93. Melupakan Semuanya

132 13 1
                                    

"Maafkan Paman, Andre."

Ia menepuk pundak Andre sehingga bocah itu pingsan. Ia ingat dengan permintaan terakhir sang majikan.

"Ini mungkin misi bunuh diri, tapi Rizal. Saya sangat mohon padamu, tolong jaga Andre. Buat dia lupa, buat semua masyarakat di kota ini lupa akan keberadaan dirinya. Buat dia menjadi anakmu, jaga dia dan biarkan dia berjuang sendiri. Hingga waktunya tiba, aku yang akan menggantikan tugasmu. Habis itu kau boleh pensiun."

"Demi dirimu, Master Henri. Aku akan melakukan apapun, aku tidak akan pensiun!"

Rombongan penyerang mulai masuk ke dalam rumah yang gelap gulita. Andre telah digendong. Ia mengelak para penyerang bak seekor cheetah, lalu membalas serangan mereka seperti beruang liar. Ruang tamu yang gelap ia memanfaatkan dengan menendang apapun ke sembarang arah. Alhasil, musuh tidak bisa membaca dimana dia berada. Akan tetapi ada satu musuh yang berjaga di pintu depan. Ia tidak mau repot masuk ke dalam. Tentunya ia tidak ingin bernasib sama seperti mereka yang dihajar Rizal di dalam.

Rizal mengingat kembali rencana yang diberikan Jenderal Henri.

"Sebelum pukul delapan, aku telah meninggalkan kota ini, Rizal. Tentunya sebelum itu, teman-temanku yang tidak berdaya ini akan lebih dulu kabur ke luar kota. Maafkan aku, aku tidak bisa menjaga kalian. Istriku dan anakku Leon pergi dari bawah tanah. Mereka akan dijaga Max hingga keluar kota. Lalu Rizal kau bawa Andre ke Desa tempat istrimu tinggal. Setelah pukul delapan, buat semua orang di kota inj melupakan Andre. Apa kau bisa Rizal?"

"Tentu saja, walau sehabis itu aku tidak bisa menggunakan kemampuanku lagi, bagiku itu tidak masalah."

"Terima kasih."

Pukul delapan lewat lima.

Rizal berhasil menghabisi para penyerang yang nekat masuk ke dalam rumah. Ia lalu berlari menuju pintu keluar dari depan dan amat terkejut ketika melihat ada satu orang lagi yang menunggu di depan.

"Seperti yang diharapkan dari pengawal orang penting."

Tanpa basa-basi orang itu mengepakkan tangan lalu mengayun ke arah Rizal. Rizal berhasil mengelak, sebagai gantinya rumah dibelakang hilang setengah.

"Kekuatan macam apa ini."

"Perkenalkan my idola, namaku Yellow. Aku suka menghapus sesuatu."

Yellow mengayunkan kembali tangannya. Kali ini ia membidik kaki Rizal untuk dihapus. Rizal melompat setinggi mungkin. Tipis hampir saja ia terkena serangan mematikan tersebut. Namun dibelakang rumah telah dihapus sepenuhnya bersama isinya.

"Apa cuma bocah itu yang ada di dalam?"

Rizal tidak menjawab. Lalu musuh mengambil kesimpulan.

"Sepertinya iya,"

Musuh berinisiatif untuk menghubungi Esno lewat telepati. Tiba- tiba Rizal menerjang seperti hewan buas yang sedang menggendong anak. Dengan tangan kosong, Rizal mencoba mencengkram leher Yellow. Yellow mundur dan membalas dengan satu ayunan tangan yang cukup membuat Rizal hampir kehilangan nyawa.

Rizal berlari ke samping, menghilang dari pandangan Yellow. Yellow berputar dan berhasil menepis tendangan kejutan dari Rizal dari belakang.

"Kau cepat juga," puji Yellow.

Yellow berhasil menangkap kaki kanan Rizal yang berani menerjang kepalanya.

Yellow langsung berusaha menghapus kaki yang ia tangkap. Sebelum itu terjadi, Rizal memancarkan gelombang misterius yang masuk ke kepala Yellow.

Tidak ada yang terjadi, tapi tiba-tiba musuh jadi lupa bagaimana ia menggunakan kemampuannya. Kaki Rizal tidak jadi menghilang.

Rizal memanfaatkan momen cepat itu dengan menarik kakinya dari cengkraman Yellow. Cengkraman terlepas. Rizal langsung menendang kepala Yellow hingga pria itu pingsan.

Yellow jatuh tersungkur KO.

Ia segera berlari meninggalkan rumah sang majikan yang telah hilang. Akan tetapi, anak panah tiba-tiba melesat entah dari mana. Rizal tidak merasakan serangan itu datang. Alhasil anak panah itu menembus telak bahu Rizal. Untungnya tembakan mematikan barusan tidak mengenai Andre yang sedang dalam gendongan.

Rizal langsung tersungkur jatuh ke tanah. Matanya tiba-tiba berkunang. Dalam gelap ia melihat bayang-bayang telapak kaki melangkah menuju ke arahnya.

"Gawat, jangan sampai pingsan. Aku belum melakukan teknik itu."

Rizal berusaha keras untuk bangun. Sekedar untuk duduk saja tubuhnya sudah sangat berat. Ia harus bergegas.

Ia letakkan Andre di atas padang rumput ketika pria misterius itu masih berada di kejauhan.

Rizal memulai ritual. Anak panah kembali menyerang. Kali ini mengenai perut Rizal. Rizal muntah darah. Padahal tinggal sedikit lagi teknik itu selesai. Anak panah datang lagi. Kali ini menghantam bahu sebelah kiri. Dia terus duduk mengurung Andre yang sedang pingsan.

Pria yang dari kejauhan itu sudah dekat.

"Rizal, apa kau masih terus melawan?"

Pria itu sudah berada beberapa meter di depan Rizal. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Esno Jegar.

"Serahkan anak itu. Anak itu adalah gambaran nyata dari ketidakadilan negeri ini."

"Ketidakadilan matamu!"

"Masih melawan?" Esno memberi tanda. Kali ini anak panah bersarang lagi di bahu yang telah terkena tadi.

Rizal jadi mati rasa, kedua tangannya jadi tidak bisa digerakkan. Akan tetapi, ia masih belum menyerah untuk menyelesaikan teknik terakhir itu.

"Aku sengaja tidak membunuhmu, karena kau dulu adalah bagian dari kami. Kau dulu, aku yang pungut, Rizal. Jadi mana balas budimu Rizal?"

Rizal sekuat tenaga berdiri. Teknik terakhir sudah siap. Ia tersenyum dan membalas perkataan Esno si pria tua yang sinting.

"Aku bersyukur bisa lepas darimu, orang gila!"

"Lalu kau mau apa, membuatku lupa? Aku tau siapa dirimu. Ras langit yang kau miliki tidak akan berguna jika kau tidak menyentuh target yang ingin kau buat lupa."

Rizal melepaskan teknik terakhir. Seantero kota Moge tiba-tiba bercahaya.

"Eraser Memory: Final Stage!"

"Tidak," Esno terlambat untuk melompat. Pikirannya di hantam gelombang magnetik dan seketika ia pingsan. Kelompoknya pingsan dan seluruh orang di Kota Moge pingsan.

Iliana dan Leon berhasil keluar dari kota Moge sebelum peristiwa itu terjadi. Begitu juga dengan teman-teman Andre: Aril dan adiknya Hendrik serta Arin berhasil keluar di awal-awal malam. Ingatan mereka selamat.

Max yang menjadi tameng ketika kelompok kiriman Esno datang untuk mengejar Iliana dan enaknya ikut terkena penghapus memori. Alhasil dia tidak ingat kalau Jenderal Henri temannya punya keluarga.

Setelah semua penduduk kota pingsan, Rizal pun pingsan. Ia kehilangan kekuatan dan berakhir menjadi manusia biasa untuk selama-lamanya.

"Tapi Master, teknik ini bisa dipatahkan jika Andre tiba-tiba bisa mengingat kembali masa lalu, semua orang di kota ini serentak akan langsung mengingat keluargamu."

"Andre tidak akan mengingatnya."

"Bagaimana kalau?"

"Sudah, gak usah banyak keraguan. Aku yakin dengan dengan Andre. Mulai besok sampai 12 tahun ke depan namanya menjadi Andre Foskas."

"Andre Foskas?"

"Ya nama belakangmu, Foskas."

"Nama belakang istri Master juga Foskas bukan?"

"Oh ya, aku lupa. Hahaha"

Dari sini perjuangan Andre dimulai.

Bersambung

Flashback Andre akhirnya selesai😪

ANDRE FOSKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang