THOBY-04

27 8 4
                                    

Selamat Membaca!

-
Terkadang, masa lalu memang akan selalu dikenang oleh orang tertentu. Termasuk, dia.
-

04-Siapa Dia?

Malam hari telah tiba, sang mentari penyinarannya bumi, telah usai dengan tugasnya. Kini, digantikan dengan cahaya rembulan, serta bantuan dari gemerlap bintang. Sungguh, sebuah malam yang cukup indah, dengan udara sejuk sebagai penambah. Sayang sekali memang untuk dilewatkan.

Tampak, keenam remaja itu tengah berkumpul diruang keluarga. Semua penjuru rumah telah mereka bersihkan dan rapikan. Sekarang, waktunya beristirahat dan bersantai. Dengan ditemani cemilan buatan Diva, semuanya tampak menikmati kentang goreng buatan gadis itu. Terkecuali, Ayla.

Kini, raut wajah gadis itu masih didominasi oleh ketakutan. Kejadian mengerikan sesaat lalu, membuat fikirannya kacau tak terkendali. Sosok kecil dengan mata bulat besarnya, tiba-tiba muncul dihadapan Ayla tanpa rasa bersalah, membuat gadis itu seketika pingsan. Beruntung, Elyna yang tadinya ingin menuju dapur, mendengar teriakan Ayla. Segera, gadis dengan rupawan cantik itu, berbalik dan menghampiri Ayla bersama gedoran pintunya.

"Kamu udah mendingan La?" Tanya Ardyan sayang, dan tulus. Kini, cowok itu tampak merasa kasihan kepada gadisnya. Ia khawatir akan terjadi sesuatu pada Ayla.

"Hm," Ayla bergumam seraya mengangguk kecil. Kepalanya masih setia bertengger dibahu tegap Ardyan. Biarlah teman-temannya yang lain menjadi nyamuk dan baygon, yang penting sekarang dirinya harus merasa lebih tenang. Usapan tangan Ardyan kepada rambutnya, berangsur mengurangi rasa takut Ayla.

"Gue penasaran sama apa yang sudah lo lihat La!" Ujar Rio yang kini tengah tiduran disofa panjang samping Ardyan. Dengan tangan kanannya yang ia jadikan tumpuan, pria itu tampak sangat nyaman.

"Udah Yo, jangan dibahas, kasihan Ayla." Diva sebagai gadis kalem memang sangat prihatin dengan keadaan Ayla. Terlebih saat ia mendengar teriakan Elyna dilantai atas tempo lalu. Segera ia dan yang lain menghampiri, dan melihat Ayla pingsan dipangkuan Elyna.

"Nih habisin minumnya!" Titah Ja'far seraya memberikan segelas air putih kepada Ayla. Segera, gadis yang tampak tidak bertenaga itu mengambil alih gelas dari tangan si tampan Ja'far.

"Makasih..."

"Ekhem, gue juga haus nih, keseret." Ujar Diva dramatis. Entah apa maksudnya?

"Udah Far gausah diladenin!" Timpal Elyna seraya pandangannya masih fokus ke layar televisi yang menampilkan drama While You Were Sleeping kesukaan gadis itu. Oh...

"Jadi sekarang kita gak jadi party?" Tanya Rio masih dengan posisi tadi.

"Sorry guys, gara-gara gue kalian jadi gak bisa pesta." Sesal Ayla merasa bersalah.

"Besok 'kan juga bisa, lagian sekarang gue capek!" Ardyan ambil suara.

Karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam lebih, keenam remaja itu memutuskan untuk segera tidur. Lagipula drama korea kesukaan Elyna juga sudah bersambung. Ditambah lagi hawa dingin yang membuat mereka merasa ngantuk. Sepertinya, malam ini akan menyenangkan untuk tidur. Entahlah...

Masing-masing beranjak dari sofa menuju lantai tiga rumah ini. Memang, rumah dengan tiga lantai ini, sengaja didesain kuno dengan nuansa gelap. Tembok coklat muda dan pekat saling bergaduasi membentuk keserasian hakiki. Lantai tiga adalah tempat kamar tidur. Terdapat tiga ruang disana. Satu ruang untuk yang pria, dan yang lainnya untuk wanita. Satu ruang lagi kosong tanpa penghuni dan berkakas.

THOBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang