keringatmu dan Inosuke" Tanjirou memandang heran.

Zenitsu melayangkan tatapan sebal,  sedangkan Inosuke sama sekali tidak peduli dan justru sibuk dengan memandangi nichirin miliknya.

Zenitsu memegangi pundak Tanjirou dan menatapnya lekat.  "Hei Tanjirou, kurasa hidungmu terlalu polos untuk ini" ujar Zenitsu sok serius.

"Tidak usah berpikir aneh aneh Zenitsu" Sakura memperingatkan.

Zenitsu memberikan senyum menyebalkannya. "Ayolah Sakura-chan, aku tau iyakan? Aku tidak salah lagi, Aku itu amat paham dengan wanita."

Sakura mengalihkan pandangan, ia tak berkomentar atas pernyataan Zenitsu barusan.

       ━──────────────━

Malam pun tiba. Dan disinilah Sakura sekarang di tengah hutan lebat bersama Muichiro Tokitou.

"Aku tidak melihat iblisnya" Sakura bergumam sambil menatap sekeliling.

Muichiro melayangkan tatapan datar.  "Kau sudah mengulang perkataan itu berkali kali"

"Ah benarkah?" Gadis itu mangut mangut sambil mengusap-usapkan kedua telapak tangannya, malam yang dingin.

Muichiro menghembuskan napas lelah. "Dan kau juga mengulangi perkataan yang sama itu lebih dari sekali"

Sakura tak berkomentar ia menyapu pandangan ke sekeliling hutan dengan seksama, ia dan Muichiro belum menemukan iblis yang meresahkan penduduk sekitar hutan ini. Ia merasa heran, tak ada yang tinggal di dalam hutan ini, sebagian besar warga justru hanya tinggal di pinggiran hutan, bukan di dalamnya. Tapi, menurut analisis Muichiro, iblis itu pasti akan melewati hutan ini.

"Kenapa kita tak mengintainya di dekat rumah penduduk saja?" Sakura menatap bingung.

Muichiro memutar bola matanya malas. "Dia akan lewat sini, dan aku tidak ingin di ganggu oleh teriakan manusia yang memecahkan konsentrasi"

Sakura mengangguk paham. "Kenapa kau begitu yakin dia lewat sini? Hutan ini benar benar luas bukan?" kembali Sakura melayangkan pertanyaan.

"Insting ku tidak akan salah, aku sudah mengintainya sebelum ini, dan kau terlalu banyak bertanya"

Muichiro berjalan lebih dahulu. "Aku heran, kenapa orang sepertimu yang mendampingiku? Walau musuh saat ini adalah mantan iblis dua belas rembulan, aku bisa melakukan ini sendiri."

"Apa mantan iblis bulan?! Sebenarnya ada berapa mantan iblis bulan sih?" gadis itu mendengus kesal.

Muichiro mengankat bahu tak tahu, atau mungkin tak peduli sama sekali.

Sakura berjalan menyusul, mensejajarkan langkah mereka. "Nee Mui-chan, apa menurutmu dua cabang atau lebih teknik pernapasan dapat menciptakan teknik baru?"

Muichiro Tokitou memandangnya kesal. "Apa apaan panggilan itu?!" protesnya.

"Itu imut! Hehehe" gadis itu tertawa kecil.

Muichiro menatap lurus kedepan "Panggil aku dengan benar"

"Dan soal teknik yang digabungkan, coba saja"  Muichiro mengankat bahu tak peduli.

Sakura tersenyum lebar.  "Apa menurutmu aku bisa?" gadis itu memandangnya berbinar.

Muichiro menghentikan langkahnya. "Aku tidak yakin, bahkan sebelum kau mencobanya kau bisa saja sudah mati disini, karena orang lemah itu mudah mati."

Sakura menatapnya sebal. "Aku tidak lemah! Kau mematahkan semangat ku!" protesnya.

Muichiro menatap kedua mata gadis itu lekat lekat. "Dan seharusnya, kau juga tak berada disini, aku tidak ingin kau mati."

Gadis itu memicingkan matanya. "Kau menghinaku atau mengkhawatirkanku?"

"Hah?" Sontak Muichiro mengalihkan pandangannya, membuang muka.

"Tidak" jawabnya singkat.

Sakura menghembuskan napas sebal. "Kau tahu Mui? Kau itu menyebalkan, tapi-" perkataannya terhenti.

"Tapi apa?" Muichiro memandangnya heran.

"T-tapi" Sakura mengepalkan kedua tanganya kuat, lidahnya mendadak kelu.

Gadis itu menatap lurus kedepan. "I-itu, t-tapi"

"Kau kenapa sih?!" Muichiro kesal, dan mengguncang bahu Sakura pelan.

"IBLISNYA! IBLISNYA! ADA ORANG!!"



.
.
.
.
.





___________________________________
Yamaap gaes, niatnya hiat sampai Mei malah kelepasan sampai July :v


Vote+Komen👍

===============
Tbc! 💚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shinario 🌹ꦽꦼ̷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang